(Business Lounge – Business Today) – AirAsia X Bhd, unit penerbangan jarak jauh milik maskapai low-cost terbesar di Asia, berencana membuka penerbangan kembali ke Eropa menggunakan pesawat berbadan lebar Airbus SAS yang dipesan baru-baru ini. Langkah ini dimaksudkan untuk menyaingi maskapai penerbangan yang berbasis di Dubai, Emirates.
Kali pertama AirAsia X memperkenalkan penerbangan ke Eropa pada 2009, melayani London dan Paris, namun dihentikan pada semester pertama 2012, dengan mengatakan pesawat tua yang digunakan tidak cukup efisien untuk menjadikan layanan tersebut menguntungkan.
Menurut Tony Fernandes, Chief Executive Officer AirAsia Berhard—perusahaan induk AirAsia X—seperti dilansir laman Bloomberg, Kamis kemarin, pemesanan 25 pesawat A330-300 bermesin ganda senilai US$6 miliar itu mencakup varian yang jangkauannya bisa ditingkatkan sehingga memungkinkan untuk melakukan penerbangan ke Eropa.
AirAsia mengatakan akan membayar pesawat baru itu dengan dana tunai dan utang. “Ini saatnya untuk benar-benar mengambil langkah selanjutnya dan membangun kesetaraan dengan Emirates di segmen low cost,” ujar Fernandes, di Paris, kemarin. “Dunia tidak menunggu.” Fernandes mengatakan perusahaan akan membangun kesetaraan dengan Emirates, yang menjelma menjadi maskapai penerbangan internasional terbesar di dunia dengan mengambil trafik dari sejumlah operator yang lebih tua.
AirAsia X, dengan 16 pesawat saat ini, akan memiliki 57 pesawat termasuk enam yang disewa hingga 2019, dan dikatakan Fernandes, akan menambah lebih banyak lagi.
Langkah terbaru AirAsia ini tentu saja bakal menekan maskapai penerbangan Eropa, termasuk Deutsche Lufthansa AG, yang mencatat Asia sebagai pasar paling menguntungkan, begitu pula dengan maskapai berbiaya murah Norwegian Air Shuttle AS.
Satu-satunya maskapai berbiaya murah Eropa yang melayani jalur Asia adalah Norwegian Air, yang memulai penerbangan ke Bangkok dari Scandinavia lima kali sepekan awal tahun ini, dan berharap menambah tujuan Asia kedua dalam lima tahun.
Airbus tetap mempertahankan produksi pesawat A330 twin-aisle untuk satu dekade berikut, didorong langkah maskapai penerbangan berbiaya murah yang berupaya mencari pesawat murah guna memperkenalkan layanan jarak jauh.
Seri A330 awalnya mengambil keuntungan dari tertundanya Boeing 787 Dreamliner memasuki pasar selama tiga tahun, dan ternyata tetap meraih pesanan dari maskapai yang tidak membutuhkan beragam model Boeing atau pesawat Airbus A350-900, dan menginginkan biaya modal yang lebih rendah. Tahun lalu, Airbus mengumumkan rencana untuk meng-update A330 agar bisa bersaing dengan pesawat Boeing seri 787 dan 777.
(ic/ic/bl)
Foto: kualalumpurpost.net