(Business Lounge Journal – Global News)
Perlombaan membangun pusat data untuk kecerdasan buatan (AI) mulai menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi miliarder Joe Tsai, chairman Alibaba.
Menurut laporan Bloomberg, Tsai mengatakan bahwa pembangunan pusat data AI saat ini bisa melampaui permintaan yang sebenarnya. Ia juga menyoroti bahwa banyak proyek server yang dikebut tanpa mempertimbangkan kebutuhan pelanggan secara matang.
“Saya mulai melihat tanda-tanda awal dari sebuah gelembung (bubble),” kata Tsai dalam HSBC Global Investment Summit di Hong Kong pada hari Selasa (25/3). “Saya mulai khawatir ketika orang-orang membangun pusat data tanpa adanya permintaan yang jelas. Banyak pihak, termasuk dana investasi, mengumpulkan miliaran atau jutaan dolar untuk proyek ini.”
Tsai juga menambahkan bahwa beberapa proyek pusat data bahkan mulai mencari pendanaan tanpa memiliki kontrak dengan pelanggan. Ia mengaku terkejut dengan jumlah dana besar yang digelontorkan untuk AI, terutama di Amerika Serikat. “Orang-orang membicarakan angka yang luar biasa besar, hingga $500 miliar atau ratusan miliar dolar,” kata Tsai. “Menurut saya, itu tidak sepenuhnya diperlukan. Banyak pihak yang berinvestasi lebih dulu sebelum ada permintaan nyata, hanya berdasarkan proyeksi kebutuhan di masa depan.”
Peringatan Tsai ini muncul di tengah gelombang investasi besar-besaran dari perusahaan teknologi raksasa. Tahun ini saja, Meta, Microsoft, Alphabet (induk Google), dan Amazon diperkirakan akan menghabiskan total $320 miliar untuk pengembangan AI dan infrastruktur.
Pada Januari lalu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengumumkan pembangunan pusat data dengan kapasitas lebih dari dua gigawatt—cukup besar untuk menutupi sebagian besar wilayah Manhattan.
Selain itu, mantan Presiden Donald Trump juga mengumumkan proyek kerja sama senilai $500 miliar untuk infrastruktur AI. Proyek bernama Stargate ini melibatkan CEO OpenAI Sam Altman, CEO SoftBank Masayoshi Son, serta CTO Oracle Larry Ellison. Mereka berencana menginvestasikan $500 miliar dalam empat tahun ke depan untuk membangun infrastruktur AI di Amerika Serikat, dimulai dengan investasi awal sebesar $100 miliar. Investor awal proyek ini mencakup OpenAI, SoftBank, Oracle, dan MGX, perusahaan investasi AI asal Abu Dhabi.
Namun, di sisi lain, tanda-tanda kelebihan pasokan infrastruktur AI mulai terlihat. Pada Februari lalu, analis dari TD Cowen mencatat bahwa Microsoft telah membatalkan beberapa kontrak sewa pusat data senilai ratusan megawatt. Alasan yang diberikan dalam beberapa kasus adalah “penundaan fasilitas atau pasokan listrik,” serupa dengan alasan yang digunakan Meta sebelumnya untuk membatalkan kontrak serupa.
Microsoft menanggapi kabar ini dengan menyatakan bahwa mereka masih dalam posisi yang baik untuk memenuhi permintaan pelanggan saat ini dan yang akan datang.