Penelitian Terbaru 2024–2025: Bicara pada Tubuh Bisa Lebih Berdampak daripada Suplemen

Berbicara pada tubuh sendiri mungkin terdengar sederhana—bahkan bagi sebagian orang terkesan aneh atau seperti self-motivation belaka. Namun sejumlah penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan ini tidak hanya berdampak pada pikiran, tetapi juga berhubungan erat dengan kesehatan fisik dan mental. Dalam beberapa konteks, efek positif berbicara pada tubuh bahkan bisa lebih terasa daripada mengandalkan suplemen semata, karena cara ini bekerja melalui otak sebagai pusat kendali tubuh.

Salah satu penelitian yang sering dijadikan rujukan terbit pada tahun 2024 dalam jurnal Behavioral Sciences berjudul “Relationships between Self-Talk, Inner Speech, Mind Wandering, and Mindfulness”. Studi ini mengeksplorasi bagaimana dialog batin atau self-talk berkaitan dengan regulasi emosi dan stres. Para peneliti menemukan bahwa self-talk yang positif membantu menurunkan respons stres dan dapat meningkatkan kesejahteraan mental secara signifikan.

Memasuki tahun 2025, tren penelitian tentang self-talk terus berkembang. Misalnya, dalam sebuah studi yang berfokus pada intervensi self-talk positif dengan media cermin, peneliti melihat bagaimana metode ini membantu menurunkan tingkat kecemasan pada siswa yang mengalami ketakutan berbicara di depan kelas. Selain itu, penelitian lain yang dipublikasikan pada awal 2025 menunjukkan bahwa terapi self-talk efektif dalam mengurangi kecemasan siswa sekolah dasar saat tampil di depan kelas—penanda bahwa self-talk tidak hanya berpengaruh pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak.

Lebih jauh lagi, penelitian yang dipublikasikan pada Desember 2025 membahas penerapan positive self-talk therapy untuk mengatasi harga diri rendah kronis. Temuan awal menunjukkan bahwa self-talk positif membantu individu memodifikasi pola pikir negatif menjadi afirmasi positif, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan mental.

Meski fokus sebagian besar penelitian ini adalah pada aspek psikologis seperti kecemasan, kepercayaan diri, dan harga diri, ada mekanisme biologis yang menjadi hubungannya dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Misalnya, kondisi pikiran yang lebih tenang akibat self-talk positif dapat menurunkan kadar hormon stres seperti kortisol dan membantu sistem saraf parasimpatik—yang bertugas memulihkan tubuh setelah stres—bekerja lebih baik. Ini penting karena stres kronis diketahui berkontribusi pada gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan penurunan imunitas. Banyak orang sakit yang menjadi stres dengan kondisi sakitnya, namun dengan mengatakan kata-kata positif pada diri sendiri sangat menolong untuk menurunkan stres.

Berbeda dengan suplemen yang berfungsi secara langsung lewat nutrisi dan bahan kimia, self-talk bekerja lewat otak sebagai pusat kendali. Kata-kata yang kita ucapkan—bahkan kepada diri sendiri—dapat ditafsirkan oleh otak sebagai sinyal aman atau berbahaya. Ketika kita secara konsisten memberi sinyal positif, tubuh pun merespons dengan kondisi yang lebih kondusif untuk pemulihan dan kesehatan. Ini mirip dengan mekanisme efek plasebo, di mana keyakinan dan kata-kata memicu perubahan fisiologis nyata.

Praktiknya sangat sederhana: luangkan beberapa menit setiap hari untuk berbicara kepada tubuh dengan nada yang ramah dan suportif. Dengan konsistensi, bukan tidak mungkin manfaatnya terasa jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan—bahkan bisa menjadi “nutrisi” psikologis yang tak kalah penting.