Berawal dari tugas kewirausahaan empat tahun yang lalu, Ian Mandagie menciptakan brand stationary ORCA. Dimulai dengan memproduksi pocket notebook berbahan suede, jalan bagi mereka selanjutnya bagi mereka terbuka lebar melihat pangsa persaingan dari buku tulis berkualitas masih sangat kecil di Indonesia, yang lebih sering didominasi oleh merk-merk luar negeri dengan harga yang lebih tinggi. Menciptakan produk kedua mereka, pocket notebook dengan bahan oilcloth leather. Desain pocket notebook yang simple namun elegan ternyata menjadi produk andalan dari brand ORCA.
“Dulu kita yang mendirikan ada berlima, dan berkembang sampai tiga belas orang, sekarang tinggal berempat”.
Dikarenakan banyak dari tim awal yang sudah lulus dari universitas Prasetya Mulya dimana mereka belajar kewirausahaan, sepertinya denyut nadi dari brand yang masih muda ini akan segera berhenti berdetak. Mencari visi baru yang dapat mengikat sisa anggota, Ian menemukan titik terang ketika ia teringat pada community development yang dijalaninya dulu di Cianjur beberapa tahun silam.
“Saya selalu diajarkan untuk menciptakan sesuatu yang memiliki sustainability. Lalu saya teringat kepada anak-anak di daerah seperti Cianjur ini yang kondisinya berbeda sekali dengan kita yang di kota besar. Awalnya kami memang hanya ingin membuat sejenis charity ke anak-anak ini, tapi kemudian saya terinspirasi untuk menjadikan charity ini sebagai filosofi dan model bisnis ORCA.”
Terinspirasi dari filosofi Blake Mycoskie, pendiri merek TOMS, Ian kemudian menciptakan filosofinya sendiri yang bertajuk “Make a Move”, yang mencanangkan pemberian satu notebook gratis kepada anak-anak yang kurang mampu untuk setiap satu notebook yang terjual. Walaupun produk ORCA sudah menarik salah satu toko buku terbesar di Indonesia, Ian tetap konsisten menjalankan filosofinya ini.
Bicara soal sentimental, Ian tidak pernah melupakan produk pertama dari ORCA, notebook dengan cover berbahan suede. Kini, bahan suede itu terus menerus diabadikan sebagai bahan pembatas buku untuk setiap notebook ORCA. Menjadi suatu warisan dan bagian dari cerita panjang bagi Ian Mandagie dan ORCA books.
Lalu, ketika ditanya bagaimana caranya buku tulis akan bersaing di era gadget, Ian menegaskan, bahwa meskipun sekarang adalah zaman gadget, fungsi buku tulis itu sendiri belum sepenuhnya tergantikan. Dia juga berujar bahwa tidak hanya menarik bagi niche market saja, produknya juga mendapat banyak respons positif dari meningkatnya middle class buyer di Indonesia.
“Sekalipun sudah banyak gadget elektronik, fungsi sederhana seperti coret-coret di kertas untuk mencari ide itu belum bisa tergantikan…atau misalnya dalam rapat atau kuliah, orang suka mikirnya kalau yang pake gadget kan bisa aja dipake buat main-main, tapi kalau buku tulis kan enggak.”
Kini ORCA sedang mengembangkan notebook dengan cover berbahan wool import sebagai proyek selanjutnya.
“Saya ingin di masa depan ORCA mendesain produk-produk stationary lainnya, peluangnya cukup bagus. Tapi saya ingin customer mengasosiasikan merek kami dengan notebook”, ujarnya.