Coca-Cola

Coca-Cola Gunakan Dosis AI Baru untuk Kampanye “Holidays Are Coming”

(Business Lounge – Global News) Coca-Cola Co. kembali meluncurkan kampanye ikonik “Holidays Are Coming” menjelang musim Natal tahun ini, namun dengan sentuhan berbeda: kecerdasan buatan (AI) kini memainkan peran utama dalam proses kreatifnya. Setelah menerima kritik pada tahun lalu karena penggunaan gambar buatan AI yang dinilai terlalu artifisial, raksasa minuman ringan itu kini mencoba menggabungkan teknologi AI generatif secara lebih cermat untuk mempercepat produksi dan memangkas biaya, sekaligus menjaga nuansa emosional khas iklan liburan Coca-Cola.

Menurut laporan The Wall Street Journal dan Bloomberg, Coca-Cola menggunakan sistem AI internal yang dikembangkan bersama OpenAI dan Bain & Company untuk menghasilkan konten visual, menyesuaikan pesan dengan pasar lokal, dan mempercepat proses produksi iklan global. Kampanye tahun ini dikabarkan bisa rampung 40% lebih cepat dibanding metode konvensional, dan dengan biaya yang lebih rendah. “AI membantu kami menghadirkan semangat liburan ke lebih banyak tempat, dengan cara yang lebih relevan dan efisien,” kata Pratik Thakar, Global Head of Generative AI di Coca-Cola, seperti dikutip Reuters.

Kampanye “Holidays Are Coming” pertama kali diperkenalkan pada 1995 dan dikenal lewat truk merah menyala dengan logo Coca-Cola yang menjadi simbol awal musim Natal di banyak negara. Tahun ini, Coca-Cola mempertahankan elemen nostalgia itu, tetapi menambahkan fitur digital interaktif yang memungkinkan pengguna membuat versi personal dari truk ikonik tersebut melalui situs web berbasis AI.

Langkah ini mencerminkan strategi baru Coca-Cola yang menggabungkan warisan merek dengan transformasi teknologi. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan ini menjadi pionir dalam penggunaan AI di sektor pemasaran. CEO James Quincey menyebut inisiatif AI sebagai “fondasi dari generasi baru storytelling Coca-Cola,” seperti dikutip Financial Times. “AI tidak menggantikan kreativitas manusia, tetapi memperluas kemampuannya,” ujarnya.

Namun, eksperimen AI Coca-Cola tidak selalu mulus. Tahun lalu, kampanye “Create Real Magic” yang menampilkan seni AI dari DALL·E dan ChatGPT sempat menuai kritik karena beberapa hasil visualnya dianggap terlalu tidak realistis dan jauh dari nilai emosional yang menjadi kekuatan merek Coca-Cola. Pengamat pemasaran menilai bahwa versi tahun ini menjadi upaya perusahaan untuk “menebus kesalahan” dengan pendekatan yang lebih halus dan terkendali.

Menurut analisis AdAge, pergeseran menuju AI bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga respons terhadap perubahan perilaku konsumen muda. Generasi Z, yang kini menjadi target utama Coca-Cola, cenderung lebih terbuka terhadap kampanye interaktif dan konten digital yang dipersonalisasi. Dengan memanfaatkan AI, Coca-Cola berharap bisa menciptakan pengalaman pemasaran dua arah yang lebih imersif.

Namun, beberapa pihak memperingatkan bahwa penggunaan AI berlebihan berisiko mengikis sentuhan kemanusiaan dalam merek yang selama puluhan tahun membangun reputasi melalui kehangatan emosional dan pesan kebersamaan. “Coca-Cola harus berhati-hati agar teknologi tidak menenggelamkan cerita manusianya,” ujar Profesor Mark Ritson, pakar pemasaran dari Melbourne Business School, seperti dikutip The Guardian.

Bagi Coca-Cola, taruhan ini lebih dari sekadar kampanye liburan. Di tengah tekanan inflasi global dan perubahan selera konsumen menuju produk yang lebih sehat, perusahaan berupaya mempertahankan relevansinya dengan cara baru. Penggunaan AI di bidang pemasaran diharapkan bisa menjadi keunggulan kompetitif, memungkinkan Coca-Cola mengoptimalkan konten global tanpa kehilangan identitas merek lokal.

“Holidays Are Coming” versi 2025 bukan hanya menandai datangnya musim Natal, tetapi juga babak baru bagi Coca-Cola dalam menjembatani tradisi dan teknologi. Jika berhasil, strategi ini bisa menjadi cetak biru baru bagi industri periklanan global—di mana nostalgia dan algoritma akhirnya bisa berjalan beriringan.