(Business Lounge Journal – News and Insight)
OpenAI terus mengembangkan ChatGPT, sebuah terobosan yang terus diperbincangkan di dunia Artificial Intelligence/AI. Salah satunya dengan membuat sebuah program yang diberi nama “Bounty Bug OpenAI”. Sebuah program yang meminta masyarakat khususnya para pengguna ChatGPT untuk menemukan bug. Bahkan bagi pengguna yang berhasil menemukan bug tersebut, telah tersedia hadiah dengan kisaran US$200 atau setara dengan Rp2,9 juta sampai US$20.000 atau lebih dari Rp294 juta. Tergantung pada seberapa parah bug yang dilaporkan oleh si penemu.
Sebagaimana diberitakan oleh The Verge, untuk mereka yang menemukan bug dalam tingkat keparahan rendah, maka akan diberikan hadiah berkisar US$200. Sedangkan mereka yang berhasil menemukan exceptional discoveries (hal yang luar biasa), maka dapat memperoleh hingga maksimum US$20.000.
Sebenarnya ChatGPT telah dilarang di Italia tidak lama setelah program bug OpenAI diluncurkan. Pemerintah Italia melarang sehubungan dengan dugaan pelanggaran aturan privasi. Hal ini juga kemudian diikuti oleh negara-negara lain di Eropa dan Amerika Utara. Misalnya saja pemerintah Jerman yang pekan lalu dilansir oleh beberapa media telah menghubungi pemerintah Italia. Jerman sedang mempertimbangkan rencana untuk membatasi akses terhadap ChatGPT. Begitu juga dengan Irlandia yang sedang mempertimbangkan untuk mengikuti langkah Jerman.
Sayembara Menemukan Bug
Sebenarnya sayembara untuk menemukan bug sudah tidak asing lagi di kalangan perusahaan teknologi. Hal ini diadakan tentu saja untuk mendorong pemrogram dapat menemukan bilamana ada kerentanan dalam sistem perangkat lunaknya.
Selain itu, OpenAI juga sudah mengundang para peneliti untuk mengamati beberapa fungsionalitas dari ChatGPT, demikian seperti dituliskan pada bug bounty platform Bugcrowd. Dalam hal ini juga termasuk kerangka kerja bagaimana sistem OpenAI berkomunikasi dan berbagi data dengan aplikasi pihak ketiga.
Untuk mereka yang meneliti dan berniat untuk mencari kerentanan ChatGPT, maka penemuan mereka dapat dikirimkan melalui platform keamanan siber crowdsourcing Bugcrowd.
Tetap Buka di Jepang
Sorotan dari sejumlah negara ternyata tidak akan membungkam OpenAI. Sebab Open AI tetap berencana untuk memperluas layanannya di Jepang dengan membuka kantor di sana. Ya, Jepang memang dianggap sebagai salah satu negara yang menonjol dalam penggunaan teknologi AI di dunia.
Hal ini telah dikemukakan oleh CEO OpenAI, Sam Altman, ketika ia menemui Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida pada awal minggu ini.
OpenAI berharap dapat membangun sesuatu yang hebat untuk masyarakat Jepang. Karena itu Reuters melansir, bahwa OpenAI akan membuat model yang lebih baik dalam bahasa Jepang serta sesuai dengan budaya Jepang. Namun hingga ini belum dikabarkan kapan pembukaan cabang baru tersebut akan dilakukan. Sam hanya menyampaikan bahwa perusahaannya kemungkinan akan menawarkan perincian lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan.
Saat ini terhitung ada satu juta pengguna harian ChatGPT di Jepang. Hal ini semakin meyakinkan OpenAI untuk bergerak ke sana. Sam juga menyampaikan alasan lainnya bahwa Jepang merupakan salah satu pusat dunia untuk pembuatan gambar dan sekarang menjadi sasaran ChatGPT. Mengikuti pernyataan Sam ini, juru bicara pemerintah Jepang menyampaikan bahwa penggunaan AI di kementerian dan lembaga akan dipertimbangkan setelah mereka dapat memastikan cara menangani informasi rahasia dan kekhawatiran tentang kebocoran informasi, seperti yang disampaikan Kepala Sekretaris Kabinet, Hirokazu Matsuno. Setelah kekhawatiran itu teratasi, maka pemerintah Jepang pun baru akan mempertimbangkan penggunaan AI untuk mengurangi beban kerja pegawai negeri nasional di Jepang.