Emotional Branding

(Business Lounge Journal – Marketing)

Marc Gobe merupakan pemimpin Desgripes Gobe Group New York, salah satu perusahaan pencipta citra merk top dunia yang masuk dalam daftar 10 besar. Sebagai pelopor desain merek, dia telah menulis buku bisnis terlaris Emotional Branding – The new paradigm for Connecting Brands to People (Allworth Peress, 2001). Buku barunya adalah Citizen Brand the 10 Commandments for Transforming Brand in a Consumer Democrazy (Allworth Press,2002).

Buku tersebut mengeksplorasi peran baru perusahaan yakni bermain dalam rangka untuk memperoleh loyalitas pembeli dan tetap kompetitif dalam dunia yang terus berubah ini. Desgripes Group berkantor di New York, Paris, Brussel, Tokyo, Hongkong, atau Seoul. Pendekatan terpadu dalam membangun merek (melalui disiplin seperti disain produk, disain grafis, dan arsitektur) memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan terbaik klien, baik lokal maupun global. Desgripes Gobe Group menjadi sukses hasil dari  kombinasi pendekatan inovatif untuk riset konsumen dan pengembangan alat-alat seperti BrandSense dan BrandFocused yang memungkinkan klien untuk memahami perilaku pembelian.

Gobe lulus dari Ecole Professionelle de Desain Industriel di Paris pada studi ekstensif dalam bidang disain grafis. Pengalamannya dalam kemasan, desain struktur, dan arsitektur telah menarik perusahaan untuk membangun merek mereka terutama perusahaan campuran pakaian, kecantikan, dan konsumen. Ia menciptakan konsep “kehadiran total” dalam branding ketika bisnis masih sangat khusus dan menciptakan merek disain strategis yang melibatkan konsumen secara emosional pada titik-titik yang berbeda dari pengalaman merek. Klien diantaranya Coca Cola, Air France, Estee Lauder, Ann Tylor, Victoria’s Secret, IBM, Gillete, Brooks Brothers, Reebok, dan beberapa perusahaan lainnya.

Emotional branding merupakan sebuah gerakan dalam lingkaran permerekan dengan mengalihkan fokus dari produk kepada orang bahkan telah menjadi tolok ukur baru untuk pemasaran profesional yang kreatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa emotional branding merupakan sebuah terobosan dan pendekatan baru  untuk membangun merek.

Menurut Gobe, emotional branding mengeksplorasi keefektifan interaksi konsumen berkaitan dengan indra dan perasaan, emosi, dan sentimen.  Sehingga yang dibutuhkan  adalah peran indera dalam branding dan disain.  Mengingat kesempatan yang ada dalam memahami bagaimana perasaan prospek mengenai  sebuah merek menentukan berapa banyak yang ingin mereka beli. Dorongan emosional lebih efektif untuk membuat target konsumen mengambil keputusan pembelian dibandingkan logika.

Dengan menjelajahi panca indera, emotional  branding menunjukkan bagaimana beberapa merek membangun bisnis dengan terlibat dalam interaksi sensorik dengan konsumen. Gobe melihat bahwa emotional branding membuka pintu menuju sensitivitas yang baru terhadap penelitian tradisional yang mengistimewakan individualitas dan kekuatan margin untuk menjadi  pusat strategi pemasaran.

Dia pun menganggap desain sebagai media baru, web tempat di mana orang akan berbagi informasi dan berkomunikasi, arsitektur sebagai  bagian dari  proses pembangunan merek, dan orang-orang sebagai unsur palng kuat dari setiap strategi pemerekan. Paling penting bahwa emotional brand menekankan kebutuhan untuk melampaui bahasa tradisional pemasaran, dari yang didasarkan pada statistik dan ke  komunikasi visual  bentuk baru yang menarik  yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi.

Manfaat strategi emotional brand menurut Marc Gobe dapat dilihat bagaimana media sosial membantu terpilihnya Barack Obama menjadi Presiden Amerika. Kemudian, bagaimana ide di balik Twitter mengubah peradaban, dan mengapa generasi baru menemukan kembali bisnis, perdagangan dan manajemen dengan memanfaatkan kekuatan web atau media sosial.

Contoh penerapan  strategi emotional brand terdapat dalam brand berikut:

BMW

Melalui sebuah video, BMW menunjukkan bagaimana mobilnya ikut ambil bagian dari sejarah penting yaitu membantu beberapa orang untuk melarikan diri ke Jerman Barat. Ini juga sekaligus menunjukkan sepak terjang BMW sebagai brand mobil yang kuat dari dulu hingga sekarang.

Selain itu, video membangkitkan rasa penasaran di awal, rasa tegang, kemudian haru di akhir video. Di sini BMW menunjukkan perannya dalam kisah seseorang menuju kemerdekaan, diakhiri dengan kata-kata ‘Freedom and independence. For all generations.’, mengaitkan brand-nya dengan kebebasan.

Apple

Video Apple juga menggunakan pendekatan emotional brand untuk mengangkat produknya. Dalam video tersebut menceritakan tentang perayaan Natal suatu keluarga, dengan sebuah keluarga melakukan perjalanan mengunjungi rumah kakek, melihat-lihat foto lawas dan menonton video lama, hingga makan keluarga. Di akhir video, ditunjukkan bahwa sang nenek yang sudah meninggal bisa dilihat kembali video nenek mereka dan mengeditnya menjadi bagian foto keluarga. Dengan alunan musik yang  menyentuh bagian ini  membangkitkan rasa haru penonton, Lewat video tersebut, Apple membangkitkan rasa kekeluargaan menjelang hari Natal dan menunjukkan bagaimana produknya dapat membantu customer mengabadikan momen-momen penting bersama keluarga.

Banyak iklan-iklan dengan konten menarik dari bermacam-macam brand yang menggunakan strategi emotional branding untuk menarik perhatian customer. Hal yang terpenting adalah mengetahui siapa target konsumen brand-mu, emosi seperti apa yang ingin dibangkitkan pada strategi pemasaran tersebut dan aspek atau fitur produk apa yang ingin diangkat. Dengan demikian, content atau iklan bisa mendorong ketertarikan customer.

Emotional branding dapat juga dilakukan oleh brand retail untuk menjual produk dan meningkatkan brand awareness di berbagai platform penjualan. Dengan memahami strategi ini Anda bisa memaksimalkan usaha dalam mengarahkan minat konsumen agar mereka melakukan transaksi pembelian.