Produsen otomotif Jepang Honda telah mengambil langkah menangguhkan produksi di salah satu fasilitasnya di Meksiko karena kekurangan semikonduktor yang semakin memburuk. Menurut laporan dari Nikkei dan dikutip oleh Investing.com, Honda menghentikan sementara produksi di pabriknya di Celaya, Meksiko, sebagai dampak dari gangguan pasokan chip.
Penyebab utama dari gangguan ini bukan hanya masalah produksi chip global biasa—melainkan terkait dengan konflik geopolitik dan perdagangan antara Eropa, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Inti permasalahan terletak pada Nexperia, pembuat chip Belanda yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok Wingtech Technology Co., Ltd. (“Wingtech”) sejak 2019. Wingtech kemudian masuk ke dalam daftar “Entity List” Amerika Serikat pada 2024, yang memunculkan aturan baru bahwa anak perusahaan atau entitas yang sebagian dimiliki oleh entitas dalam daftar tersebut juga otomatis terkena pembatasan ekspor.
Pada 30 September 2025, pemerintah Belanda bergerak untuk mengambil alih Nexperia berdasarkan undang-undang keamanan nasional, dikarenakan kekhawatiran bahwa teknologi chip strategis dapat disalurkan ke Tiongkok. Sebagai reaksi, pemerintah Tiongkok memberlakukan pembatasan ekspor terhadap produk Nexperia yang dibuat atau diproses di Tiongkok—sehingga memutus aliran chip yang telah menjadi sangat penting bagi industri otomotif global.
Akibatnya, Honda dan pembuat mobil lainnya mulai menghadapi kesulitan penjadwalan produksi dan kebutuhan pasokan komponen elektronik kendaraan yang mengandung chip-chip produksi Nexperia. Menurut laporan, Honda bahkan mulai menyesuaikan output di fasilitasnya di Amerika Serikat dan Kanada sebagai antisipasi.
Penangguhan produksi di Meksiko menandai dampak nyata dari konflik semikonduktor tersebut terhadap rantai pasok otomotif global. Meksiko merupakan salah satu hub ekspor mobil besar ke pasar AS, sehingga gangguan di sana turut memiliki implikasi bagi suplai kendaraan ke pasar Amerika Utara. Selain itu, dengan kondisi ini, pembuat mobil memperingatkan bahwa jika situasi tidak cepat tertangani, maka kemungkinan penghentian produksi atau penurunan kapasitas bisa meluas ke pabrik-pabrik lain.
Dari sisi strategis, kejadian ini menunjukkan dua hal penting. Pertama, bahwa meskipun chip yang dipermasalahkan bukanlah chip ultra-maju (seperti CPU utama atau GPU), melainkan jenis semikonduktor “dasar” seperti transistor, MOSFET, dioda—yang sering dianggap “murah” namun dipakai dalam jumlah besar oleh sistem elektronik kendaraan—namun tetap memiliki implikasi besar bila pasokannya terganggu. Kedua, bahwa globalisasi rantai pasok otomotif sangat rentan pada faktor geopolitik dan ekonomi makro: keputusan pemerintah, regulasi ekspor, atau konflik alih teknologi bisa segera berdampak pada produksi fisik kendaraan.
Bagi Honda sendiri, pengaruh langsungnya adalah perlunya menghentikan atau menurunkan produksi di Meksiko dan menyesuaikan di fasilitas Amerika Utara — yang berpotensi menghasilkan penundaan entrega model, pengurangan stok, atau biaya tambahan. Bagi konsumen dan pasar, hal ini bisa memunculkan efek kust — seperti naiknya harga kendaraan atau berkurangnya pilihan model di pasar.
Di tingkat makro, industri otomotif global kini dihadapkan pada tantangan berikut: menemukan dan mendiversifikasi pasokan semikonduktor (termasuk yang sederhana namun jumlah besar), melihat ulang strategi manufaktur dan lokasi produksi, dan memperhitungkan risiko geopolitik dalam rantai pasok. Konflik Nexperia-Tiongkok menjadi pengingat bahwa “komponen kecil” bisa memicu gangguan besar.
Ternyata langkah Honda menangguhkan produksi di Meksiko bukan hanya masalah teknis atau logistik biasa, tetapi bagian dari sistem yang lebih besar — yakni persaingan teknologi dan geopolitik yang memukul rantai pasok otomotif global. Industri harus bergerak cepat agar tidak terjebak dalam fase “kemacetan produksi” seperti yang terjadi beberapa tahun lalu saat pandemi chip global

