(Business Lounge Journal – Global News)
Jonah Alben, seorang insinyur yang beralih dari dunia olahraga dayung, telah memainkan peran penting dalam transformasi Nvidia menjadi perusahaan bernilai $3 triliun. Sebagai wakil presiden senior bidang rekayasa unit pemrosesan grafis (GPU) di Nvidia sejak 2008, Alben memimpin tim yang terdiri dari sekitar 1.000 insinyur dalam mengembangkan arsitektur GPU generasi berikutnya. Kepemimpinannya telah membantu Nvidia mempertahankan dominasinya dalam pasar chip AI, bahkan di tengah tantangan seperti pembatasan ekspor ke China.
Alben memulai kariernya di Nvidia pada tahun 1997 sebagai insinyur desain ASIC, setelah sebelumnya bekerja di Silicon Graphics. Lulusan Universitas Stanford dengan gelar BSCSE dan MSEE ini telah memegang 34 paten atas namanya. Pengalamannya sebagai coxswain tim dayung Stanford memberinya keterampilan kepemimpinan dan ketelitian yang ia terapkan dalam perannya di Nvidia. Dalam sebuah wawancara pada tahun 2020, Alben menyatakan bahwa mereka memiliki visi bahwa GPU yang mereka kembangkan akan digunakan untuk memecahkan berbagai masalah baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Pada tahun 2022, pemerintah Amerika Serikat memberlakukan pembatasan ekspor chip AI ke China, yang saat itu menyumbang sekitar 20% dari penjualan Nvidia. Pembatasan ini bertujuan untuk mengurangi risiko bahwa produk tersebut dapat digunakan oleh militer China. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi penurunan pendapatan Nvidia hingga $400 juta pada kuartal tersebut.
Untuk mengatasi tantangan ini, Alben mengusulkan modifikasi pada chip yang sudah ada guna mengurangi kinerjanya, sehingga tetap mematuhi peraturan ekspor AS namun tetap dapat dijual ke pasar China. Pendekatan ini memungkinkan Nvidia untuk terus berbisnis di China tanpa harus merancang chip baru dari awal. Selain itu, Nvidia juga mengembangkan chip khusus untuk pasar China, seperti A800 dan H800, yang merupakan versi modifikasi dari A100 dan H100. Namun, dengan pembatasan ekspor yang semakin ketat, chip-chip ini pun terkena dampaknya, memaksa Nvidia untuk terus berinovasi dan menyesuaikan produknya agar sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Pembatasan ekspor ini tidak hanya mempengaruhi Nvidia, tetapi juga pasar global secara keseluruhan. Di Tokyo, misalnya, peluncuran seri terbaru kartu grafis GeForce RTX 50 dari Nvidia menyebabkan kericuhan, dengan ratusan orang, sebagian besar dari China, berbondong-bondong ke toko elektronik PC Koubou. Kartu grafis ini sangat dicari karena kemampuannya yang luar biasa, namun tidak tersedia di China akibat pembatasan ekspor AS.
Sebagai respons terhadap sanksi AS, pemerintah China meluncurkan investigasi antimonopoli terhadap Nvidia pada akhir 2024. Investigasi ini berfokus pada potensi pelanggaran terkait akuisisi Mellanox Technologies oleh Nvidia pada tahun 2020. Langkah ini mencerminkan ketegangan geopolitik antara AS dan China dalam industri semikonduktor.
Kepemimpinan dan inovasi Jonah Alben telah membantu Nvidia mengatasi berbagai tantangan, termasuk pembatasan ekspor dan persaingan global. Dengan terus beradaptasi dan berinovasi, Nvidia berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam teknologi AI dan semikonduktor, meskipun menghadapi tekanan dari berbagai regulasi internasional.

