Cronut Versi Asia Paduan Resep Fenomenal

(Business Lounge – Business Today) – Meski baru diluncurkan beberapa bulan lalu, cronut — kudapan fenomenal dari New York—telah dibajak di seluruh Asia.

Kue ini dicetuskan bulan Mei lalu oleh Dominique Ansel, yang memadukan resep croissant—roti Prancis yang biasanya berbentuk bulan sabit—dengan bentuk dan metode memasak seperti donat. Cronut dibuat dari adonan croissant yang digoreng dalam minyak panas, lalu bagian tengahnya diisi krim atau selai dan bagian atas diberi icing. Warga New York – bahkan termasuk beberapa calo cronut –rela mengantre sejak pukul 3 pagi di toko roti Ansel di SoHo guna membeli beberapa buah sebelum ludes.

Begitu mendengar soal keranjingan ini, Ana Lorenzana-De Ocampo langsung tahu produk apa yang akan dijualnya di restoran berkelasnya di Manila, Wildflour Cafe + Bakery.
bakery
Ia mengirim adiknya yang bekerja di New York untuk mengantre dan menyelidikinya. Sang adik menunggu dua jam sampai akhirnya mendapat cronut, dan mengirim salah satunya ke Manila langsung dari New York. Berdasarkan satu sampel itu, Ana lantas mencoba membuat sendiri kue yang renyah dan penuh rasa tersebut. Ia memutuskan untuk menamakannya donat croissant demi menghindari kemungkinan pelanggaran hak paten.

“Kue ini pada dasarnya sebuah croissant, yang memang telah kami jual di Wildflour,” sehingga tidaklah sulit membuatnya, ujar Ana. Meski demikian, ia berkata harus mencoba sampai lima kali untuk mendapat rasa yang tepat. “Kami menguji beberapa resep adonan croissant, mengganti-ganti jumlah mentega yang digunakan, lalu membentuknya menjadi seperti donat.”

Berkat jaringan keluarga dan teman-teman warga Filipina yang luas, Ana menganggap bahwa bisa jadi ialah orang pertama yang meniru cronut di Asia.
cronut 2

Di Jepang, prosesnya lebih rumit. Ana hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk membuat cronut, sedangkan jaringan toko roti Jepang, Banderole, memerlukan dua bulan.

“Menggoreng croissant saja tidak cukup, [hasilnya] terlalu berminyak,” ujar Yoshinori Shimizu, juru bicara perusahaan asal prefektur Shizuoka tersebut. “Kami menyempurnakan prosesnya sampai menit terakhir saat kami meluncurkannya pada 1 Juli.”

Toko roti asal Beijing, The Sweet Spot, mengumumkan versinya beberapa minggu lalu. Manajer toko Michael Chung sedang bepergian ke Australia saat ia menemukan dan mencoba cronut versi Australia. Ia lalu memutuskan membuat versinya sendiri.

“Konsepnya gampang, namun ini sulit dibuat,” ujar Chung. “Kita harus menggorengnya, membekukannya, dan menunggunya mengembang.”

Donat-croissant ala The Sweet Spot selalu ludes terjual, sehingga kini Chung menaikkan produksinya tiga kali lipat menjadi 30 buah setiap harinya.

Penjual di Asia menambahkan rasa lokal dalam cronut versi mereka. Wildflour Cafe menawarkan rasa dulce de leche, sejenis karamel susu. Banderole, yang menjual ratusan donat croissant setiap harinya, memiliki rasa teh hijau dan satu versi “kawaii“ dengan muka tersenyum di atasnya. Cronut versi The Sweet Spot memiliki kepingan kacang, karamel, dan custard atau puding susu manis. Hasil akhirya seperti burger donat mini dengan “daging” custard.

“Kami tidak ingin rasanya persis seperti versi Amerika atau Australia,” ujar Chung. “Orang Cina memiliki selera yang sangat berbeda. Contohnya, mereka lebih suka custard ketimbang selai.”

Pencipta cronut, Ansel, mengatakan ia senang dengan imitasi ini. Tapi tak banyak konsumen—atau bahkan para “pembajak” kue itu sendiri—yang tahu persis seberapa mirip cronut versi Asia dengan cronut asli. Dengan demikian, dapat dipastikan tren ini akan berubah menjadi sekadar croissant goreng murahan. Waktu akan menentukan apakah tren ini akan memudar seperti video-video Harlem Shake atau bertahan seperti gourmet cupcake.

Blogger populer dan kolumnis gaya hidup Filipina, Grace Velasco, yang telah menguji donat croissant Wildflour rasa cokelat, memprediksi tren ini akan pudar begitu ada kue manis sensasional berikutnya.

“Ini hanya sementara. Selama berbulan-bulan orang rela mengantre Krispy Kreme [jaringan toko donat asal Amerika Serikat] saat pertama membuka tokonya di Manila,” ujarnya. “Kini antrean itu tidak ada lagi.”

(IC/IC/BL-WSJ)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x