(Business Lounge – Global News) Jaringan restoran cepat saji Burger King kini menghadapi tantangan yang tidak biasa: kelangkaan koin satu sen yang memaksa perusahaan menyesuaikan sistem transaksi tunai di ribuan gerainya di Amerika Serikat. Sejumlah operator waralaba mulai menimbun koin dan memperingatkan pelanggan agar tidak mengharapkan uang kembalian yang tepat. Situasi ini menggambarkan perubahan ekonomi mikro yang sedang terjadi di era semakin dominannya pembayaran digital.
Laporan The Wall Street Journal menyebut bahwa restoran cepat saji, termasuk Burger King, kini menjadi “garis depan” dari krisis kecil yang berdampak besar terhadap operasional harian. Beberapa kasir mengaku kesulitan saat menghitung kembalian secara manual, terutama ketika transaksi tunai meningkat pada jam sibuk. Seorang manajer di restoran Burger King di Texas mengatakan bahwa kasir muda yang terbiasa dengan sistem digital “seperti sedang mengerjakan kuis matematika” ketika mesin kasir tidak memiliki cukup koin untuk membulatkan kembalian.
Fenomena ini terjadi di tengah berkurangnya peredaran uang koin di Amerika Serikat. Menurut U.S. Mint, jumlah koin satu sen yang beredar menurun tajam dalam beberapa tahun terakhir karena biaya produksinya lebih tinggi daripada nilainya. Diperlukan hampir dua sen untuk mencetak satu koin penny, membuat keberlanjutannya semakin dipertanyakan. Beberapa negara seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru bahkan telah menghapus denominasi serupa sejak lama, dengan hasil yang relatif positif terhadap efisiensi transaksi.
Burger King bukan satu-satunya yang terdampak. Restoran cepat saji lain seperti Wendy’s dan McDonald’s juga mulai menyesuaikan kebijakan transaksi tunai. Namun, Burger King menjadi salah satu yang paling vokal memperingatkan pelanggan tentang kemungkinan pembulatan harga. Beberapa gerai bahkan menempatkan pengumuman di dekat kasir yang berbunyi: “Mohon maklum, karena kelangkaan koin, jumlah kembalian Anda mungkin dibulatkan ke atas atau ke bawah.”
Menurut laporan Bloomberg, operator waralaba Burger King di beberapa negara bagian mulai menjalin kerja sama dengan bank lokal untuk memastikan pasokan koin tetap stabil, meskipun distribusi dari Federal Reserve belum kembali normal. Seorang perwakilan perusahaan mengatakan bahwa langkah ini diperlukan agar pengalaman pelanggan tetap konsisten, meskipun transaksi tunai kini hanya menyumbang kurang dari 15% dari total penjualan di banyak wilayah Amerika.
Namun, masalah ini bukan hanya soal logistik, tetapi juga persepsi publik. Bagi sebagian pelanggan, kehilangan satu atau dua sen mungkin tidak berarti banyak, tetapi pembulatan ke atas secara sistematis berpotensi memicu kritik tentang praktik harga yang tidak adil. Para analis ritel menilai bahwa perubahan kecil seperti ini dapat berdampak besar terhadap kepercayaan pelanggan, terutama di sektor makanan cepat saji yang sangat sensitif terhadap harga.
Meski begitu, krisis koin juga mendorong percepatan transisi menuju ekonomi tanpa uang tunai. Burger King telah memperluas opsi pembayaran digital, termasuk aplikasi BK App dan layanan tanpa kontak (contactless payment) di seluruh gerainya di Amerika Utara. Menurut data internal yang dikutip CNBC, transaksi melalui aplikasi meningkat hampir 40% dalam setahun terakhir, sebagian karena dorongan promosi yang memberikan poin loyalitas ekstra bagi pengguna non-tunai.
Para ekonom melihat fenomena ini sebagai tanda perubahan struktural yang lebih luas. “Koin satu sen akan hilang bukan karena orang membencinya, tetapi karena ekonomi modern tidak lagi membutuhkannya,” ujar analis moneter dari University of Chicago, Michael Hsu. Ia menambahkan bahwa perusahaan seperti Burger King hanyalah contoh paling kasat mata dari bagaimana bisnis menyesuaikan diri terhadap transformasi moneter yang tak terelakkan.
Sementara itu, para pelanggan tampaknya sudah mulai terbiasa. Di beberapa restoran Burger King di California, kasir menawarkan donasi kembalian kecil ke badan amal yang didukung perusahaan, daripada mengembalikannya dalam bentuk koin. Praktik ini bukan hanya solusi praktis, tetapi juga memperkuat citra sosial merek di mata konsumen.
Dengan atau tanpa koin satu sen, Burger King kini berada di persimpangan antara tradisi dan efisiensi digital. “Uang kertas dan koin mungkin akan bertahan lebih lama dari yang kita duga,” tulis Financial Times, “tetapi bagi restoran cepat saji, masa depan pembayaran sudah jelas — cepat, tanpa uang tunai, dan tanpa sisa kembalian.”

