(Business Lounge – World News) – Tidak lama lagi warga India akan memberikan suaranya dalam pemilihan umum. Seperti biasanya pemilu akan menjadi ajang persaingan antar partai, yaitu partai sayap kiri sekuler yang melemah dan partai sayap kanan – nasionalis Hindu – yang mulai bangkit.
Rabu kemarin, Komisi Pemilihan Umum India mengumumkan pemilihan anggota parlemen dimulai pada 7 April sampai pertengahan Mei. Pemilu lima tahunan kali ini didapuk sebagai pemilu paling signifikan selama puluhan tahun terakhir bagi negara demokrasi terbesar di dunia tersebut.
Jajak pendapat mengindikasikan bahwa partai Kongres Nasional India berpotensi kalah telak dalam pemilu tahun ini. Hasil ini memicu pertanyaan soal masa depan partai beraliran kiri tersebut, beserta agenda kesejahteraan sosialnya. Kongres mendominasi kepemimpinan India setelah negara itu merdeka dari Inggris pada 1947.
Pesaing utama Kongres, partai konservatif Bharatiya Janata Party (BJP), diprediksi menang. Tokoh utamanya, Narendra Modi, dianggap sangat berpotensi menjadi perdana menteri India selanjutnya.
Modi berjanji mengangkat ekonomi dengan merombak manufaktur serta membuat pemerintah lebih bersih dan lebih efisien. Janji ini disambut warga yang telah muak dengan korupsi dan pertumbuhan yang melemah.
Di sisi lain, sejumlah pihak mengecam Modi lantaran gagal mencegah serangan anti-Muslim yang menewaskan ratusan orang di Gujarat, negara bagian yang diperintahnya, 2002 silam. Meski demikian, Modi adalah tokoh BJP terpopuler sejak partai tersebut naik ke panggung politik nasional tahun 1990-an.
Dalam kampanyenya Modi sering membicarakan soal penciptaan lapangan kerja, investasi infrastruktur, dan peningkatan pembangunan. Modi memiliki reputasi sebagai pejabat yang efisien dan pro-bisnis saat menjabat sebagai kepala menteri di Gujarat.
Sementara itu, tokoh-tokoh Kongres fokus dalam program penyediaan makanan murah dan penciptaan lapangan kerja di wilayah pedesaan. Mereka juga berjanji memperluas jangkauan perawatan kesehatan di India.
Baik Kongres maupun BJP diprediksi tak akan memenangkan suara mayoritas. Beberapa partai regional akan memainkan peran penting dalam pemerintahan baru. Meski demikian, analis menilai pemilu kali ini akan mencatatkan sejarah bagi dua partai nasional India tersebut.
Kepopuleran Kongres turun dalam 25 tahun terakhir. Hal ini seiring dengan pudarnya organisasi Kongres di level paling dasar dan berkurangnya dukungan dari beberapa partai regional yang berpengaruh.
“Pemilu ini dapat mengubah peta politik India,” kata E. Sridharan, analis politik di Delhi. “Jika suara untuk Kongres mencapai titik terendahnya dalam sejarah, publik akan bertanya: apakah Kongres akan tenggelam atau akankah mereka bertahan dan bangkit?”
Kendati demikian, politikus Kongres dan sejumlah analis menilai partai itu tidak bisa diremehkan. Mereka merujuk pada kemenangan tak terduga Kongres pada pemilu 2004, setelah jajak pendapat mengindikasikan kemenangan BJP. Kalaupun Kongres kalah, partai ini dapat melenting kembali seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Tapi saat ini Kongres sedang berada dalam transisi kepemimpinan, yaitu dari Sonia Gandhi ke putranya, Rahul Gandhi yang sosoknya kurang dikenal luas dan memang sejak dulu keluarga Nehru-Gandhi yang berkarisma telah sejak dulu memimpin Kongres dan merebut hati pemilih.
Rut Sinta/Journalist
Editor : Iin Caratri
Foto: WSJ
