(Business Lounge – News & Insight) Dobrolyot Airlines, maskapai penerbangan berbiaya rendah milik Rusia telah berhenti beroperasi mulai 00:00 waktu Moskow pada tanggal 4 Agustus atas sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa, demikian berita yang dilansir oleh Russia Beyond The Headlines. Sehubungan dengan sanksi ekonomi yang diberikan oleh Uni Eropa terhadap Dobrolyot, maka beberapa counteragents Eropa telah mundur dari kewajiban mereka. Di sisi lain kontrak dan perjanjian teknis pemeliharaan Dobrolyot Airlines serta asuransi telah dibatalkan. Ada di dalam tekanan counteragents Eropa yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat Dobrolyot Airlines terpaksa menghentikan penjualan tiket dan penerbangannya.
Jadwal penerbangan di Sheremetyevo Airport, Moscow menunjukkan bahwa penerbangan berbiaya rendah ini dengan tujuan Simferopol, Krimea dan Volgograd, Rusia akan dibatalkan mulai 4 Agustus. Para penumpang yang telah membeli tiket pulang ke Simferopol (hingga 15 September) dan Volgograd (hingga 20 Agustus) akan dialihkan kepada Orenburg Airlines, anak perusahaan Aeroflot yang lain. Uni Eropa telah memberikan sanksi terhadap Dobrolyot pada tanggal 30 Juli. Seorang pejabat Dewan Uni Eropa juga mengatakan bahwa Dobrolyot dimasukkan pada daftar sanksi karena terlibat langsung dalam integrasi Krimea dengan Rusia.
Rusia Berekasi
Perdana menteri Rusia, Dmitry Medvedev, mengancam akan membalas larangan terbang yang dijatuhkan kepada Dobrolyot Airlines dengan melarang balik maskapai penerbangan Eropa yang akan terbang ke Asia melalui Siberia, demikian dikatakan oleh reuters. Medvedev akan membicarakan langkah ini dengan menteri transportasi Rusia dan kepala eksekutif wakil Aeroflot.
Larangan terbang melintasi Siberia ini akan membuat rute tempuh memutar yang tentu saja berdampak kepada mahalnya biaya yang ditimbulkan karena kebutuhan bahan bakar yang lebih banyak. Penerbangan Eropa yang dimaksud adalah Lufthansa dan IAG serta British Airways. Menurut harian Vedomosti milik Rusia, dalam setahun Rusia mendapatkan $ 300 juta (£ 178 juta) sebagai biaya dari maskapai asing yang melintas di langitnya.
Pada waktu lampau, pada puncak perang dingin, sebagian besar maskapai penerbangan barat dilarang terbang melalui wilayah udara Rusia ke kota-kota Asia, dan sebaliknya harus beroperasi melalui Teluk atau bandara AS Anchorage, Alaska, pada rute kutub. Namun, operator Eropa sekarang terbang di atas Siberia pada rute ke negara-negara seperti Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan tetapi dengan membayar biaya yang kemudian menjadi sengketa panjang antara Brussels dan Moskow.
Pada Selasa (5/8) saham Aeroflot anjlok dan menjadi yang terburuk. Lufthansa mengatakan dioperasikan sekitar 180 penerbangan seminggu melalui wilayah udara Siberia tetapi menolak berkomentar lebih lanjut, seperti yang dilakukan British Airways.
uthe/Journalist/VMN/BL