Mereka Percaya Pada Ing Hwie

(The Manager’s Lounge – Column) – Sulit dipercaya, setelah memasuki era krisis ekonomi, PT. Gudang Garam diguncang oleh beberapa kali demo buruh. Sebagai sebuah perusahan besar yang memperkerjakan lebuh dari 50.000 orang, Gudang Garam adalah sebuah institusi bisnis yang ikatan sosialnya sangat kuat. Ikatan yang kuat ini dirintis oleh pendirinya, almarhum Tjoa Ing Hwie, atau yang biasa dipanggil Pak Surya (Surya Wonowidjojo). Ing Hwie memulai usahanya di usia 35 tahun (1956) setelah keluar dari pabrik rokok cap ‘93’ milik pamannya. Dia datang dari China dengan hidup yang pas-pasan, dan menurut Sarwini, mbok yang pernah menghuni rumah penampungan di Pakelan (Kediri), Surya biasa tidur dilorong-lorong lantai.

Kendati Gudang Garam menjadi cepat tumbuh besar, Ing Hwie tetap hidup bersahaja namun dapat berpakaian necis. Selama hidupnya ia dikenal sebagai orang yang sangat sosial. Prinsipnya, kalau orang memerlukan bantuan harus ditolong. Ia sering berdialog dengan abang-abang becak yang biasa mangkal di depan pabriknya. Para tukang becak itu hafal betul bahwa setiap hari raya Lebaran mereka pasti diberi hadiah. “Karena dulu pernah melarat, dia sekarang jadi suka membantu orang,” ujar alm. K.H. Machus Ali, pemimpin Pondik Pesantren Liboyo.

Surya sangat menyayangi 50 orang perintis usahanya yang dulu ikut langkahnya dari pabrik milik pamannya. Setiap tahun mereka diberi bonus istimewa dan diajak jalan-jalan ke luar negeri. Anak-anak mereka pun diprioritaskan bekerja di Gudang Garam. Ia juga dikenal sebagai penyayang binatang. Ia sering terlihat menaburkan parutan kelapa pada mulut-mulut liang semut dan menancapkan mayang-mayang padi di dinding-dinding tembok pabik untuk memberikan makan burung. Baginya , binatang adalah perlambang bagi hidupnya. Karena ia pernah hidup susah, ia merasakan betul makna keberhasilan dan kebebasan.

Singkatnya, semasa hidupnya Ing Hwie sangat dicintai banyak orang. Ya buruhnya, anak-anaknya, manajer, pengusaha lain, tukang becak, wartawan, dan pejabat-pejabat negara. Pada tahun 1985, Ing Hwie meninggal dunia di Auckland, dan saat dimakamkan jenazahnya diantar oleh ribuan orang yang mewakili kelompok agama yang berbeda-beda. Mereka semua tidak mengganggu Gudang Garam, bahkan mencintainya dari sosok bersahaja yang dapat dipercaya ini. Karena mereka percaya maka mereka komit menjaga Gudang Garam dari ancaman apa pun juga.

(Rhenald Kasali / ST / TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x