Opec+

Amerika Serikat Menghadapi Tantangan dalam Memenuhi Pasokan Gas Alam Global

(Business Lounge Journal – Global News)

Keputusan Presiden Trump untuk mencabut penghentian sementara persetujuan terminal ekspor gas alam cair (LNG) telah memicu antusiasme terhadap potensi Amerika Serikat dalam memperluas pasokan global bahan bakar ini. Sebagai produsen gas alam terbesar di dunia dan eksportir LNG terkemuka, AS diproyeksikan akan terus meningkatkan produksinya. Namun, dinamika pasar global, kenaikan biaya, dan persaingan yang meningkat dari Qatar akan mempengaruhi seberapa besar—dan ke mana—bahan bakar ini akan disalurkan.

Dengan pencabutan penghentian sementara persetujuan ekspor LNG, beberapa perusahaan yang mengembangkan proyek LNG di Texas dan Louisiana menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan rencana ekspansi. Langkah ini diperkirakan akan menambah hampir 100 juta metrik ton per tahun (MTPA) kapasitas LNG tambahan pada tahun 2031, memperkuat posisi AS sebagai eksportir LNG terbesar di dunia. Perusahaan seperti Cheniere Energy, Commonwealth LNG, dan Energy Transfer termasuk di antara yang diuntungkan dari perubahan kebijakan ini, dengan rencana ekspansi signifikan dan proyek baru. Namun, studi sebelumnya menunjukkan bahwa meskipun pasokan gas alam AS cukup untuk memenuhi permintaan domestik dan global, peningkatan ekspor LNG dapat menyebabkan kenaikan harga gas domestik, meningkatkan pengeluaran rumah tangga. Selain itu, kelompok lingkungan mengkritik langkah Trump, menyoroti kekhawatiran tentang dampaknya terhadap krisis iklim dan harga gas domestik.

Sementara Amerika Serikat berupaya memperluas kapasitas ekspor LNG-nya, Qatar, salah satu eksportir LNG terbesar di dunia, telah mengumumkan rencana ambisius untuk meningkatkan produksi LNG mereka. Qatar berencana meningkatkan kapasitas produksi LNG dari 77 juta metrik ton per tahun (mtpa) menjadi 142 mtpa pada tahun 2030, yang mewakili peningkatan hampir 85% dari level produksi saat ini. Ekspansi ini, yang berfokus pada pengembangan Lapangan Utara, akan memungkinkan Qatar menguasai hampir 25% pangsa pasar LNG global pada akhir dekade ini.

Selain itu, QatarEnergy telah memesan enam kapal LNG ultra-besar tambahan dari China State Shipbuilding Corporation, meningkatkan total pesanan mereka menjadi 128 kapal sebagai bagian dari rencana ekspansi armada mereka. Kapal-kapal LNG baru ini, dikenal sebagai QC-Max, akan memiliki kapasitas 271.000 meter kubik masing-masing dan merupakan kapal LNG terbesar yang pernah dibangun. Pengiriman dijadwalkan antara 2028 dan 2031.

Ekspansi besar-besaran Qatar dalam produksi LNG diperkirakan akan mempengaruhi dinamika pasar global. Dengan peningkatan kapasitas yang signifikan, Qatar dapat menawarkan kontrak jangka panjang dengan harga yang lebih kompetitif, yang dapat menarik pembeli dari Asia dan Eropa. Hal ini dapat menekan proyek-proyek LNG baru di Amerika Serikat, terutama yang memiliki biaya produksi lebih tinggi. Selain itu, peningkatan pasokan global dapat menyebabkan penurunan harga LNG, yang dapat mempengaruhi profitabilitas produsen dengan biaya lebih tinggi.

Namun, permintaan global untuk LNG diperkirakan akan terus tumbuh, terutama di Asia, di mana negara-negara seperti China dan India beralih dari batu bara ke gas alam untuk mengurangi emisi karbon. Eropa juga mencari diversifikasi sumber energi untuk mengurangi ketergantungan pada gas Rusia. Oleh karena itu, meskipun persaingan meningkat, masih ada peluang bagi produsen LNG AS untuk memasuki pasar global, terutama jika mereka dapat menawarkan fleksibilitas kontrak dan keandalan pasokan yang lebih baik.

Meskipun ada potensi ekspansi, produsen LNG AS menghadapi beberapa tantangan domestik. Kenaikan biaya konstruksi dan tenaga kerja dapat mempengaruhi profitabilitas proyek-proyek baru. Selain itu, proses perizinan dan regulasi lingkungan yang ketat dapat menyebabkan penundaan dalam pengembangan terminal ekspor baru. Ada juga kekhawatiran bahwa peningkatan ekspor dapat menyebabkan kenaikan harga gas domestik, yang dapat berdampak negatif pada konsumen dan industri dalam negeri.

Selain itu, meskipun administrasi Trump telah mencabut penghentian sementara persetujuan ekspor LNG, perubahan kebijakan di masa depan dapat mempengaruhi stabilitas jangka panjang industri ini. Oleh karena itu, produsen LNG AS perlu mempertimbangkan strategi jangka panjang yang mencakup diversifikasi pasar, efisiensi biaya, dan kepatuhan terhadap standar lingkungan untuk tetap kompetitif di pasar global.

Amerika Serikat memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekspor LNG dan memenuhi permintaan global yang terus tumbuh. Namun, dengan persaingan ketat dari negara-negara seperti Qatar yang berencana meningkatkan produksi mereka secara signifikan, AS menghadapi tantangan dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Dinamika pasar global, kenaikan biaya, dan tantangan domestik lainnya akan memainkan peran penting dalam menentukan seberapa besar peran AS dalam memenuhi kebutuhan LNG dunia di masa mendatang.