(Business Lounge – Automotive) Produsen mobil global Stellantis NV, pembuat merek legendaris seperti Jeep, Ram, dan Chrysler, mengumumkan rencana investasi besar senilai 13 miliar dolar AS—sekitar Rp210 triliun—untuk memperluas kapasitas produksinya di Amerika Serikat. Langkah strategis ini bertujuan meningkatkan output pabrikan di wilayah Midwest hingga 50 persen dan menciptakan sekitar 5.000 lapangan kerja baru di sektor manufaktur otomotif.
laporan The Wall Street Journal dan Bloomberg, investasi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Stellantis untuk memperkuat kehadirannya di pasar otomotif AS sekaligus menegaskan komitmen perusahaan terhadap sektor manufaktur domestik di tengah meningkatnya tekanan politik agar produsen global lebih banyak berinvestasi di Amerika.
Dalam pernyataannya, CEO Stellantis, Carlos Tavares, mengatakan bahwa ekspansi ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan perusahaan menuju “transformasi industri yang lebih berkelanjutan dan kompetitif secara global.” Ia menegaskan bahwa dana investasi tersebut akan difokuskan pada modernisasi pabrik, peningkatan kapasitas produksi kendaraan listrik (EV) dan hibrida, serta penguatan rantai pasok suku cadang di dalam negeri.
“Amerika adalah pasar inti bagi Stellantis,” kata Tavares. “Investasi ini bukan hanya tentang meningkatkan volume produksi, tetapi juga tentang mempercepat transisi menuju mobilitas listrik dan menciptakan pekerjaan berkualitas bagi generasi baru pekerja otomotif.”
Sebagian besar dana investasi akan dialokasikan ke fasilitas di Michigan, Ohio, dan Indiana—tiga negara bagian yang menjadi pusat industri otomotif AS. Stellantis berencana memperluas pabrik perakitan Jeep di Toledo, memperbarui pabrik mesin di Dundee, Michigan, dan menambah jalur perakitan baru di Kokomo, Indiana, untuk kendaraan listrik dan plug-in hybrid.
Selain itu, perusahaan akan membangun pusat pelatihan tenaga kerja baru untuk mendukung program re-skilling bagi para pekerja pabrik yang akan beralih dari produksi mesin pembakaran internal ke teknologi elektrifikasi. “Kami ingin memastikan bahwa pekerja kami menjadi bagian dari masa depan industri ini, bukan korban dari perubahan,” ujar Mark Stewart, Chief Operating Officer Stellantis untuk Amerika Utara.
Langkah Stellantis ini datang di tengah ketegangan antara produsen mobil besar dan serikat pekerja United Auto Workers (UAW) yang baru saja menyelesaikan negosiasi kontrak jangka panjang pada akhir tahun lalu. Kesepakatan baru tersebut memberi kenaikan upah yang signifikan bagi para pekerja otomotif, yang juga menambah beban biaya bagi perusahaan seperti Stellantis, General Motors, dan Ford. Namun, Tavares menegaskan bahwa investasi besar ini justru menunjukkan “keyakinan jangka panjang terhadap potensi tenaga kerja Amerika.”
“Pabrik-pabrik di Midwest akan menjadi jantung operasi kami di AS,” katanya. “Kami akan memanfaatkan efisiensi baru dan teknologi mutakhir untuk memastikan bahwa setiap dolar investasi menghasilkan keuntungan ekonomi yang berkelanjutan bagi komunitas lokal.”
Pemerintah AS menyambut baik langkah Stellantis tersebut. Departemen Perdagangan mengatakan bahwa investasi ini sejalan dengan tujuan Inflation Reduction Act (IRA), yang mendorong perusahaan global untuk memperkuat rantai pasok dan manufaktur di dalam negeri. Stellantis sendiri berencana memanfaatkan sejumlah insentif pajak federal untuk proyek elektrifikasinya, termasuk kredit untuk produksi baterai di AS.
Menurut Reuters, sebagian dari dana 13 miliar dolar itu juga akan digunakan untuk memperluas kapasitas produksi baterai melalui joint venture dengan Samsung SDI di Kokomo, yang diharapkan mulai beroperasi pada 2026. Fasilitas tersebut diperkirakan mampu memproduksi hingga 34 gigawatt-jam (GWh) per tahun, cukup untuk mendukung ratusan ribu kendaraan listrik setiap tahun.
Investasi besar ini juga menandai perubahan signifikan dalam strategi global Stellantis, yang terbentuk dari merger antara Fiat Chrysler Automobiles (FCA) dan Peugeot SA (PSA Group) pada 2021. Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan berfokus pada peningkatan efisiensi global dan pengembangan kendaraan listrik di Eropa. Namun, dengan meningkatnya permintaan di AS dan tekanan geopolitik terhadap rantai pasok Asia, Stellantis kini memusatkan kembali sebagian ekspansinya ke Amerika Utara.
“Keputusan ini menunjukkan bahwa Amerika Utara kini menjadi titik fokus pertumbuhan Stellantis,” kata analis otomotif Sam Fiorani dari AutoForecast Solutions. “Perusahaan ini ingin mengimbangi dominasi GM dan Ford di pasar domestik sekaligus menyiapkan fondasi kuat untuk lini kendaraan listriknya.”
Stellantis menargetkan untuk meluncurkan lebih dari 25 model kendaraan listrik di pasar AS pada 2030. Salah satu model andalannya adalah Jeep Recon EV, SUV listrik yang akan diproduksi di Michigan mulai tahun depan, serta versi plug-in hybrid dari Ram 1500 REV yang diharapkan menjadi pesaing utama Ford F-150 Lightning dan Chevrolet Silverado EV.
Meskipun pasar kendaraan listrik di AS melambat dalam beberapa bulan terakhir, Stellantis tampaknya tetap optimistis. Perusahaan percaya bahwa permintaan jangka panjang akan pulih seiring turunnya harga baterai dan meningkatnya infrastruktur pengisian daya. “Kami percaya pada arah pasar ini,” ujar Tavares. “Kami berinvestasi bukan untuk tahun depan, tetapi untuk dua dekade mendatang.”
Selain menciptakan 5.000 lapangan kerja langsung, Stellantis memperkirakan investasi tersebut akan memicu efek ekonomi berantai dengan menciptakan puluhan ribu pekerjaan tidak langsung di sektor logistik, konstruksi, dan komponen otomotif. Pemerintah negara bagian seperti Michigan dan Indiana juga telah menawarkan insentif tambahan berupa kredit pajak dan dukungan infrastruktur untuk mendukung proyek tersebut.
Langkah Stellantis juga dipandang sebagai respons terhadap strategi agresif rival-rivalnya. General Motors telah mengumumkan investasi lebih dari 35 miliar dolar AS untuk elektrifikasi dan otonomi, sementara Ford berkomitmen menggelontorkan 50 miliar dolar untuk proyek serupa hingga akhir dekade ini. Dengan tambahan dana segar 13 miliar dolar, Stellantis kini menempatkan dirinya sejajar dalam perlombaan global menuju mobilitas masa depan.
“Ini adalah pernyataan kepercayaan terhadap masa depan industri otomotif Amerika,” kata Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo. “Investasi Stellantis akan memperkuat posisi AS sebagai pusat manufaktur kendaraan masa depan sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas di seluruh Midwest.”
Dengan proyek ambisius ini, Stellantis bukan hanya memperluas kapasitas produksinya, tetapi juga mengirim pesan yang jelas: era baru industri otomotif Amerika—yang menggabungkan inovasi, tenaga kerja lokal, dan keberlanjutan—sedang benar-benar dimulai.