Modus Begal juga Ada pada Keuangan Digital

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Akhir-akhir ini, marak terjadi penipuan digital yang sekarang ini banyak dikenal sebagai soceng atau nama: social engineering yang turut melibatkan ekosistem perbankan. Bahkan dalam satu minggu ini saja, terdapat tiga hoax yang mengikutsertakan nama dua bank besar, yaitu PT bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI dan PT Bank Central AsiaTbk.(BBCA) atau BCA.

Masih hangat berita masih beredar yang namanya modus phising melalui surat pengumuman yang memakai nama BNI tentang kebijakan yang baru tentang kenaikan biaya transfer senilai Rp 150 ribu per bulannya. Beredarnya berita modus phising ini dapat melalui pamphlet digital atau flyer yang memberitahukan bahwa BCA akan memberikan kemudahan berupa fasilitas gratis biaya untuk transfer antar bank dengan syarat dan ketentuannya adalah nasabahnya meng-klik tombol sign.

Tidak hanya itu saja, berita di luaran juga masih marak terdengar bagaimana para nasabah layanan BCA Mobile menemukan adanya virus pada mobile banking-nya, sehingga dihimbau untuk lebih berhati- hati.

Heru Sutadi, sebagai Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, dalam keterangannya memberitahukan tentang maraknya modus penipuan digital di sektor keuangan dan ini memang akan sering terjadi bersamaan dengan berkembangnya teknologi digital. Heru juga menjelaskan bahwa penipuan dengan berbagai modus lainnya akan terus ada dalam perkembangan era ini.

Untuk itu, dihimbau bagi masyarakat – khususnya bagi para konsumen – untuk lebih tajam lagi dalam menerima berita dan informasi yang ada. Sehingga data pribadi perbankan seperti One-Time Password (OTP), email pribadi, password, pin, dan semua yang merupakan data pribadi harus baik- baik dijaga.

Selain itu, Heru juga menyampaikan bahwa sebaiknya e-mail yang sering dipakai untuk bertransaksi belanja online atau yang sifatnya e-commerce jangan di log-in di HP yang sering kali kita gunakan. Sehingga dalam proses double verification tidak bersamaan dengan aktivitas perbankan pada platform digital keuangan lainnya.

Karena itu, ada baiknya Anda dapat melakukan simulasi sendiri sehingga Anda akan mengetahui betapa berbahayanya jika ponsel Anda hilang. Oleh karena ponsel kita ini tidak hanya sekedar ponsel biasa, tetapi juga merupakan alat untuk melakukan transaksi keuangan. Untuk itu, Heru juga menghimbau agar pihak perbankan juga harus lebih cepat dan antisipatif dalam memusnahkan berbagai modus penipuan digital yang sudah marak terjadi ini.

Seperti kita ketahui, bahwa kerap kali masih terulang penipuan lewat informasi yang membuat masyarakat rugi. Karena itu, masyarakat tentu akan sangat berharap perbankan dapat lebih cepat untuk menangani hal semacam ini. Selain itu, dalam keterangannya Heru juga menyampaikan perbankan penting secara masif memberikan informasi kepada masyarakat yang ada, karena dalam perbankan harus terus memperkuat sistem teknologi informasi atau IT untuk mencegah terjadinya pencurian data pribadi pada nasabah.

Dalam hal ini, harus diperhatikan baik-baik bahwa masyarakat sebenarnya memiliki double verification dan kode biometric, baik dalam bentuk retina atau sidik jari yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Sehingga tidak mudah akun data pribadi nasabah untuk dicuri apalagi mencuri dana yang ada di dalamnya.

Dalam menanggulangi fenomena ini, dibutuhkan konsistensi dari pihak terkait untuk melakukan pengawasan dan juga mengidentifikasi modus-modus penipuan dalam sektor keuangan yang sedang ramai di kalangan masyarakat sambil memberikan solusi.