Hermès

Hermès Terus Menguntung Setelah Kembali Menjadi Perusahaan Keluarga

(Business Lounge – Global News) Hermès, produsen tas ‘kulit buaya’ birkin yang dapat mencapai harga 1 miliar rupiah ini mengalami peningkatan pendapatan pada semester pertamanya sebesar 9%, setelah sebelumnya mengalami penurunan akibat berkurangnya permintaan untuk barang-barang mewah di Hong Kong sejak demonstrasi demokrasi awal tahun ini. Tetapi hal ini tertolong dengan adanya peningkatan permintaan dari Jepang sehingga terjadi pelonjakan sebesar 26,5% pada kuartal kedua.

Hermès memang sedang mengalami babak baru ketika kembali dikuasai oleh keluarga.

Kembalinya Hermès Menjadi Perusahaan Keluarga

Hermès, sebuah usaha keluarga tertua di Paris yang sekarang telah menjadi salah satu brand mewah di dunia. Pada bulan Juni tahun 2014 kemarin, Hermès kembali diambil alih oleh anggota keluarga Hermès, Axel Dumas (44). Patrick Thomas selaku ketua eksekutif Hermès sebelumnya telah bekerja selama delapan tahun dan sangat mendukung Dumas. Thomas sendiri merupakan orang pertama yang tidak terikat oleh darah yang pernah mengelola bisnis keluarga ini.

Dumas diharapkan dapat membawa Hermès menjadi brand terdepan di dunia pada bidangnya. Dumas dipilih oleh dewan-dewan perusahaan yang bukan termasuk keluarga. Bahkan, Thomas sendiri mengusulkan Dumas untuk menjadi CEO Hermès dikarenakan potensinya yang besar sebagai seorang pemimpin. Dumas dianggap memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat tinggi dan di harapkan untuk melanjutkan kesuksesan Hermès.

Lahir dari Keluarga Besar Hermès

Keluarga menjadi salah satu simbol terkuat bagi Hermès. Sejak awal berdirinya, Thierry Hermès telah mewariskan usaha ini kepada anak-cucunya. Menurut Dumas sendiri, Hermès adalah usaha keluarga, tapi bukan hanya kepemilikan kapitalistik saja melainkan terdapat nilai kekeluargaan di dalamnya. Sebelum menjabat sebagai CEO Hermès, Dumas pernah bekerja untuk Saint Louis Crystal dan Puiforcat Silver, kemudian menjabat sebagai kepala perusahaan Hermès di Hong Kong, Taiwan, dan Tiongkok. Setelah lima tahun, ia kemudian pindah ke London dan di tahun 2005, ia diangkat menjadi direktur kreatif untuk Hermès. Ia pernah mengaku bahwa ayahnya tidak pernah menginginkannya untuk mendapat jabatan tersebut, jabatan itu didapatnya dengan usaha dan keringatnya sendiri.

Dianggap Mendapatkan Ancaman

Belum lama ini, Hermès dikagetkan dengan berita yang mengancam usaha keluarga yang sudah lebih dari 100 tahun ini. Bernard Arnault, salah satu orang terkaya di Prancis yang terkenal dan dikenal sebagai CEO dari LVMH Moët Hennessy – Louis Vuitton ternyata memiliki saham Hermès  23%. Arnault diketahui kagum dengan kualitas produk Hermès yang terkenal dengan syal, tas Kelly, dan tas Birkin yang didambakan banyak kaum hawa. Ia juga melihat adanya potensi tinggi konsumen Tiongkok terhadap produk Hermès di masa yang akan datang.

Namun hal ini tidak dilihat sedemikian rupa oleh Dumas sebagai generasi ke-enam Hermès. Dumas melihat hal ini sebagai ancaman terhadap usaha keluarganya yang dibangun susah payah sejak jaman dulu. Sehingga Dumas pun mengambil alih kepemilikan saham Arnault. Di salah satu media, Dumas mengatakan bahwa “ini adalah langkah penting bagi keluarga untuk melakukan sesuatu bagi pelanggan setia Hermès dan bahwa Hermès akan terus ada untuk waktu yang lama untuk pelanggannya dan tidak bersedia untuk menjual Hermès kepada Bernard”.

Axel Dumas dan keluarganya mungkin memiliki tugas yang berat ke depannya, untuk melindungi dan mengembangkan sesuatu yang Dumas sebut “tanggung jawab yang besar namun rendah hati”. Ia berhenti sejenak kemudian mengatakan “kami semua berterimakasih atas apa yang leluhur kami lakukan.”

Tidak diragukan lagi, Hermès adalah usaha keluarga yang telah membentuk kebudayaannya sendiri lebih dari mana pun. Tapi yang terpenting, pemikiran dan nilai kekeluargaan membentang melingkupi keluarga Hermès. Seperti yang Lemaire katakan bahwa “ini bukanlah usaha brand mewah lainnya yang terorganisasi seperti piramida, namun ini lebih kepada keluarga, semua terjadi secara spontan, dan terkadang dapat terjadi kekacauan.” Hermès, sebuah perusahaan yang membuat uang tidak menjadi tolak ukur kekayaan.

Chintya Indah/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x