Natal di Swiss: Tradisi Musim Dingin di Jantung Alpen

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Negara indah di atas Pegunungan Alpen, Swiss, berubah menjadi semakin indah dan menakjubkan di musim Natal tahun ini. Warna-warni lampu Natal dipasang di atas pohon cemara. Kesan gemerlapan dan perasaan sukacita menghiasi seluruh sudut kota. Bukan hanya pohon-pohon Natal yang diterangi dengan indahnya lampu Natal, tetapi ornamen-ornamen Natal khas Eropa juga digantung. Ada yang berbentuk bola-bola Natal berwarna merah, perak, dan putih, ada pula yang berbentuk bola golf, bahkan ada yang berupa sepatu wanita. Natal memang sangat indah; segala wujud kegembiraan diwujudkan melalui pembuatan ornamen-ornamen Natal.

Persiapan sebelum merayakan Natal pada tanggal 25 Desember merupakan hari-hari yang penuh kemeriahan dan luapan sukacita. Budaya bangsa Swiss satu rumpun dengan bangsa Jerman dan Austria. Mereka selalu menggunakan Kalender Advent yang terdiri dari 24 jendela, di mana setiap jendela dibuka mulai tanggal 1 Desember dan diakhiri pada malam Natal, 24 Desember. Inilah cara mereka menghitung mundur menuju hari Natal.

Di masa Advent, orang Swiss menyiapkan empat lilin. Setiap lilin dipasang sesuai dengan minggu Advent dan masing-masing memiliki arti yang berbeda. Lilin pertama adalah lilin pengharapan, yang melambangkan harapan akan kedatangan Raja Damai. Lilin kedua adalah lilin damai, yang melambangkan persiapan menyambut Natal dengan hati yang damai dan tenang. Lilin ketiga adalah lilin sukacita, yang mengajak umat bersukacita karena Natal semakin dekat. Lilin keempat adalah lilin kasih, yang melambangkan kasih Tuhan.

Lilin-lilin tersebut ditempatkan dalam rangkaian daun cemara dan dihias dengan apik di setiap rumah. Inilah tradisi bangsa Swiss yang masih dilakukan hingga saat ini.

Tradisi Natal Swiss lainnya adalah dibukanya pasar-pasar Natal yang meriah di tiap kota di Swiss. Berbagai kerajinan tangan khas Natal dijual. Yang paling seru adalah membeli kue khas Natal Swiss dengan aroma mentega, kayu manis, dan kacang. Rasa-rasa Natal ini memang menggugah selera. Jenis kue-kue Natal ini disebut Weihnachtsguezli. Pasar Natal yang sangat tersohor di Swiss dapat ditemui di kota Basel dan Zurich. Warna-warni lampu khas Natal membuat suasana terasa seperti negeri dongeng. Tidak heran banyak orang menyukai liburan Natal karena suasananya penuh kemeriahan, sukacita, dan kedamaian. Hampir semua orang menyanyikan lagu-lagu Natal, bahkan para pemain musik berkumpul untuk memainkan lagu-lagu indah khas Natal.

Malam Natal merupakan momen yang sangat penting, di mana keluarga-keluarga di Swiss berkumpul sambil menikmati hidangan tradisional. Hidangan yang paling umum disantap pada malam Natal di Swiss adalah Fondue Chinoise. Hidangan ini berisi potongan daging sapi, ayam, atau babi yang diiris tipis, lalu dicelupkan ke dalam kaldu sapi mendidih di tengah meja.

Mengingat Swiss adalah negara yang terdiri dari berbagai bahasa, maka setiap bahasa juga melambangkan kuliner dari bangsa tersebut. Misalnya, masyarakat Swiss berbahasa Jerman biasanya menyajikan filet daging babi atau sapi.

Di daerah Swiss berbahasa Italia seperti Ticino, biasanya disajikan ravioli, yaitu hidangan daging panggang yang disertai panettone (roti manis besar dengan buah kering).

Sementara itu, di daerah berbahasa Prancis, masyarakat menyantap Dinde aux Marrons (kalkun dengan kastanye).

Hari Natal di Swiss penuh dengan luapan kegembiraan dan kehangatan. Kado-kado Natal disiapkan di bawah pohon Natal, dibungkus dengan indah, dan diperuntukkan bagi orang-orang terkasih.

Untuk alasan estetika dan menjaga tradisi, beberapa pohon Natal dihias dengan lilin asli. Tradisi ini memang sengaja dipertahankan karena efek lilin dengan api asli sangat indah dan memberikan kesan nostalgia yang mendalam. Bahkan di bawah pohon Natal, ditempatkan ornamen kandang domba dari kayu beserta figur tokoh-tokoh Natal seperti yang diceritakan dalam Kitab Suci.

Hari Natal di Swiss juga ditandai dengan dimulainya aktivitas olahraga musim dingin, seperti bermain ski dari ketinggian serta berbagai kegiatan seluncur di atas es yang dingin.

Foto : Reto Lüthy (Switzerland)