Peristiwa berdarah kembali terjadi di Pakistan. Kelompok milisi bersenjata menyerbu Bandar Udara Internasional Jinnah, Karachi, dan terlibat baku tembak dengan petugas keamanan. Menurut pihak berwenang, serangan itu menimbulkan sejumlah ledakan dan pembatalan seluruh penerbangan. Puluhan orang meninggal, termasuk milisi penyerang.
Taliban Pakistan dan para sekutunya adalah pihak yang berada di balik pemberontakan dan aksi terorisme yang mendera wilayah tersebut. Target utama mereka selama ini adalah pangkalan militer, akademi pelatihan polisi, dan kaum Syiah.
Agresi ke bandara bermula pada sekitar pukul 10.20 malam hari Minggu waktu setempat dan berlangsung selama enam jam. Kepala menteri provinsi, Qaim Ali Shah, menyatakan 13 karyawan bandara dan petugas keamanan terbunuh oleh milisi. Selain itu, 10 milisi tewas, ujarnya.
Serangan berpusat di Terminal Satu yang merupakan penerbangan kargo dan VIP yang relatif minim penjagaan. Menurut para saksi mata, ada dua hanggar lalu-lintas kargo hancur.
Setidaknya belasan yang menjadi korban dari tindakan brutal ini. Di antara para korban meninggal adalah tujuh orang anggota Pasukan Keamanan Bandara dan dua pegawai sipil bandara. 16 orang lain yang mengalami luka-luka juga dilarikan ke RS Jinnah. Selain itu, 10 orang milisi pun tewas, ujar Raja Umar Khattab, kepala unit antiterorisme kepolisian Karachi. Pada pukul 4.30 pagi waktu setempat, keadaan kembali dapat dikuasai pihak berwenang.
Melalui kejadian ini maka upaya pemerintah mewujudkan kesepakatan damai dengan kaum milisi berakhir buntu. Perjanjian terbaru, gencatan senjata selama sebulan, berakhir April. Setelah serangan ke bandara ini, tentara Pakistan akan mendapat kian banyak tekanan untuk menggempur benteng TTP di Waziristan Utara, bagian kawasan suku di sepanjang perbatasan Afghanistan.
Tania Febe/Journalist/VM/BL-wsj
Editor: Fanya Jodie
Image: Antara