(Business Lounge – News & Insight) Kesepakatan untuk meringkan sanksi nuklir Iran dalam perundingan antara Iran dengan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa – Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia, China dan Jerman, yang dikenal dengan nama “P5+1” masih belum menemukan titik terang.
Keputusan pada November lalu 2014, Iran harus memberhentikan program nuklirnya dan sebagai kompenasinya P5+1 akan mengurangi sanksi ekonomi akibat secara sembunyi-sembunyi membangun pembangkit nuklir. Namun, yang menjadi perdebatan sekarang ini adalah bahwa Iran dan anggota P5+1 belum menemukan titik terang dalam menangani program nuklir Iran dalam jangka panjang. Perdebatan intensif selama 11 jam dilakukan pada hari minggu lalu (13/7) antara Perdana Menteri Iran, Javad Zarif dengan perdana menteri Eropa dan Seketaris Negara Amerika Serikat, John Kerry. Akan tetapi, perdebatan ini tidak membawakan hasil yang signifikan, dikarenakan kedua belah pihak memiliki permintaan yang kurang realistis bagi pihak lainnya, sehingga sangat sulit untuk mencapai kesepakatan. Kekhawatiran tengah dirasakan kedua belah pihak mengingat jatuh tempo yang kurang dari 1 minggu tersebut.
Amerika Serikat vs Iran menjelang 20 Juli 2014
Pihak Amerika Serikat tampak sangat pesimis meskipun kubu AS ini lewat juru bicaranya Kerry menegaskan pentingnya Iran untuk memberhentikan program nuklirnya, sehingga perdaimaian dan kesepakatan akan lebih mudah dicapai. Program Nuklir Iran tidak akan bisa diabaikan begitu saja, oleh karena itu para ahli negosiasi nuklir ini mengharapkan adanya perpanjangan jatuh tempo selama 6 bulan untuk mendiskusikan win-win solution oleh kedua belah pihak.
Berlawanan dengan Amerika Serikat, Iran tidak akan dengan mudahnya membiarkan program nuklirnya harus dihentikan. Iran bersikeras meminta untuk menambah kuota uranium yang diberikan melalu kesepakatan pada November 2013. Sebaliknya, Amerika tidak melihat bahwa pengajuan yang kukuh dipegang oleh pihak Iran ini akan berdampak baik pada keamanan dunia.
Bila Tidak Ditemukan Kesepakatan
Tentunya akan menyulitkan kedua belah pihak. Hal utama yang perlu dihadapi oleh pemerintahan Iran yaitu kemerosotan ekonomi yang sangat tajam secara berkala. Berdasarkan sanksi yang disepakati November lalu, dapat dilihat bahwa Iran telah kehilangan 60 persen pendapatan minyak yang digunakan untuk membayar sanksi kepada anggota P5+1. Terlebih lagi penetapan sanksi juga diikuti dengan jatuhnya ekspor minyak dari 2,2 juta barel per hari (bph) menjadi 700.000 pada tahun 2011 dan menyita kerugian sebersar 4 milliar AS dollar hingga 8 milliar AS dollar per bulan. Dibalik kerugian yang dialami Iran, Iran bisa saja mengancam untuk mengembangkan program nuklirnya, yang justru akan membahayakan nyawa masyarakat dunia jika dibiarkan begitu saja. Tidak dipungkiri lagi bahwa Iran bisa saja bekerjasama dengan negara-negara pengembang tenaga nuklir untuk menyaingi kekuatan negara-negara Barat. Maka dari itu, Amerika Serikat dengan anggota-anggota P5+1 lainnya bersikeras untuk menemukan kesepakatan dalam jangka waktu yang singkat.
Febriani Piscessa/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana