Mengenal Bahaya Badai Debu, Penyebab Jatuhnya Air Algerie

(Business Lounge – News) Beberapa kali kita mendengar bagaimana badai pasir atau badai debu terjadi dan membawa berita petaka bagi masyarakat di sekitarnya. Termasuk pada pesawat Air Algerie yang baru saja dikabarkan jatuh karena menghadapi badai debu.

Salah satu badai debu yang mengerikan juga pernah terjadi pada awal Juni lalu ketika badai debu raksasa menerjang ibukota Iran, Teheran dengan sangat mengerikan. Langit mendadak menjadi gelap diikuti dengan anjloknya suhu dari 33 menjadi 18 derajat Celcius. Hal ini dikarenakan sinar Matahari yang tidak mampu menembus pekatnya dinding debu. Sedikitnya 5 orang dilaporkan tewas dan kerusakan parah dialami banyak bangunan serta pohon-pohon pun tumbang. Banyak orang mengatakan suasana begitu mencekam seakan hendak kiamat.

Badai Debu Sebagai Fenomena Alam

Badai debu merupakan fenomena meteorologi yang umum di wilayah arid (wilayah dengan curah hujan rendah) dan semi-arid. Badai debu akan terjadi ketika meningkatnya kecepatan angin dalam suatu wilayah yang luas, pada umumnya pada tanah yang kering. Sangking besarnya angin maka badai debu dapat memindahkan keseluruhan bukit debu serta membawa debu dalam jumlah sangat banyak sehingga tepi badai dapat menyerupai sebuah dinding debu setinggi 1,6 km. Badai debu yang terjadi di gurun Sahara dalam bahasa setempat dikenal dengan simoom atau simoon (sîmūm, sîmūn). Haboob (həbūb) adalah badai debu di wilayah Sudan sekitar Khartoum.

Jika badai debu dapat membentuk tembok debu sedemikian tinggi, wajar saja jika pesawat pun akan terganggu penerbangannya.

Badai debu istilah yang paling sering digunakan dalam konteks badai debu gurun, terutama di Sahara, atau tempat di mana debu adalah jenis tanah yang lebih menonjol daripada debu atau batu, di samping adanya partikel halus. Gurun Sahara serta lahan kering sekitar semenanjung Arab adalah sumber badai debu, khususnya areal luas yang ada pada Mauritania, Mali, dan Aljazair.

Kondisi alam Iran, Pakistan dan India ke Laut Arab, dan kumpulan debu yang signifikan di China juga sangat berpengaruh.

Dalam beberapa kasus, badai debu mungkin terbatas pada tingkat ketinggian yang relatif rendah, namun badai debu dapat mencapai ketinggian 20.000 kaki (6.100 m).

Meningkatnya Badai Debu

Badai debu Sahara telah meningkat sekitar 10 kali lipat selama setengah abad sejak tahun 1950-an, menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah di Niger, Chad, Nigeria utara, dan Burkina Faso. Di Mauritania pada awal 1960-an terjadi dua badai debu dalam setahun, tetapi saat ini dapat terjadi 80 kali badai dalam setahun, menurut Andrew Goudie, seorang profesor geografi di Universitas Oxford.

Badai debu juga telah terbukti meningkatkan penyebaran penyakit di seluruh dunia. Spora virus di dalam tanah yang tertiup ke atmosfer oleh badai dengan partikel kecil yang kemudian dapat terbawa asap perkotaan atau hujan asam.

Badai debu juga dapat mengganggu sistem pernafasan yang menyebabkan silicosis jika tidak diobati  akan menyebabkan sesak napas bahkan kanker paru-paru. Ada juga bahaya keratoconjunctivitis sicca (mata kering) yang dapat menyebabkan kebutaan.

Pada September 2009 juga pernah terjadi sebuah badai debu di Sydney yang menutupi sebagian besar Australia Timur.

Keuntungan Badai Debu

Debu juga dapat memiliki efek menguntungkan yaitu ketika hutan tropis Amerika Tengah dan Selatan mendapatkan sebagian besar dari nutrisi mineral dari Sahara; laut yang miskin zat besi dapat memperoleh besi; serta debu di Hawaii meningkatkan pertumbuhan pisang. Di China utara serta AS barat, pindahan debu yang didapat dari badai debu yang dikenal sebagai loess adalah tanah yang sangat subur, tetapi mereka juga merupakan sumber signifikan dari badai debu kontemporer ketika vegetasi tanah-mengamankan terganggu.

uthe/Journalist/VMN/BL
Image: youtube

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x