(Business Lounge – Lead & Follow) Larry Bossidy dan Ram Charan penulis buku laris Execution memperkenalkan istilah emotional fortitude sebagai dasar dari seorang pemimpin untuk melakukan eksekusi. Arti dari emotional fortitude adalah mental and emotional strength, firmness, endurance in facing adversity, danger, or temptation courageously. Pengertian ini berati bahwa seorang pemimpin berani bertindak saat keadaan yang terjadi berbeda dengan yang diharapkannya. Ram memberikan contoh bagaimana seorang CEO yang diminta untuk memutuskan hubungan kerja dengan salah seorang executive-nya yang bermasalah, namun tidak kunjung dilakukan karena tidak memiliki emotional fortitude.
Ada empat kualitas yang harus diperlukan oleh seorang pemimpin untuk memiliki emotional fortitude:
Authenticity, kualitas ini berarti bahwa bagaimana diri pemimpin yang di dalam sama dengan diri pemimpin yang terlihat di luar. Bagaimana diri pemimpin sama dengan apa yang dikatakan dan dilakukan. Tanpa authenticity seorang pemimpin akan sulit untuk memiliki emotional fortitude dan tidak bisa bertindak tegas.
Self-Awareness, kualitas ini berarti seorang pemimpin mengetahui siapa dirinya sendiri, mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Mengetahui diri sendiri membuat pemimpin tahu apa saja yang membuat emotional blockages dan mengetahui cara mengatasinya. Self-awareness memberikan pemimpin kapasitas untuk belajar dari kesalahan sama seperti dari keberhasilan, yang membuat dirinya tetap bertumbuh. Pemimpin yang tidak mengetahui letak kekurangannya tidak dapat melakukan eksekusi.
Self-mastery, untuk memiliki kepercayaan diri, seorang pemimpin harus menguasai dirinya sendiri. Self mastery membuat pemimpin menjadi positif dan otentik, bukan sebaliknya memakai topeng menutupi kelemahan dan kondisi tidak aman dalam dirinya. Saat seorang pemimpin memiliki kepercayaan diri, maka dia berani mengambil resiko, berani mengemukakan ide, dan ketika mereka menghadapi kesalahan, mereka tidak menyalahkan orang lain atau merasa sangat tertuduh tapi mereka tahu bahwa mereka mampu untuk memperbaikinya.
Humility, semakin pemimpin bisa menguasi egonya, semakin dia menjadi realistis dengan masalah yang dihadapi. Pemimpin akan belajar untuk mendengar dan menerima bahwa dia tidak dapat menjawab semuanya. Pemimpin memiliki kebiasaan untuk belajar dari orang lain di setiap waktu, menyadari bawah menjadi sombong menyebabkan dia tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk memberikan hasil yang terbaik.
Dalam bukunya Jack: Straight from the Gut, Jack Welch dengan jujur mengakui bahwa dia banyak melakukan kesalahan tahun-tahun pertama dia memulai karir. Dia membuat keputusan melalui insting saja, namun ketika dia salah Jack mengakui dia bersalah dan dia mengoreksi diri mengapa dia sampai bersalah, dia mendengarkan orang lain, dia mengumpulkan lebih banyak data, mulai mengetahui bagaimana jalan keluarnya, menjadi lebih baik dan lebih baik. Jack juga menyadari bahwa tidak berguna untuk menghajar orang lain saat mereka salah. Jack melakukan sebaliknya, dia melakukan coaching, encouraging dan membangkitkan rasa percaya diri mereka.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/Regional Head-Vibiz Research Center