(Business Lounge – Tech) Saham Alibaba melonjak tajam pada perdagangan terbaru setelah perusahaan teknologi raksasa asal Tiongkok itu mengumumkan serangkaian langkah baru untuk memperkuat posisinya di bidang kecerdasan buatan (AI). Peningkatan harga saham ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa investor kembali menaruh harapan besar pada strategi baru Alibaba, di tengah persaingan ketat dengan para rival seperti Tencent, Baidu, dan ByteDance yang juga agresif mengembangkan teknologi serupa.
Menurut laporan Bloomberg, saham Alibaba naik lebih dari 6% di Bursa Hong Kong setelah perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan mengalokasikan investasi besar untuk riset dan pengembangan AI, sekaligus memperluas integrasi produk berbasis AI ke berbagai lini bisnisnya, termasuk e-commerce, logistik, dan komputasi awan. Bagi banyak investor, langkah ini dipandang sebagai titik balik penting yang bisa mengembalikan daya tarik Alibaba setelah beberapa tahun terakhir menghadapi tantangan regulasi, persaingan domestik yang ketat, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Dalam pernyataan resminya, CEO Eddie Wu menekankan bahwa Alibaba berkomitmen penuh untuk menjadikan teknologi AI sebagai pilar utama transformasi bisnis. Ia menyebutkan bahwa AI generatif, sistem rekomendasi berbasis AI, dan solusi komputasi awan yang lebih cerdas akan menjadi kunci bagi pertumbuhan berkelanjutan perusahaan. “Kami melihat AI bukan hanya sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, tetapi sebagai fondasi bagi model bisnis masa depan yang lebih inovatif dan berorientasi pelanggan,” ujarnya, dikutip Reuters.
Salah satu langkah besar yang disorot adalah penguatan layanan Alibaba Cloud, yang selama ini menjadi salah satu unit bisnis paling strategis. Perusahaan meluncurkan versi terbaru dari model bahasa besar mereka yang dirancang untuk bersaing dengan produk serupa dari OpenAI dan Google. Model ini diklaim memiliki kemampuan lebih baik dalam pemrosesan bahasa alami serta efisiensi komputasi, yang membuatnya lebih adaptif untuk aplikasi skala besar di sektor bisnis maupun publik.
Investor menyambut positif langkah tersebut, terutama karena unit cloud sempat mengalami perlambatan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan integrasi AI yang lebih kuat, Alibaba Cloud diharapkan bisa kembali mencatatkan ekspansi agresif, baik di pasar domestik maupun internasional. Menurut The Wall Street Journal, Alibaba juga berencana menawarkan layanan AI berbasis cloud dengan harga lebih kompetitif untuk mendorong adopsi luas di kalangan perusahaan kecil dan menengah.
Selain cloud, Alibaba juga memperkuat penerapan AI di sektor e-commerce, bisnis utama yang menjadi tulang punggung perusahaan. Sistem rekomendasi produk berbasis AI terbaru diklaim dapat meningkatkan personalisasi pengalaman belanja pengguna, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan tingkat konversi penjualan. Bahkan, dalam uji coba awal, perusahaan melaporkan adanya peningkatan signifikan pada waktu interaksi pengguna di aplikasi Taobao dan Tmall setelah fitur AI diperkenalkan.
Tak hanya berhenti di sana, Alibaba juga memperluas penerapan AI di Cainiao, unit logistiknya. Teknologi baru memungkinkan perusahaan mengoptimalkan rute pengiriman, mempercepat waktu distribusi, serta mengurangi biaya operasional. Dengan pasar logistik Tiongkok yang sangat padat dan kompetitif, penggunaan AI dipandang sebagai langkah strategis untuk menjaga margin keuntungan sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan.
Namun, terlepas dari sentimen positif di pasar saham, para analis tetap menilai ada tantangan besar yang harus dihadapi Alibaba. Pertama, persaingan AI di Tiongkok sangat ketat, dengan Baidu yang sudah lebih dahulu meluncurkan chatbot Ernie Bot serta Tencent yang memperkuat ekosistem AI di aplikasi supernya, WeChat. Kedua, tekanan regulasi masih menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Pemerintah Tiongkok sejauh ini mendukung pengembangan AI, tetapi tetap menerapkan regulasi ketat terkait keamanan data dan konten, yang berpotensi membatasi fleksibilitas inovasi perusahaan.
Meski begitu, beberapa analis percaya bahwa Alibaba memiliki keunggulan kompetitif karena basis datanya yang sangat besar dari jutaan pengguna e-commerce dan layanan digital lain. Menurut analis di Morgan Stanley, akses terhadap data konsumen dalam jumlah masif memberi Alibaba peluang untuk melatih model AI yang lebih akurat dan relevan dibandingkan banyak pesaingnya.
Keberhasilan strategi AI Alibaba juga akan sangat bergantung pada kemampuannya mengeksekusi rencana investasi dalam jangka menengah. Jika perusahaan mampu menunjukkan bukti nyata bahwa AI dapat meningkatkan margin dan pertumbuhan pendapatan, maka valuasi Alibaba berpotensi naik lebih jauh. Namun, jika implementasi berjalan lambat atau hasilnya tidak sesuai ekspektasi, investor bisa kembali kehilangan kepercayaan, mengingat rekam jejak fluktuasi kinerja Alibaba dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global dan hubungan perdagangan Tiongkok dengan Amerika Serikat juga bisa memengaruhi arah pertumbuhan. Persaingan geopolitik dalam teknologi AI semakin tajam, dan Alibaba harus mampu menavigasi risiko tersebut untuk mempertahankan momentum.
Bagi para investor, lonjakan harga saham Alibaba kali ini mungkin baru awal dari perjalanan panjang perusahaan dalam membangun kembali reputasinya sebagai salah satu pemimpin teknologi dunia. Keberanian perusahaan untuk bertaruh besar pada AI dipandang sebagai langkah yang sejalan dengan tren global, di mana perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft, Google, dan Amazon juga menjadikan AI sebagai pusat strategi masa depan mereka.
Kini, fokus utama pasar adalah menanti hasil konkret dari strategi ini. Jika AI benar-benar dapat menghidupkan kembali pertumbuhan Alibaba, maka lonjakan saham kali ini bisa menjadi fondasi awal dari kebangkitan baru perusahaan. Sebaliknya, jika hanya sebatas euforia sesaat tanpa realisasi nyata, maka risiko koreksi kembali terbuka lebar.

