(Business Lounge Journal – News and Insight)
Nabire, 10 November 2025 — Diplomasi ekonomi dan keberlanjutan menjadi benang merah kunjungan Duta Besar Republik Seychelles untuk Indonesia, H.E. Nico Barito, ke Provinsi Papua Tengah. Dalam forum Sosialisasi Ekowisata Republik Seychelles yang digelar di Ballroom Kantor Gubernur Papua Tengah, Dubes Nico membawa satu pesan sederhana namun visioner: bahwa kemajuan bisa dimulai dari alam yang dijaga dan masyarakat yang diberdayakan.
Seychelles—negara kepulauan kecil di Samudra Hindia—mampu menjelma menjadi salah satu destinasi wisata paling eksklusif di dunia, tanpa kehilangan keseimbangan ekologisnya. Kini, strategi itu hendak dibagikan kepada Papua Tengah, wilayah dengan kekayaan laut dan keanekaragaman hayati yang setara, namun masih menyimpan potensi besar yang belum tergarap optimal.
Ekowisata sebagai Pilar Ekonomi
Dalam paparannya, Dubes Nico menekankan pentingnya menjadikan konservasi sebagai fondasi pembangunan ekonomi daerah. “Pembersihan pantai, penanaman mangrove, hingga budidaya ikan dan udang organik bukan hanya kegiatan lingkungan, tapi juga sumber ekonomi baru,” jelasnya.
Ia mengusulkan agar Papua Tengah mengadopsi model community-based tourism—pendekatan berbasis komunitas yang menjadi kunci kesuksesan Seychelles. Melalui pelatihan di bidang homestay, kuliner lokal, kerajinan tangan, dan pengelolaan destinasi, masyarakat menjadi pelaku utama, bukan sekadar penonton.
Lebih jauh, Dubes Nico juga menyoroti perlunya sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan. “Kami membayangkan kerja sama dengan perbankan nasional seperti Bank Mandiri untuk membentuk dana konservasi dan pengembangan. Dengan demikian, Papua Tengah akan memiliki ketahanan sumber daya untuk masa depan,” ujarnya.

Belajar dari Seychelles: Kecil, Namun Bernilai Tinggi
Seychelles dikenal dengan model high-value, low-impact tourism—strategi pariwisata bernilai tinggi namun berdampak rendah terhadap lingkungan. Model ini menolak pariwisata massal, dan justru menargetkan wisatawan berkualitas yang menghargai alam dan budaya setempat.
Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, yang turut hadir dalam acara tersebut, menilai pendekatan Seychelles relevan dengan kondisi Papua Tengah. “Seychelles itu negara kecil seperti Pulau Biak, tapi mereka maju karena pariwisata. Kami ingin belajar bagaimana pariwisata bisa jadi penggerak ekonomi tanpa merusak alam,” ungkapnya.
Bagi Meki, kerja sama ini juga memiliki dimensi sosial yang penting. “Kalau orang Afrika bisa datang dan bekerja sama dengan orang Papua, kita bisa maju bersama. Pemerintah tidak hanya berpikir soal pemerintahan, tapi juga masa depan ekonomi masyarakat,” tegasnya.
Soft Power Diplomacy: Dari Afrika ke Pasifik
Kunjungan ini bukan hanya urusan pariwisata, tetapi juga bentuk nyata soft power diplomacy antara dua negara berkembang dari benua berbeda yang memiliki kesamaan karakter: kaya alam, kuat budaya, namun menantang dalam pembangunan.
Melalui inisiatif ini, Seychelles menunjukkan bagaimana negara kecil bisa memiliki pengaruh global lewat keberhasilan mengelola potensi alamnya dengan cerdas dan berkelanjutan. Bagi Papua Tengah, kerja sama ini membuka jalan untuk membangun industri pariwisata yang tidak sekadar indah di permukaan, tetapi juga tangguh dan inklusif di dalamnya.

Menuju Papua Tengah yang Mandiri dan Berkelanjutan
Sosialisasi ekowisata ini dihadiri oleh jajaran pejabat tinggi daerah, DPRD, serta para bupati dari delapan kabupaten di Papua Tengah, diantaranya Bupati Deiyai, Bupati Paniai, Bupati Puncak Jaya, Wakil Bupati Nabire, Wakil Bupati Paniai, Pj Sekda Papua Tengah, Ketua dan Anggota DPRD Papua Tengah serta para pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan ASN lingkup Pemprov Papua Tengah.
Antusiasme peserta mencerminkan harapan besar bahwa kolaborasi ini dapat menjadi tonggak baru bagi pengembangan ekonomi hijau di kawasan timur Indonesia.
“Dengan keterlibatan masyarakat dan pengelolaan yang baik, Papua Tengah akan memiliki ketahanan sumber daya untuk masa depan,” tutup Dubes Nico.
Dalam konteks global di mana keberlanjutan menjadi indikator utama daya saing, kolaborasi antara Seychelles dan Papua Tengah ini menjadi bukti bahwa inovasi dan kemitraan lintas samudra bisa membuka horizon baru pembangunan — dari Samudra Hindia hingga Pasifik.

