(Business Lounge Journal – Global News)
Kuartal ketiga 2025 bukan lagi tentang jumlah pelanggan bagi Netflix, melainkan tentang seberapa besar margin yang berhasil dipertahankan. Perusahaan streaming raksasa ini melaporkan pendapatan sebesar US$11,51 miliar, naik 17% dibanding tahun lalu, dan laba US$5,87 per saham. Namun, hasil tersebut mengecewakan sebagian investor karena adanya “plot twist” tak terduga: biaya pajak satu kali sebesar US$619 juta di Brasil yang menurunkan margin operasional sekitar lima poin. Tanpa beban ini, kata manajemen, margin sebenarnya akan melampaui proyeksi.
Beban tersebut berasal dari pajak “Contribution for Intervention in the Economic Domain” — pungutan 10% atas pembayaran ke luar negeri yang baru-baru ini diperluas cakupannya oleh Mahkamah Agung Brasil. CFO Spencer Neumann menyebutnya sebagai “biaya melakukan bisnis di Brasil,” dan menegaskan bahwa dampaknya tidak akan berlanjut ke periode mendatang.
“Tidak ada pajak lain di negara mana pun yang bentuknya seperti ini,” ujar Neumann.
Walau begitu, sorotan utama Netflix justru datang dari lini bisnis iklan. Setelah sempat diragukan, kini segmen ini mencatat kuartal penjualan iklan terbaik sepanjang sejarah perusahaan. Komitmen iklan di pasar AS melonjak dua kali lipat, didorong oleh keberhasilan peluncuran Netflix Ads Suite, platform internal yang memungkinkan pengiklan membeli ruang iklan secara terprogram di berbagai wilayah. Netflix juga menargetkan pendapatan iklan akan berlipat ganda tahun depan, terutama setelah integrasi dengan platform iklan milik Amazon yang akan dimulai kuartal keempat.
Co-CEO Greg Peters mengatakan bahwa bisnis iklan Netflix kini sudah “naik kelas”, dari tahap merangkak ke berjalan. Perusahaan juga berencana memperkenalkan format iklan interaktif dan memperluas kemampuan penargetan berbasis AI hingga 2026. Namun analis memperingatkan, bisnis iklan masih menyumbang porsi kecil dari total pendapatan — dan ketidakpastian pasar iklan bisa menjadi risiko baru bagi valuasi Netflix yang tinggi.
Dari Box Office ke Boxing Ring
Konten tetap menjadi tulang punggung Netflix, tetapi definisinya kini semakin luas. Platform ini mulai mengandalkan acara langsung (live events) sebagai daya tarik baru. Pertarungan tinju antara Canelo Álvarez dan Terence Crawford ditonton 41 juta penonton global, dan pada Natal mendatang Netflix akan menayangkan dua pertandingan NFL sebagai bagian dari kesepakatan multi-tahun.
Netflix juga mencatat rekor pertumbuhan jam tayang, didorong oleh kesuksesan film animasi “KPop Demon Hunters” yang menjadi film paling banyak ditonton sepanjang sejarah platform — 325 juta penayangan — dan melahirkan kerja sama lisensi dengan Mattel dan Hasbro.
“Ketika kami punya hit sebesar ‘KPop: Demon Hunters,’ itu menunjukkan seberapa jauh kami bisa melangkah,” kata Co-CEO Ted Sarandos. “Film ini bukan hanya sukses besar, tapi juga cerminan dari strategi kami untuk menciptakan karya yang mengguncang budaya populer.”
Selain itu, franchise seperti “Wednesday” dan “Happy Gilmore 2” membantu mempertahankan tingkat keterlibatan tinggi, sementara serial internasional dari Spanyol dan Korea menunjukkan bahwa strategi “local stories, global reach” Netflix terus membuahkan hasil.
Fondasi Keuangan yang Makin Kokoh
Di balik semua gebrakan konten dan iklan, kinerja finansial Netflix juga menunjukkan ketangguhan. Arus kas bebas mencapai US$2,7 miliar pada kuartal ini, dan proyeksi tahun penuh 2025 dinaikkan menjadi sekitar US$9 miliar. Untuk kuartal keempat, perusahaan menargetkan pendapatan US$11,96 miliar dan margin operasi 23,9%. Meski sedikit terkoreksi akibat pajak di Brasil, margin tahunan tetap jauh di atas para pesaing seperti Disney dan Warner Bros. Discovery.
Segmen gaming, meski belum signifikan secara pendapatan, terus dikembangkan sebagai cara baru untuk “menguasai waktu luang” pengguna — bukan hanya layar. Netflix menegaskan bahwa tujuan jangka panjang mereka tetap sama: pertumbuhan berkelanjutan, margin yang meluas, dan arus kas yang meningkat.
Menuju Babak Baru dalam “Streaming Wars”
Dengan strategi yang berfokus pada pengguna yang lebih sedikit tetapi bernilai lebih tinggi, Netflix mulai menulis ulang rumus kesuksesan industri hiburan. Saat kompetitor masih berkutat pada bundling dan kenaikan harga, Netflix sudah memasuki era di mana pelanggan yang membayar lebih banyak dan menonton lebih lama justru menghasilkan keuntungan seperti studio film besar di masa lalu.