(Business Lounge – Global News) Maskapai Qatar Airways mengumumkan rencana untuk menjual seluruh kepemilikannya sebesar 9,57% di Cathay Pacific Airways, maskapai penerbangan asal Hong Kong, dengan nilai transaksi sekitar US$896 juta. Penjualan ini menandai berakhirnya kemitraan strategis selama tujuh tahun antara dua raksasa penerbangan internasional tersebut dan mencerminkan dinamika baru di industri aviasi global pascapandemi.
Menurut laporan Financial Times dan Bloomberg, saham tersebut akan dijual kepada investor institusional melalui penawaran tertutup yang dipimpin oleh Morgan Stanley. Setelah transaksi selesai, Qatar Airways tidak lagi memiliki kepemilikan langsung di Cathay Pacific, yang sebelumnya menjadi bagian dari portofolio investasinya bersama dengan maskapai besar lainnya seperti British Airways, Iberia, dan China Southern Airlines.
CEO Qatar Airways, Badr Mohammed Al Meer, menyatakan bahwa keputusan ini merupakan langkah strategis untuk “menyusun kembali portofolio investasi global dan memfokuskan sumber daya pada pasar inti serta kemitraan yang memberikan nilai jangka panjang.” Ia menambahkan bahwa Qatar Airways tetap berkomitmen memperkuat jaringan globalnya melalui aliansi dan kerja sama operasional, meskipun tidak lagi memiliki saham di Cathay Pacific.
Qatar Airways pertama kali membeli saham Cathay Pacific pada 2017 dari Kingboard Chemical Holdings dengan nilai sekitar US$662 juta. Langkah itu sempat dianggap mengejutkan karena terjadi di tengah hubungan diplomatik yang tegang antara Qatar dan beberapa negara Teluk. Namun, investasi tersebut kemudian terbukti menguntungkan secara finansial karena harga saham Cathay sempat melonjak sebelum pandemi COVID-19.
Penjualan kali ini, menurut Reuters, juga mencerminkan upaya Qatar Airways untuk memperkuat neraca keuangannya setelah periode investasi besar-besaran dalam ekspansi armada dan rute internasional. Maskapai yang berbasis di Doha itu baru saja mencatatkan laba tahunan tertinggi dalam sejarahnya, mencapai lebih dari US$1,7 miliar untuk tahun fiskal 2024/2025, didorong oleh tingginya permintaan perjalanan udara global dan rebound sektor pariwisata Timur Tengah.
Bagi Cathay Pacific, keluarnya Qatar Airways dari daftar pemegang saham utama tidak diharapkan berdampak langsung terhadap operasional. Pemegang saham terbesar perusahaan tetap Swire Pacific dengan sekitar 45%, diikuti oleh Air China dengan 30%. Namun, analis melihat langkah Qatar ini sebagai sinyal bahwa Cathay perlu mempercepat strategi pemulihan dan memperkuat posisi kompetitifnya di Asia.
Cathay Pacific telah berjuang keras untuk kembali ke profitabilitas penuh setelah pandemi, yang sempat membuat kapasitas penerbangan internasionalnya turun lebih dari 90%. Seiring dengan pembukaan kembali Hong Kong dan peningkatan perjalanan bisnis ke Tiongkok daratan, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar HK$9,8 miliar pada semester pertama 2025. Namun, The Wall Street Journal mencatat bahwa biaya operasional dan tekanan kompetitif dari maskapai China dan Timur Tengah tetap menjadi tantangan utama.
Beberapa analis pasar menilai bahwa Qatar Airways mungkin tengah mempersiapkan langkah investasi baru di kawasan lain. “Penjualan saham Cathay memberi Qatar Airways fleksibilitas keuangan untuk mengejar peluang strategis, termasuk potensi ekspansi di Eropa Timur atau Afrika,” ujar analis aviasi dari CAPA – Centre for Aviation, Richard Evans. Ia menambahkan bahwa Qatar Airways kini berada dalam posisi kuat untuk memanfaatkan pertumbuhan lalu lintas udara global yang kembali mendekati level pra-pandemi.
Transaksi senilai hampir US$900 juta ini diperkirakan akan diselesaikan dalam beberapa minggu ke depan, tergantung pada kondisi pasar dan persetujuan otoritas terkait. Meski tidak lagi menjadi pemegang saham, Qatar Airways dan Cathay Pacific diperkirakan akan tetap bekerja sama dalam beberapa rute internasional, terutama di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara, melalui aliansi oneworld yang menaungi keduanya.
Dengan langkah ini, Qatar Airways menutup satu bab investasi penting dalam portofolionya, sembari memperkuat posisinya sebagai salah satu maskapai paling berpengaruh di dunia yang secara konsisten menyeimbangkan strategi pertumbuhan agresif dengan manajemen keuangan yang disiplin.

