(Business Lounge – Global News) Swiss Re menetapkan target ambisius untuk memperkuat profitabilitas dalam dua tahun ke depan, dengan mematok laba bersih grup mencapai sekitar US$4,5 miliar pada 2026. Perusahaan reasuransi global asal Swiss tersebut juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai US$500 juta per tahun mulai 2026 sebagai tambahan terhadap distribusi dividen reguler yang selama ini menjadi komitmennya. Strategi ini menunjukkan keyakinan manajemen bahwa performa bisnis inti akan terus menguat, meskipun kondisi ekonomi global masih penuh ketidakpastian.
Dalam pemaparan strategis yang disampaikan kepada investor, Swiss Re menekankan bahwa target 2026 dibangun di atas landasan pemulihan kinerja sepanjang 2024–2025. Perusahaan telah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap portofolio Life & Health Reinsurance untuk memastikan fokus pada segmen paling produktif. Transformasi operasional menjadi agenda besar, termasuk pemanfaatan teknologi data dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kualitas underwriting, mempercepat proses klaim, dan mengelola risiko secara lebih presisi. Perusahaan juga menargetkan pengurangan biaya operasional hingga US$300 juta pada 2027 melalui modernisasi dan penghapusan proses yang tidak efisien.
Program buyback yang diumumkan dinilai sebagai sinyal kuat dukungan terhadap pemegang saham. Dalam industri reasuransi, strategi menjaga rasio modal yang stabil sering kali menjadi prioritas utama. Karena itu, keputusan mengalokasikan porsi modal untuk mengembalikan nilai kepada investor menunjukkan kepercayaan diri Swiss Re terhadap ketahanan neraca keuangannya. Selain itu, perusahaan menegaskan komitmen untuk mempertahankan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) lebih dari 14% dalam beberapa tahun mendatang serta menjaga pertumbuhan dividen minimal 7% per tahun hingga 2027.
Meski demikian, reaksi pasar cenderung berhati-hati. Sebagian analis menilai bahwa besaran buyback masih lebih rendah dari perkiraan awal yang mengantisipasi nilai hingga US$1 miliar. Ekspektasi tinggi dari investor wajar mengingat Swiss Re mencatat pemulihan margin underwriting yang signifikan pada lini properti dan bencana (property-catastrophe) sepanjang tahun ini. Namun perusahaan memilih untuk tetap konservatif memitigasi risiko volatilitas yang kerap muncul dari dampak iklim ekstrem maupun guncangan makroekonomi. Dengan demikian, strategi yang diambil saat ini mencerminkan keseimbangan antara pertumbuhan agresif dan prinsip kehati-hatian dalam perhitungan risiko.
Swiss Re juga menyampaikan bahwa pencapaian target 2026 sangat bergantung pada keberhasilan realisasi proyeksi tahun 2025. Di tengah dinamika pasar reasuransi global, tantangan terbesar tetap pada skala klaim akibat bencana alam yang kian meningkat dan perubahan parameter risiko ekonomi. Dalam konteks tersebut, transformasi digital dan analitik data menjadi alat utama dalam menciptakan ketahanan portofolio. Kemampuan perusahaan untuk membaca risiko secara real-time dan menyesuaikan harga premi akan menjadi pembeda penting di pasar yang semakin kompetitif.
Bagi investor, strategi terbaru Swiss Re menunjukkan arah yang jelas: fokus mempertahankan fondasi bisnis inti, memperkuat efisiensi operasional, dan memberikan nilai jangka panjang melalui kebijakan modal yang terukur. Dengan komitmen transformasi dan peningkatan disiplin underwriting, perusahaan berharap dapat menavigasi tekanan global sekaligus membuka peluang pertumbuhan baru di tengah meningkatnya kesadaran akan risiko iklim dan kebutuhan perlindungan asuransi di seluruh dunia. Di sisi lain, keberhasilan strategi ini akan menjadi indikasi apakah Swiss Re mampu menjaga posisinya sebagai salah satu pemimpin pasar reasuransi global di era ketidakpastian yang terus berkembang.

