Entrepreneurship

Shine: Saat Dukungan Personal Menjadi Solusi Digital Global

(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)

Dari pesan teks penyemangat hingga komunitas dua juta pengguna di 189 negara, Shine adalah bukti bahwa empati bisa dikembangkan menjadi bisnis berkelanjutan—asal tahu cara memecahkan masalah dengan pendekatan yang tepat.

Kisah Shine bermula dari sebuah relasi profesional yang saling menguatkan. Marah Lidey dan Naomi Hirabayashi bertemu saat bekerja di DoSomething.org, sebuah organisasi nirlaba global untuk kaum muda. Keduanya melihat satu sama lain sebagai “aspirational peers”—teman yang jadi panutan. Dari dinamika personal itu, lahirlah ide: bagaimana jika bentuk dukungan yang mereka berikan satu sama lain bisa diubah menjadi layanan digital yang menyemangati lebih banyak orang?

Pada tahun 2015, mereka mulai menguji ide ini dengan mengirimkan pesan penyemangat setiap hari ke 70 pengguna uji coba. Responnya luar biasa. Di bulan Oktober, mereka meluncurkan versi beta Shine, dan pada April 2016, mereka resmi meninggalkan pekerjaan mereka untuk membangun Shine sebagai startup penuh waktu.

Apa yang Shine tawarkan bukan sekadar konten motivasi. Mereka mengidentifikasi bahwa dunia self-help mengalami krisis—aksesnya tak merata, bahasanya tidak selalu inklusif, dan dampaknya kurang terukur. Shine hadir sebagai solusi yang mengatasi apa yang disebut sebagai “confidence gap”, kesenjangan kepercayaan diri yang kerap menghambat perempuan dalam berkarier, berinvestasi, bahkan merencanakan masa depan.

Dengan empat pilar utama—kesehatan mental, kepercayaan diri, kebahagiaan harian, dan produktivitas—Shine berkembang dari layanan pesan teks menjadi aplikasi lengkap dengan fitur audio, diskusi komunitas, hingga konten refleksi harian. Pada 2018, komunitas Shine telah menjangkau jutaan pengguna di seluruh dunia.

Problem Solving dalam Kewirausahaan: Dari Ide ke Inovasi

Apa yang dilakukan Lidey dan Hirabayashi adalah contoh klasik bagaimana kewirausahaan dimulai dari pemecahan masalah. Mereka melihat celah antara kondisi yang ada dan kondisi ideal yang bisa dihadirkan lewat solusi baru—dikenal sebagai opportunity gap.

Pemecahan masalah dalam kewirausahaan bukan hanya soal membuat keputusan. Ini soal mengenali kesenjangan dan menciptakan sesuatu yang belum ada. Kadang, masalah pribadi bisa menjadi peluang bisnis—selama kita mampu memvalidasinya di pasar.

Hal ini juga dialami oleh Sara Blakely, pendiri Spanx. Dari kesulitan pribadinya saat memilih pakaian yang nyaman dan membentuk tubuh, ia menciptakan produk pelengkap busana yang sekarang menjadi fenomena global. Blakely adalah contoh dari pola pikir “glass half-full”—positif, pantang menyerah, dan siap mengubah rintangan menjadi inovasi.

Dua Gaya Pemecahan Masalah: Adaptif vs Inovatif

Pemecahan masalah dalam dunia usaha bisa dibagi ke dua pendekatan: adaptif dan inovatif. Pendekatan adaptif berfokus pada efisiensi dan stabilitas, dengan cara-cara yang telah terbukti berhasil. Di sisi lain, pendekatan inovatif justru menantang asumsi lama, mencari masalah baru yang belum terpecahkan, dan menciptakan solusi yang benar-benar orisinal.

Contoh menarik datang dari Vital Vio, startup yang dikembangkan oleh Colleen Costello. Mereka menciptakan teknologi lampu putih yang mampu membunuh bakteri berbahaya seperti MRSA di fasilitas kesehatan. Jika pendekatan adaptif hanya sebatas menjaga kebersihan atau mengedukasi staf medis, pendekatan inovatif seperti Vital Vio menciptakan solusi dari nol—menggabungkan sains dan teknologi untuk mengatasi masalah secara sistemik.

Dari Empati ke Ekosistem

Shine, Spanx, hingga Vital Vio membuktikan bahwa solusi bisnis terbaik sering kali lahir dari pengalaman personal yang divalidasi dan diperkuat dengan strategi pemecahan masalah yang tepat. Dalam era di mana konsumen mencari makna, bukan sekadar produk, para wirausahawan yang mampu mengenali kebutuhan emosional dan menciptakan solusi yang relevan akan selalu memiliki tempat tersendiri di pasar.

Dan seperti yang dilakukan Hirabayashi dan Lidey, langkah pertama kadang cukup sederhana: mengubah percakapan pribadi menjadi peluang global.