Investasi untuk di sektor bahan bakar nabati atau biodiesel akan tertunda akibat dari harga tender dari Pertamina yang tidak ekonomis. Total investasi tersebut sebesar 700 ribu kiloliter(kl). Ditahun 2013 produksi dari Biodiesel mencapai sebesar 5,6 juta kl.
Harga biodiesel pada saat ini dianggap kurang kondusif bagi perusahaan-perusahaan biodiesel. Hal tersebut dikarenakan Pertamina tidak menyertakan harga CPO yang menjadi salah satu bahan baku pada formula harga MOPS(Mean Oil Platt Singapore) atau harga rata-rata transaksi bulanan minyak di pasar Singapura.
Padahal salah satu peningkatan konsumsi CPO Indonesia di tahun 2013 adalah karena adanya kenaikan mandatory kandungan biodiesel pada biosolar.
Dengan terhambatnya investasi ini berdampak terhadap sektor industri CPO Indonesia. Hal tersebut tidak hanya berdampak terhadap sektor industri CPO saja tetapi juga industri lainnya yang menggunakan biosolar dalam industrinya.
Penggunaan harga tender yang dirasa oleh beberapa pengamat akan membuat ketidakpastian bagi perusahaan. Sebelumnya Pertamina memakai Harga Indeks Pembelian(HIP) sebagai rujukan pembelian biodiesel. HIP mengacu terhadap Harga Patokan Ekspor(HPE) yang dikeluarkan oleh Kementrian Perdagangan.
Permasalahan ini memerlukan pengkajian ulang penetapan harga biodiesel ini. Pengkajian dari segi formula harga MOPS dan penggunaan sistem harga tender agar produksi CPO dan biosolar tahun ini akan dapat meningkat dan memenuhi prediksi ditahun 2013.
Afif Bahar/Analyst Vibiz Regional Research
Editor: Iin Caratri
Foto: noticiaslogisticaytransporte.com