(Business Lounge – Manage Your Business) Siapa bilang transformasi hanya menyentuh perusahaan-perusahaan? Kenyataannya, internet pun mengalaminya. Sejak ditemukan pertama pada 1969 oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, ketika mereka menggarap proyek ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), dunia internet kita sudah tiga kali bertransformasi.
Era pertama ketika melalui teknologi tersebut baru segelintir orang atau perusahaan yang dapat mempublikasikan pesannya melalui internet. Semuanya masih satu arah. Perusahaan-perusahaan “bicara” dan kita hanya dapat “mendengar”.
Era kedua internet ditandai dengan hadirnya social media, seperti Facebook atau Twitter. Melalui media sosial tersebut, kita jadi bisa saling bicara dan berbagi informasi. Facebook memungkinkan kita terkoneksi dengan teman-teman lama. Twitter membuat kita lebih leluasa mencetuskan beragam komentar.
Dulu kalau mau membeli suatu barang, kita sering bingung. Mau tanya ke mana? Dengan adanya media sosial, kini kita dapat bertanya kepada siapa saja teman-teman yang ada di dunia maya. Mereka pun tak segan-segan memberikan rekomendasi, lengkap dengan alasannya. Kita jadi bisa memilih barang yang berkualitas.
Era ketiga terjadi pada saat ini. Perkembangan beragam aplikasi yang berbasis internet memungkinkan para penggunanya untuk saling berkolaborasi. Contohnya ada di mana-mana.
Dulu kalau bepergian ke Amerika Serikat, misalnya, sesampai di bandara, langkah pertama kita adalah mencari taksi yang akan mengantarkan kita ke hotel. Kemudian, karena perut lapar, kita segera mencari makanan. Kita dapat pergi ke restoran yang ada di hotel tersebut dan sekitarnya, atau memesan layanan room service. Harganya tentu tidak murah.
Itu cara lama. Kini ada cara baru yang memungkinkan kita memiliki alternatif lain. Cara itu hadir berkat adanya kolaborasi dari para pengguna internet. Bagaimana cara kerjanya?
Sesampai di Bandara JFK di New York, sudah ada mobil pribadi yang sudah menunggu dan siap mengantar kita ke tempat tujuan. Bagaimana bisa? Bisa! Semuanya berkat aplikasi Lyft. Aplikasi ini adalah semacam pasar maya bagi para pemilik mobil pribadi. Jadi, ketimbang mobilnya menganggur, banyak pemilik yang kemudian menyewakannya kepada para pemesan melalui aplikasi Lyft tadi.
Lalu, kita juga tak harus menginap di hotel. Ada aplikasi Airbnb yang memungkinkan kita menginap di rumah-rumah milik penduduk dan merasakan sentuhan budaya lokal. Jangan salah, meski itu rumah, kualitas layanannya tidak kalah dengan hotel. Kamarnya rapi, toiletnya bersih, juga ada fasilitas laundry. Rumah-rumah ini bahkan sudah disertifikasi oleh jaringan hotel ternama, Marriott.
Di mana kita akan makan malam? Kita hanya perlu berjalan beberapa puluh meter dari tempat kita tinggal. Di sana ada rumah yang oleh pemiliknya sudah “disulap” menjadi restoran. Kita bisa memesan makan malam di sana melalui aplikasi Feastly. Rasanya pasti OK, sebab pemilik rumah hobi memasak. Anda akan menikmati makan malam dengan menu ala rumahan di Amerika Serikat yang disajikan dengan penuh keramahtamahan oleh tuan rumah.
Itulah cara baru yang dapat kita nikmati berkat adanya kolaborasi dari para pengguna internet dan biayanya jelas lebih murah ketimbang kita memakai cara lama tadi.
Kini, bentuk-bentuk kolaborasi tersebut kian meluas dan bisa membuat banyak perusahaan konvensional kehilangan pangsa pasarnya. Contohnya banyak. Misalnya, di luar sana sudah ada aplikasi LendingClub, pasar maya yang mempertemukan para penyandang dana (crowd funding) dengan para pencari kredit.
Anda bingung mencari ruang kantor yang ukurannya tidak terlalu luas dan hanya untuk jangka pendek? Ada aplikasi LiquidSpace mempertemukan Anda dengan perusahaan yang kebetulan sedang kelebihan ruang kantor.
Pernah dengar aplikasi Yerdle? Kalau Anda membutuhkan meja untuk perlengkapan bayi atau barang-barang rumah tangga lainnya, tak usah repot-repot membeli. Klik aplikasi ini, cari barangkali ada tetangga Anda yang siap memberikannya secara cuma-cuma. Apa mungkin? Mungkin saja, sebab anak-anak dari tetangga Anda tadi sudah dewasa semua. Bahkan sudah tidak tinggal di rumah itu. Jadi dia tak membutuhkan lagi. Ketimbang meja itu membuat gudangnya penuh, lebih baik diberikan kepada yang membutuhkan, bukan?
Ada juga aplikasi oDesk yang memungkinkan kita merekrut tenaga kerja dari crowd market. Jadi, kalau butuh karyawan, kita tak perlu lagi memakai jasa perusahaan rekrutmen tenaga kerja dan masih banyak lagi aplikasi lainnya yang bakal bermunculan dan memungkinkan para pengguna internet untuk saling berkolaborasi. Semua aplikasi tersebut memungkinkan kita untuk memperpendek mata rantai, sehingga kita bisa memperoleh beragam produk serta jasa dengan harga yang jauh lebih murah.
Itulah cara kerja collaborative economy dan collaborative business yang pada gilirannya akan memukul banyak perusahaan konvensional. Sudah siapkah Anda menghadapinya?
JB Soesetiyo/VMN/BL/Podomoro University
Editor: Ruth Berliana