(Business Lounge Journal – News and insight)
Starbucks memberikan peringatan keras kepada staf korporatnya. Mereka yang gagal memenuhi kebijakan baru untuk bekerja di kantor tiga hari dalam seminggu berisiko terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Mandat ini merupakan bagian dari “proses standar” Starbucks yang akan diluncurkan pada Januari mendatang, seperti terungkap dalam memo yang diperoleh oleh Bloomberg. Karyawan yang tidak mematuhi kebijakan ini dapat menghadapi “pemisahan,” meskipun perusahaan belum merinci bagaimana mereka akan memantau kebijakan baru tersebut.
Harapan para pekerja hybrid, termasuk liburan, cuti sakit, dan perjalanan bisnis, “tidak berubah” dan tidak dihitung dalam tiga hari kerja di kantor yang diwajibkan, demikian keterangan tertulis seorang juru bicara Starbucks. Kebijakan ini mempengaruhi lebih dari 3.000 karyawan korporat, sementara sebagian besar bekerja di toko.
Tahun lalu, puluhan karyawan korporat Starbucks menandatangani petisi menentang mandat kerja di kantor.
Juru bicara Starbucks menambahkan bahwa perusahaan “terus mendukung para pemimpin kami dalam meminta pertanggungjawaban tim mereka terhadap kebijakan kerja hibrida kami yang ada.” Karyawan dapat mengajukan permohonan pengecualian untuk berbagai disabilitas. Bagi mereka yang kembali ke kantor, perusahaan mengatakan telah melakukan pembaruan pada ruang kerja mereka “untuk memastikan mereka bekerja untuk tim yang menggunakannya.”
Starbucks bukanlah satu-satunya perusahaan yang memperketat kebijakan kerja jarak jauh. Pada bulan Oktober, Amazon mengumumkan kebijakan kerja lima hari di kantor mulai Januari, memberi tahu karyawan yang tidak setuju untuk mempertimbangkan untuk pergi, karena “ada perusahaan lain di sekitar.” Sementara itu, Dell telah menyatakan bahwa pekerja jarak jauh tidak akan memenuhi syarat untuk promosi. Demikian pula, Walmart mengejutkan karyawannya pada bulan Mei dengan mandat yang mengharuskan staf korporat untuk pindah ke salah satu dari tiga pusat utama atau menghadapi kehilangan pekerjaan, yang baru-baru ini mendorong seorang eksekutif Sam’s Club keluar sebagai bagian dari pergeseran ini.
Setelah menjadi CEO Starbucks, Brian Niccol menekankan preferensinya untuk bekerja di kantor, dengan menyatakan bahwa “kita semua orang dewasa di sini.” Meskipun ia mengakui bahwa karyawan harus bekerja di mana mereka perlu produktif, ia percaya bahwa kantor biasanya merupakan lingkungan terbaik untuk kolaborasi.
Niccol, yang sebelumnya sukses memimpin Chipotle dan Taco Bell, memiliki remote office-nya sendiri di Newport Beach, California, bersama dengan seorang asisten. Starbucks akan menanggung biaya perumahan sementara selama perjalanan 1.000 mil-nya ke Seattle, dengan syarat bahwa ia harus mengamankan perumahan permanen dalam waktu tiga bulan.
Bagi karyawan Starbucks, kebijakan baru ini tentu saja menimbulkan sejumlah tantangan. Beberapa karyawan mungkin merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan jadwal kerja yang lebih kaku, terutama jika mereka telah terbiasa dengan fleksibilitas kerja jarak jauh. Selain itu, kebijakan ini juga dapat berdampak pada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Bagi karyawan yang memiliki anak kecil atau tanggungan lainnya, perjalanan ke kantor setiap hari dapat menjadi beban tambahan. Namun demikian, fakta memang sudah membuktikan bahwa kembali bekerja di kantor akan memudahkan berbagai kordinasi yang dibutuhkan.