GXO Logistics

GXO Siap Ekspansi Saat Tarif Baru Meningkatkan Permintaan Zona Perdagangan Asing

(Business Lounge – Global News) Perusahaan logistik GXO Logistics Inc. tengah bersiap memperluas kapasitas dan jaringan layanannya di Amerika Serikat setelah lonjakan permintaan dari perusahaan multinasional yang ingin memanfaatkan fasilitas Foreign Trade Zones (FTZ) di tengah kebijakan tarif impor baru. Dorongan ini mencerminkan perubahan besar dalam strategi rantai pasok global akibat meningkatnya tensi perdagangan dan tekanan biaya dari kebijakan proteksionis.

Dalam laporan The Wall Street Journal dan Bloomberg, GXO—yang dikenal sebagai penyedia logistik pihak ketiga terbesar di dunia—melihat peningkatan tajam dalam permintaan layanan pergudangan, pelabelan, dan manajemen bea cukai di fasilitas FTZ. Fasilitas ini memungkinkan perusahaan menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan barang impor sebelum mereka secara resmi masuk ke pasar domestik, sehingga menunda atau bahkan menghindari biaya tarif tertentu.

CEO GXO, Malcolm Wilson, mengatakan bahwa “perusahaan-perusahaan manufaktur dan ritel kini semakin bergantung pada solusi FTZ untuk menjaga kelancaran rantai pasok.” Ia menambahkan bahwa klien besar di sektor otomotif, elektronik, dan konsumen kini mengalihkan sebagian operasi logistik mereka ke dalam zona perdagangan khusus untuk mengurangi dampak tarif yang dikenakan terhadap produk dari Tiongkok dan Asia Tenggara.

Kebijakan tarif yang baru-baru ini diberlakukan terhadap berbagai produk strategis, termasuk semikonduktor, baterai kendaraan listrik, dan komponen baja, mendorong banyak perusahaan multinasional untuk memanfaatkan sistem FTZ. Reuters melaporkan bahwa sejak awal tahun, permintaan ruang gudang di kawasan industri dekat pelabuhan seperti Los Angeles, Houston, dan Savannah melonjak hingga 30 persen, sebagian besar berasal dari perusahaan yang ingin menyesuaikan diri dengan struktur tarif baru.

Wilson mengatakan GXO akan menambah kapasitas gudang FTZ di Amerika Serikat sebesar 25% dalam dua tahun ke depan, dengan investasi signifikan pada fasilitas berteknologi tinggi yang dilengkapi sistem otomatisasi dan robotika. “Kami melihat peluang besar untuk memadukan kecerdasan buatan dan data analytics agar proses bea cukai, pelabelan, dan pengemasan bisa dilakukan lebih cepat dan akurat,” ujarnya.

Ekspansi ini juga didorong oleh pergeseran strategi klien besar GXO, seperti Apple dan General Motors, yang mencari fleksibilitas dalam menavigasi rantai pasok global yang semakin kompleks. Financial Times mencatat bahwa GXO kini menangani lebih dari 1.000 fasilitas di seluruh dunia, dengan lebih dari seperempatnya beroperasi dalam sistem FTZ.

Analis dari Morgan Stanley, Ravi Shanker, menilai bahwa kenaikan permintaan FTZ bukan hanya tren sementara. “Ini adalah respons struktural terhadap dunia yang semakin terfragmentasi dalam perdagangan,” katanya. “Perusahaan seperti GXO akan menjadi pemenang utama karena mereka menggabungkan teknologi logistik dengan kepatuhan regulasi yang kompleks.”

Selain ekspansi fisik, GXO juga memperluas layanan konsultasi perdagangan internasional untuk membantu klien memahami aturan baru dan memanfaatkan celah kebijakan tarif secara sah. Wilson menyebut layanan ini sebagai “lapisan baru nilai tambah” di luar logistik tradisional. GXO juga tengah mengembangkan sistem AI internal untuk mengoptimalkan keputusan pengiriman lintas batas dan meminimalkan waktu serta biaya penanganan barang.

Meski prospeknya menjanjikan, GXO menghadapi risiko dari ketidakpastian geopolitik dan kebijakan yang bisa berubah cepat, terutama jika pemerintah baru di AS mengubah arah kebijakan perdagangan. Namun, menurut analis Barclays, fleksibilitas model bisnis GXO—yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai regulasi dan lokasi—menjadi keunggulan kompetitif utamanya di masa volatilitas global ini.

Saham GXO naik hampir 5% setelah laporan ekspansi diumumkan, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap strategi jangka panjang perusahaan dalam mengubah tekanan tarif menjadi peluang pertumbuhan. Bagi GXO, dunia yang semakin penuh hambatan perdagangan justru membuka ruang lebih luas untuk menjadi pemain kunci di balik panggung logistik global yang kini makin strategis dan berteknologi tinggi.