(Business Lounge – Business Today) – Microsoft terus mengadu nasib dengan mengandalkan mitra-mitra yang payah. Sebagian unit bisnis raksasa software itu sangat rentan di pasar.
Mitra-mitra bisnis Microsoft—Barnes & Noble, Best Buy, Nokia, Yahoo, dan Dell—masing-masing memiliki penyakit tersendiri. Kerja sama Microsoft dengan perusahaan-perusahaan tersebut sebetulnya masih masuk akal. Namun produk Microsoft relatif tidak populer, dan dinamika persaingan dalam industri teknologi juga berubah. Kedua faktor ini bisa jadi membuat kemitraan dengan kelima perusahaan tersebut tidak begitu menguntungkan.
- Bisnis mobile adalah salah satu unit Microsoft yang bermasalah. Tantangan utamanya adalah bagaimana menjual smartphone yang ditenagai sistem operasi milik mereka, Windows Phone. Microsoft bersedia membayar Nokia $250 juta per kuartal agar Windows Phone menjadi sistem operasi utama bagi smartphone buatan perusahaan Finlandia itu. Ini bukanlah angka yang besar bagi Microsoft dan sebagian besar ditambal oleh royalti yang dibayarkan Nokia.
Namun selama ini model bisnis Microsoft adalah mendapat bayaran dari produsen gadget yang menggunakan software rilisannya, bukan sebaliknya. Memang benar Microsoft perlu membantu Windows Phone meraih momentum, namun sulit membayangkan royalti Nokia ini akan sangat menguntungkan Microsoft di kemudian hari.
Ini lantaran pesaingnya, Google, menawarkan sistem operasi mobile Android yang populer di pasar tanpa memungut bayaran. Google rela memilih strategi ini, karena dapat mempromosikan bisnis pencarian Internetnya, sumber keuntungan utama Google. Sementara itu mesin pencari Microsoft, Bing, tetap menjadi titik terlemahnya. Yahoo diberitakan ingin melepas Bing sebagai mesin pencari mereka, padahal Yahoo dan Microsoft sudah meneken kerja sama 10 tahun.
Karena Android gratis, tidak ada alasan bagi produsen ponsel untuk mengikat komitmen besar dengan sistem operasi Microsoft, kecuali jika permintaan Windows Phone melonjak di pasar. Namun kemungkinan itu sendiri tipis, mengingat pengembang software mobile kini fokus merancang aplikasi untuk platform dengan pangsa pasar signifikan seperti Android dan iPhone buatan Apple. Bagaimanapun, berlimpahnya software yang kompatibel dengan Windows menjadi dasar dominasi sistem operasi itu dalam pasar PC. Jumlah app yang sedikit dapat menjadi hambatan utama Windows Phone.
Sementara itu, bisnis PC pun sedang goyah. Microsoft terpaksa menggelontorkan pinjaman $2 miliar guna menopang perusahaan komputer Dell. Microsoft juga menurunkan harga software PC rilisannya. Hal ini agar produsen PC—yang margin labanya tipis—dapat menciptakan produk berharga murah guna bersaing dengan tablet.
Jika hanya melihat angka pemasukan, dapat dikatakan saat ini Microsoft masih sehat. Analis memprediksi keuntungan naik 7% per tahun hingga 2015. Namun hal ini merupakan cerminan kebiasaan para pelanggan Windows dari kalangan korporasi, yang cenderung tidak terburu-buru mengganti software kantor.
Untuk kembali sehat dalam jangka panjang, Microsoft perlu sukses menjual software untuk jenis komputer populer. Ini berarti smartphone dan tablet yang kini kian digemari. Jika Microsoft kesulitan menjalankan strategi ini, atau hanya bisa menarik rekan bisnis yang sedang sekarat, maka masa depan Microsoft pun berada di ujung tanduk.
(FJ/FJ-BL, WSJ)