(Business Lounge – Global News) Industri kendaraan listrik tengah menghadapi perlambatan global, dengan permintaan mobil listrik yang menurun di berbagai pasar utama. Namun di tengah situasi itu, para produsen baterai menemukan peluang baru di luar sektor otomotif. Banyak perusahaan kini mengalihkan fokus mereka ke pasar penyimpanan energi skala jaringan (grid-scale battery storage), menawarkan solusi untuk menstabilkan pasokan listrik dari energi terbarukan seperti matahari dan angin.
Perubahan ini merupakan respons strategis terhadap perlambatan industri kendaraan listrik yang sebelumnya menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor baterai. Beberapa produsen besar seperti CATL dari Tiongkok, LG Energy Solution dari Korea Selatan, dan Panasonic dari Jepang telah mulai memperluas lini bisnis mereka untuk menyasar pasar penyimpanan energi stasioner. Perusahaan-perusahaan ini melihat lonjakan permintaan dari utilitas listrik, pusat data, hingga kawasan industri yang berupaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Menurut laporan The Wall Street Journal, banyak proyek skala besar untuk penyimpanan energi mulai dipesan di Amerika Serikat dan Eropa, wilayah yang pemerintahnya tengah berinvestasi besar dalam transisi energi. Sistem baterai skala grid sangat penting untuk mengatasi fluktuasi output dari sumber energi terbarukan. Sebagai contoh, tenaga surya hanya tersedia saat siang hari, dan tenaga angin tidak selalu konsisten. Sistem penyimpanan memungkinkan energi yang diproduksi disimpan dan digunakan saat dibutuhkan.
Perusahaan seperti Tesla Energy, yang selama ini dikenal sebagai pelopor mobil listrik, juga terus mengembangkan divisi penyimpanan energi mereka. Selain itu, pemain seperti Fluence Energy dan EnerVenue kini bermunculan sebagai spesialis teknologi penyimpanan energi jangka panjang. Bagi produsen baterai yang sebelumnya sangat bergantung pada pasar kendaraan listrik, tren ini menawarkan jalur baru menuju pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
Salah satu dorongan besar terhadap penyimpanan energi skala jaringan datang dari kebijakan insentif di Amerika Serikat, seperti Inflation Reduction Act yang diloloskan pada 2022. Undang-undang ini memberikan kredit pajak besar-besaran bagi proyek energi bersih, termasuk infrastruktur penyimpanan energi. Akibatnya, banyak perusahaan utilitas besar kini memesan baterai dalam volume besar untuk memenuhi target emisi mereka dan menghindari potensi ketidakstabilan pasokan listrik.
Namun pergeseran ini juga menghadirkan tantangan teknis dan bisnis. Baterai yang digunakan untuk mobil listrik memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang dibutuhkan untuk penyimpanan energi skala besar. Di satu sisi, baterai untuk mobil menuntut kepadatan energi tinggi dan bobot ringan. Di sisi lain, baterai untuk penyimpanan stasioner menekankan pada siklus penggunaan yang panjang, biaya produksi rendah, dan daya tahan terhadap kondisi lingkungan yang bervariasi. Oleh karena itu, produsen perlu berinvestasi dalam riset dan pengembangan, sekaligus menyesuaikan rantai pasok mereka untuk mendukung transisi ke model bisnis baru ini.
Selain itu, kelebihan kapasitas yang sebelumnya dibangun untuk memenuhi lonjakan permintaan kendaraan listrik kini sedang dioptimalisasi untuk memenuhi pasar penyimpanan energi. Pabrik-pabrik baterai yang semula diarahkan untuk memproduksi sel untuk kendaraan kini mulai mengalokasikan sebagian kapasitas mereka untuk memproduksi modul skala besar untuk aplikasi jaringan. Perubahan ini memungkinkan perusahaan menjaga utilisasi pabrik tetap tinggi di tengah stagnasi pasar otomotif.
Menurut analis di BloombergNEF, pasar penyimpanan energi diperkirakan tumbuh lebih dari dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Proyeksi ini mendorong lebih banyak perusahaan masuk ke sektor ini, termasuk pemain baru dari sektor teknologi, konstruksi, dan energi terbarukan. Kompetisi semakin meningkat, tetapi ruang pertumbuhan juga sangat luas, terutama di negara-negara berkembang yang tengah membangun infrastruktur energi bersih dari nol.
Beberapa negara seperti Australia, Jerman, dan India juga menjadi target ekspansi para produsen baterai. Proyek-proyek besar di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki akses jaringan listrik stabil sering kali membutuhkan sistem penyimpanan energi yang andal. Di sinilah baterai skala besar berperan penting, menggantikan peran genset diesel yang selama ini menjadi solusi darurat.
Meski demikian, sektor kendaraan listrik masih menjadi pasar penting bagi produsen baterai, dan diperkirakan akan kembali tumbuh dalam jangka menengah hingga panjang. Namun, dengan adanya diversifikasi ke sektor penyimpanan energi, para produsen dapat menyeimbangkan portofolio bisnis mereka dan mengurangi ketergantungan pada satu segmen saja. Strategi ini penting untuk menghadapi dinamika global seperti fluktuasi harga bahan baku, perubahan regulasi, dan ketidakpastian permintaan konsumen.
Dengan dunia yang terus bergerak menuju dekarbonisasi, kebutuhan akan teknologi penyimpanan energi yang efisien dan andal akan semakin meningkat. Para produsen baterai yang mampu beradaptasi cepat dan merancang solusi yang sesuai dengan kebutuhan pasar baru akan berada di posisi terdepan untuk memimpin fase pertumbuhan berikutnya dalam transisi energi global.

