BMW

BMW Mercedes Tantang Tesla Lewat SUV Listrik Baru

(Business Lounge – Automotive) Dua raksasa otomotif Jerman, BMW dan Mercedes-Benz, kini mempercepat langkah mereka untuk menantang dominasi Tesla di pasar kendaraan listrik dengan meluncurkan versi listrik dari model SUV andalan. Langkah ini dinilai sebagai upaya paling ambisius Eropa sejauh ini untuk mengejar ketertinggalan teknologi dari Amerika Serikat dan China, menurut laporan Wall Street Journal.

BMW memperkenalkan varian listrik dari X5, yang akan diproduksi di pabrik utama mereka di Spartanburg, Carolina Selatan. Sementara itu, Mercedes-Benz merilis versi terbaru EQS SUV yang diposisikan sebagai kendaraan keluarga premium dengan jangkauan lebih panjang dan teknologi kabin cerdas. Kedua perusahaan berfokus pada segmen SUV karena tipe kendaraan ini merupakan model terlaris mereka di pasar global.

Menurut Financial Times, strategi ini mencerminkan kesadaran bahwa pertarungan di pasar mobil listrik tidak hanya soal harga, tetapi juga soal citra dan pengalaman berkendara. Tesla selama ini unggul berkat reputasi inovasi dan ekosistem perangkat lunak, sementara produsen Tiongkok seperti BYD berhasil menekan harga melalui produksi massal yang efisien. BMW dan Mercedes, dengan warisan panjang di segmen premium, memilih menonjolkan desain mewah, performa tinggi, dan kenyamanan interior sebagai pembeda utama.

Namun, tantangan tidak kecil. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan bahwa penjualan kendaraan listrik di Eropa melambat pada paruh pertama 2025, sebagian karena penghapusan insentif subsidi pemerintah di beberapa negara. Sementara di Amerika Serikat, meski permintaan terus tumbuh, konsumen semakin sensitif terhadap harga dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya. Dalam konteks itu, peluncuran SUV listrik kelas atas berpotensi menghadapi pasar yang lebih berhati-hati.

BMW menekankan bahwa fokus mereka bukan semata mengejar volume, melainkan memastikan bahwa transformasi ke kendaraan listrik tetap menguntungkan. Oliver Zipse, CEO BMW, dikutip Reuters mengatakan bahwa perusahaan akan menjaga margin keuntungan dengan mengandalkan platform fleksibel yang memungkinkan produksi mobil listrik dan berbahan bakar konvensional di lini yang sama. Pendekatan ini berbeda dengan Tesla yang membangun pabrik khusus kendaraan listrik sejak awal.

Mercedes-Benz mengambil jalur serupa dengan memanfaatkan arsitektur modular yang memungkinkan penghematan biaya. Kepala eksekutif Mercedes, Ola Källenius, menekankan bahwa teknologi baterai generasi baru akan meningkatkan jangkauan dan mempercepat pengisian daya, faktor penting bagi konsumen premium yang menuntut kenyamanan tanpa kompromi. Selain itu, integrasi kecerdasan buatan dalam sistem hiburan MBUX versi terbaru diposisikan sebagai nilai tambah yang membedakan produk mereka dari Tesla maupun merek lain.

Meski demikian, New York Times menyoroti bahwa Tesla masih memegang keunggulan signifikan dalam hal jaringan pengisian supercharger dan integrasi perangkat lunak kendaraan. Selain itu, Tesla baru saja memperbarui Model X dengan harga lebih kompetitif, memberi tekanan tambahan pada strategi harga BMW dan Mercedes.

Persaingan juga semakin kompleks karena produsen Tiongkok memperluas ekspansi global mereka. BYD, misalnya, mulai memasarkan SUV listrik premium di Eropa dengan harga yang lebih rendah dari kompetitor Jerman. Analis dari Handelsblatt menilai bahwa pasar kendaraan listrik di segmen premium akan semakin padat dalam dua tahun ke depan, dan hanya merek yang mampu menggabungkan teknologi baterai, perangkat lunak, dan citra merek kuat yang akan bertahan.

Bagi BMW dan Mercedes, taruhan ini bukan sekadar tentang melawan Tesla, tetapi juga mempertahankan posisi Eropa dalam peta otomotif global. Selama lebih dari satu abad, mobil Jerman identik dengan kemewahan dan rekayasa presisi. Jika mereka gagal menyesuaikan diri di era kendaraan listrik, reputasi tersebut bisa terkikis oleh inovator baru dari luar benua.

Meskipun menghadapi risiko, ada alasan optimistis. Menurut survei konsumen yang dikutip Bloomberg Intelligence, segmen pembeli mobil mewah masih menunjukkan minat lebih tinggi terhadap kendaraan listrik dibandingkan segmen menengah. Alasan utamanya adalah daya beli yang lebih besar dan kepedulian terhadap citra keberlanjutan. Dengan menargetkan pasar ini terlebih dahulu, BMW dan Mercedes berharap dapat membangun basis kuat sebelum merambah ke model dengan harga lebih terjangkau.

Kedua perusahaan juga semakin agresif dalam mengamankan pasokan baterai. Mercedes menjalin kemitraan dengan produsen Eropa dan Korea Selatan untuk memastikan kestabilan rantai pasok, sementara BMW mengumumkan investasi tambahan di fasilitas sel baterai di Jerman. Langkah ini dianggap penting untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok Tiongkok, yang selama ini mendominasi pasar bahan baku seperti litium dan kobalt.

Pertarungan SUV listrik ini pada akhirnya akan menjadi barometer apakah strategi Eropa mampu menyaingi kecepatan inovasi Tesla dan ekspansi Tiongkok. Jika berhasil, BMW dan Mercedes bukan hanya menjaga warisan mereka sebagai simbol mobilitas premium, tetapi juga membuktikan bahwa transisi menuju era listrik dapat dilakukan tanpa kehilangan identitas.