Diplomasi Publik Yang Baru: Using Public Relations to Foster a Culture of Collaboration

(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Indonesia adalah negara dengan tujuh belas ribu pulau, dan merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Motto nasional Indonesia sempurna yaitu “unity in diversity” Bhineka Tunggal Ika.

Orang-orang di Indonesia dan seluruh dunia berjalan menuju ke masa depan dengan berbagai perasaan yang bercampur-aduk antara keingintahuan, optimisme dan kekhawatiran. Bagaimanapun juga, tantangan yang bakal kita hadapi di depan bukanlah yang pertama kali maupun tidak mungkin kita hadapi. Salah satu karakteristik dunia adalah ‘interconnectedness’ (saling terkait) atau ‘interdependence’ (saling ketergantungan) kita. Bahkan orang yang menentang nilai globalisasi pun setuju bahwa karakter dominan dari dunia kita adalah saling ketergantungan.

Salah satu organisasi Public Raltion Dunia adalah International Public Relations Association (IPRA) yang didirikan pada tahun 1955. Para pendirinya membentuk asosiasi ini dalam rangka menggunakan skill komunikasi professional yang mereka miliki untuk membuat dunia bersatu kembali setelah Perang Dunia II, baik secara geografis, cultural dan ekonomis. Dan pemimpin IPRA di masa lalu banyak berkontribusi untuk tujuan tersebut.

Misi IPRA kala itu adalah untuk mengingatkan macam-macam populasi di dunia akan kepentingan dan nilai yang sama antara mereka. Sehingga hal tersebut dapat menyokong bisnis dengan cara mencegah kesalahpahaman sehingga bisnis dapat berjalan dengan lancar di pasar yang berbeda.

Dalam interaksi dan komunikasi dengan pelanggan, anggota, public, investor, dan pemerintah, para pendiri IPRA ini adalah diplomat publik. Namun maksudnya bukan diplomat publik secara resmi. Dalam tindakan mereka, mereka memanfaatkan skill komunikasi dan menjalin hubungan untuk membangun rasa hormat untuk diri mereka – dan kebudayaan serta kontribusi negara lain – di dalam dunia yang sudah berubah secara dramatis.

Inilah yang seharusnya dilakukan oleh para professional PR di dunia saat ini: menjadi diplomat publik. Bukan diplomat resmi seperti dalam konteks diplomasi antar negara, melainkan diplomat sehari-hari baik dalam pekerjaan maupun bisnis untuk tujuan publik. Kita memiliki peluang yang sangat besar untuk dampak yang lebih besar. Kita memiliki suatu kewajiban professional dalam melakukan diplomasi public dan menciptakan situasi yang lebih baik supaya dapat lebih saling memahami dan menghormati secara global.

Saat ini terjadi jalinan hubungan antar negara, bisnis, organisasi dan budaya , bermacam-maam perkembangan muncul di dunia. Investasi yang besar pada teknologi; revolusi digital; informasi yang mengalir bebas; computer yang lebih murah. Beberapa tekanan yang mengubah dunia bernuansa politik. Lainnya adalah ekonomi, misalnya perpindahan ke free-market. Sebagian lagi financial, misalnya liberalisasi pasar modal dan aliran investasi antar negara. Semua hal tersebut menjadikan kita partner global dalam kehidupan orang lain. Saat ini kita bisa terlihat dan terakses dengan pihak lain setiap waktu.

Bagi sebagian besar dari Anda, dunia serba yang lebih cepat, terbuka dan lebih dekat adalah satu-satunya dunia yang Anda tahu, namun bagi kita yang telah berada di planet bumi ini lebih lama, maka saat ini adalah tempat yang sangat berbeda untuk hidup dan berbisnis.

Sulit untuk dipercaya, namun telah lebih dari satu dekade sejak Internet mengubah kehidupan kita. Internet dapat mengatur dan menghubungkan pengguna web secara mudah serta membuat informasi mudah untuk diakses siapapun dan dimanapun. Ini adalah suatu revolusi waktu.

Jika Anda menggabungkan seluruh perkembangan ini bersama-sama, maka Anda akan tahu waktu saat ini. Saat ini adalah waktunya globalisasi ekonomi. Bagi sebuah bisnis, saat ini geografis tidaklah menjadi hambatan. Call center di Bangelore, misalnya, menyediakan product support bagi pengguna computer di AS. Barang dapat diproduksi di lokasi yang paling menguntungkan di manapun di dunia ini.

Beberapa bulan lalu, Boeing, perusahaan penerbangan raksasa, mengumumkan bahwa 787 Dreamliner akan melakukan penerbangan pertamanya tahun ini. Berapa Negara yang dibutuhkan untuk membuat sebuah Dreamliner? Nyatanya, Boeing memproduksi ekornya di AS, flap di Australia dan fairing di Kanada. Sayap dibuat oleh perusahaan Jepang; stabilizer horizontal dikerjakan oleh perusahaan Italia; pintu penumpang dan landing gear diproduksi di Prancis; pintu kargo di Swedia. Sementara itu assembly baru dilakukan di AS.

Kemudian muncullah iPod. Anda mau menebak berapa negara yang terlibat dalam produksi Apple iPod. Lacaklah supply chain-nya, maka Anda akan menemukan bahwa hard-drive iPod dibuat oleh Toshiba Jepang. Namun Toshiba sendiri sebagian besar hard-drivenya diproduksi di Filipina dan Cina. Kemudian assembly dilakukan di Cina. Namun beberapa chip disupply oleh perusahaan Amerika dan Taiwan.

Tom Friedman menulis di bukunya “The World is Flat”, globalisasi telah menjadikan Beijing, Bangalore dan Bethesda tetangga dekat. Dalam dunia virtual ini, kami sebagai orang Amerika kadang melihatnya sebagai ancaman. Namun saya setuju dengan perkataan CEO Boeing − Jim mcNerney − yang mempercayai bahwa partner global yang kita miliki bermanfaat dalam menciptakan peluang baru bagi kita.

Jadi, apa maknanya bagi kita para professional dalam bidang PR?

Artinya, bisnis yang sukses dalam perekonomian global saat ini membutuhkan suatu diplomasi publik. Kita bisa mencapai kesuksesan jika kita membuka diri. Pikirkan mengenai diplomasi publik yang dilakukan untuk bernegosiasi dengan para vendor dan partisipan dalam Dreamliner dan iPod. Untuk menerbangkan sebuah Dreamliner, untuk menaruh iPod dalam genggaman tangan penggunanya di seluruh dunia membutuhkan pemahaman yang baik mengenai perbedaan kebudayaan, bisnis dan sosial antar negara.

Pada waktu yang bersamaan, setiap bisnis dan setiap orang yang ada dalam bisnis ini harus berhadapan dengan realitas yang baru.

Kehadiran ancaman membawa sesuatu yang tidak pasti ke dalam hidup kita, yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Kita tidak hanya berbagi kesempatan; kita juga berbagi risiko dan ketidakpastian, sehingga menghasilkan suatu campuran antara optimisme dan kekhawatiran. (RP)

 

 

(Robert W. Grupp/AA/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x