Hollywood studio Sony Pictures pada Rabu (17/12) pun menyatakan pembatalan “The Interview” yang seharusnya dirilis pada 25 Desember. Film parodi ini telah membuat marah Korea Utara dan memicu ancaman mengerikan dari hacker. Keputusan tersebut diumumkan setelah sebagian besar bioskop di AS mengatakan tidak akan memutar film tersebut.
“Mengingat keputusan oleh mayoritas bioskop untuk tidak memutar film ‘The Interview,’ kami telah memutuskan untuk tidak melanjutkan dengan merilisnya,” demikian dikatakan sebuah pernyataan yang dilansir oleh AFP. “Kami menghormati dan memahami keputusan mitra kami dan, tentu saja, benar-benar memperhatikan hal yang terpenting yaitu keselamatan karyawan dan penonton bioskop,” tambahnya.
Ancaman Guardian of Peace
Ketakutan untuk memutarkan film diikuti ancaman dari GOP (Guardian of Peace) kelompok hacker, yang memberikan peringatan atas kejadian yang melanda AS pada 11 September 2001 (saat teroris menghancurkan menara kembar) kepada semua yang akan menonton film tersebut. Dalam sebuah pesan yang ditulis dalam bahasa Inggris, kelompok tersebut merancangkan apa yang dikatakannya sebagai “nasib pahit” yang akan direncanakan bagi setiap orang yang menonton film tersebut. “Segera seluruh dunia akan melihat sesuatu yang mengerikan setelah film yang telah dibuat oleh Sony Pictures Entertainment. Dunia akan menjadi takut,” demikian pernyataan itu memperingatkan.
Ia menambahkan: “Ingat tanggal 11 September 2001. Kami sarankan Anda untuk menjaga diri jauh dari tempat pada waktu itu (Jika rumah Anda di dekatnya, Anda akan lebih baik pergi.).”
Di Washington, Departemen Luar Negeri AS berusaha untuk menjauhkan diri dari film tersebut, sementara mempertahankan hak untuk bebas berekspresi. “Kami tidak berhak membatalkan isi film tersebut atau hal-hal berkaitan dengan hal tersebut,” kata juru bicara Jen Psaki, ia pun menambahkan, “Entertainers bebas untuk membuat film yang mereka pilih, dan kami tidak terlibat di dalamnya.”
Aktor Rob Lowe, salah satu yang memainkan peranan pada film tersebut menyuarakan keterkejutannya di Twitter atas pembatalan film ini. “Wow. Semua orang menyerah. Para hacker menang. Kemenangan telah diucapkan dan lengkap bagi mereka. Wow,” katanya.
Serangan Cyber
Selain ancaman, Sony telah melihat dirilisnya berbagai email yang sangat tidak menyenangkan seperti email yang merilis internal script yang tidak dipublikasikan dan komunikasi internal lainnya, termasuk informasi tentang gaji, catatan kesehatan karyawan dan informasi pribadi lainnya.
Pada hari Senin (15/12), bos Sony Pictures Michael Lynton berusaha untuk meyakinkan karyawan bahwa studio tidak akan hancur oleh kebocoran. “Ini tidak akan membawa kita jatuh,” kata Lynton kepada para karyawan. Ia pun menambahkan, “Anda tidak harus khawatir tentang masa depan studio ini.”
Korea Utara telah membantah terlibat dalam cyber attack yang berlangsung pada 24 November. Beberapa ahli mengatakan bahwa hal ini mungkin telah dilakukan oleh pekerja yang tidak puas atau pendukung Korea Utara yang marah atas film ini.
Pada hari Selasa (16/12), Sony Pictures di Los Angeles digugat oleh karena dinilai gagal untuk mengamankan dan melindungi sistem komputer, server, dan database nya, sehingga dirilisnya berbagai informasi dan data pribadi. Gugatan tersebut terdiri dari 45 halaman.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: wikipedia