Google Lampaui USD 100 Miliar: Momentum Baru dari AI dan Cloud

(Business Lounge Journal – Global News)

Perusahaan induk Google, Alphabet Inc., kembali mencatat sejarah baru. Untuk pertama kalinya, pendapatan kuartalan raksasa teknologi asal Mountain View ini menembus USD 100 miliar, sebuah pencapaian yang menegaskan kekuatan ekosistem bisnis Alphabet di tengah persaingan ketat sektor teknologi global.

Pada laporan keuangan kuartal ketiga yang dirilis Rabu lalu, Alphabet membukukan pendapatan USD 102,3 miliar, naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan sekitar 13,6%. “Alphabet mencatat kuartal yang luar biasa dengan pertumbuhan dua digit di seluruh lini bisnis utama. Ini adalah kuartal pertama kami dengan pendapatan lebih dari USD 100 miliar,” ujar Sundar Pichai, CEO Alphabet dan Google, dalam keterangan resminya.

Laba per saham (EPS) dilaporkan sebesar USD 2,87, lebih tinggi dari perkiraan konsensus LSEG sebesar USD 2,33. Namun, margin operasional masih tertekan akibat investasi besar pada pusat data, chip AI, dan infrastruktur cloud, yang mendorong belanja modal tahunan ke kisaran USD 91–93 miliar.

Transformasi Model Bisnis: Dari Iklan ke Infrastruktur AI

Meski pendapatan iklan dari Google Search dan YouTube masih menjadi sumber utama dengan total USD 56,57 miliar, pertumbuhannya kini lebih stabil dibanding masa-masa “booming” digital sebelumnya. Namun, strategi Alphabet jelas: AI dan cloud bukan lagi proyek masa depan—keduanya kini menjadi mesin pertumbuhan baru.

Divisi Google Cloud, yang saat ini menempati posisi ketiga di pasar global setelah Amazon dan Microsoft, mencatat lonjakan pendapatan 34% year-on-year menjadi USD 15,2 miliar, jauh melampaui proyeksi analis. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan infrastruktur AI, termasuk kerja sama strategis dengan OpenAI, Meta, dan Anthropic, yang kini memanfaatkan chip TPU buatan Google.

Langkah ini menandakan ambisi Google untuk menantang dominasi Nvidia di pasar semikonduktor AI—sebuah arena yang kini menjadi inti dari transformasi teknologi global.

Momentum Pasar dan Faktor Non-Finansial

Nilai saham Alphabet melonjak 38% sepanjang kuartal ketiga—kinerja terbaik dalam dua dekade terakhir—didukung oleh dua faktor utama:

  1. Kabar positif dari sisi regulasi, dan
  2. Derasnya peluncuran produk berbasis AI.

Dari sisi hukum, keputusan Hakim Distrik AS Amit Mehta yang menolak tuntutan antitrust ekstrem dari Departemen Kehakiman menjadi kemenangan besar bagi Google. Gugatan tersebut semula berpotensi memaksa perusahaan menjual browser Chrome, yang merupakan sumber data penting bagi bisnis periklanannya. Putusan ini menenangkan pasar dan mendorong kapitalisasi Alphabet menembus USD 3 triliun, menempatkannya sejajar dengan Apple, Microsoft, dan Nvidia.

Sementara dari sisi inovasi, Google menutup kuartal dengan sederet peluncuran:

  • Chrome kini dilengkapi fitur AI bawaan,
  • Search menambah mode visual berbasis AI,
  • dan Workspace, Gemini, serta Cloud memperkenalkan alat generatif bagi kalangan pengembang dan korporasi.

Bagi investor, deretan inovasi ini menunjukkan bagaimana investasi masif di infrastruktur kini mulai berbuah menjadi produk nyata dan peningkatan permintaan pasar.

Menatap ke Depan: Kapan AI Menjadi Mesin Profit Nyata?

Meski optimisme pasar terhadap Alphabet tinggi, para analis tetap menunggu bukti bahwa belanja modal besar perusahaan akan segera beralih menjadi arus kas positif jangka panjang. Pertanyaan utamanya bukan lagi apakah Google mampu berinovasi, tetapi seberapa cepat inovasi itu bisa dikonversi menjadi profitabilitas yang berkelanjutan.

Dengan kenaikan harga saham sebesar 44% sepanjang tahun ini dan prospek AI yang kian matang, Google tampak berada di jalur yang kuat menuju era baru: dari perusahaan iklan digital menjadi raksasa infrastruktur kecerdasan buatan dunia.