Burberry

Burberry Kembali Tumbuh di Tengah Upaya Transformasi Global

(Business Lounge – Global News) Produsen mantel ikonik asal Inggris, Burberry Group Plc, melaporkan pertumbuhan penjualan setelah melewati beberapa kuartal yang menantang, menandai sinyal positif bagi strategi transformasi yang dijalankan sejak tahun lalu. Seperti dilaporkan Bloomberg dan Financial Times, perusahaan mencatat kenaikan penjualan yang moderat pada kuartal terakhir, didorong oleh performa kuat di kawasan Eropa dan Timur Tengah, meskipun permintaan di Tiongkok dan Amerika Utara masih melemah.

Burberry, yang dikenal dengan mantel trench legendarisnya, tahun lalu meluncurkan rencana strategis jangka menengah untuk memperkuat citra merek dan mendorong profitabilitas. Di bawah kepemimpinan Chief Executive Officer Jonathan Akeroyd dan direktur kreatif Daniel Lee, perusahaan berupaya mengembalikan Burberry ke posisi terdepan di segmen mewah global dengan fokus pada desain yang lebih berani, ekspansi ritel, serta optimalisasi digitalisasi pengalaman pelanggan.

Menurut Reuters, pertumbuhan penjualan Burberry pada periode terbaru mencapai angka satu digit tinggi secara tahunan, didukung oleh peningkatan permintaan di toko fisik dan penjualan daring. Akeroyd mengatakan bahwa hasil ini menunjukkan “tanda-tanda awal yang menggembirakan” dari strategi revitalisasi yang menitikberatkan pada keaslian warisan Inggris sekaligus pembaruan estetika merek agar lebih relevan bagi konsumen muda global.

Sejak peluncuran lini baru di bawah arahan Daniel Lee, termasuk koleksi musim semi 2025 yang mendapat sambutan positif di London Fashion Week, Burberry berusaha menyeimbangkan antara eksklusivitas dan inovasi. Vogue Business menulis bahwa arah baru merek ini menampilkan warna dan tekstur yang lebih ekspresif tanpa meninggalkan siluet klasik yang telah menjadi ciri khas Burberry selama lebih dari satu abad.

Namun, tantangan masih membayangi. The Wall Street Journal mencatat bahwa penjualan di Tiongkok, yang merupakan pasar utama bagi banyak merek mewah, masih lemah akibat pemulihan ekonomi yang tidak merata. Burberry juga menghadapi persaingan ketat dari rumah mode seperti Gucci, Dior, dan Prada yang lebih agresif dalam kampanye digital dan kolaborasi selebritas.

Untuk menjaga momentum, Burberry memperkuat fokusnya pada produk inti seperti mantel trench, tas kulit, dan sepatu, yang kini diposisikan ulang dalam kategori premium untuk memperkuat persepsi nilai merek. Perusahaan juga meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memperluas kehadiran butik di pasar strategis seperti Seoul, Dubai, dan Paris. Menurut Bloomberg Intelligence, langkah-langkah ini dapat memperbaiki margin operasional Burberry hingga dua poin persentase dalam dua tahun ke depan jika eksekusi tetap konsisten.

Akeroyd menegaskan bahwa fokus utama Burberry kini bukan hanya pada volume penjualan, tetapi pada peningkatan kualitas pertumbuhan dan daya tarik jangka panjang merek. “Kami tidak hanya menjual produk, kami membangun kembali desirability Burberry di mata dunia,” ujarnya dalam wawancara dengan Reuters.

Meskipun lingkungan ekonomi global masih tidak menentu, terutama dengan pelemahan belanja konsumen di sektor barang mewah, hasil terbaru ini memberi optimisme bahwa strategi transformasi Burberry mulai membuahkan hasil. Dengan kombinasi inovasi desain, kekuatan identitas Inggris yang khas, dan pendekatan ritel yang lebih personal, Burberry tampaknya siap melanjutkan babak baru dalam perjalanan panjangnya sebagai salah satu ikon mode dunia.