(Business Lounge – Global News) Ford Motor Co. menghadapi gangguan besar dalam rantai pasokannya setelah kebakaran melumpuhkan salah satu pemasok aluminium utama perusahaan, memaksa produsen mobil asal Detroit itu memangkas produksi pada lima model kendaraan utamanya, termasuk truk F-150 yang menjadi tulang punggung keuntungan perusahaan.
Menurut laporan yang dikutip dari The Wall Street Journal dan Bloomberg, kebakaran terjadi di fasilitas milik Constellium SE, perusahaan asal Prancis yang menjadi salah satu pemasok aluminium terbesar bagi Ford dan produsen otomotif lain di Amerika Utara. Fasilitas itu mengalami kerusakan berat dan diperkirakan tidak akan kembali beroperasi hingga tahun depan.
Ford mengonfirmasi bahwa gangguan pasokan tersebut telah mempengaruhi produksi di beberapa pabrik perakitan utama di Amerika Serikat. Perusahaan mengatakan bahwa model yang terdampak mencakup truk F-150, SUV Explorer, dan tiga model lainnya, termasuk Lincoln Aviator yang diproduksi untuk pasar menengah ke atas. “Kami sedang bekerja sama dengan mitra pemasok kami untuk menilai dampak penuh dan mengidentifikasi alternatif secepat mungkin,” kata juru bicara Ford.
Krisis ini datang di saat Ford tengah berusaha memperkuat profitabilitas dari lini kendaraan berbahan bakar konvensionalnya di tengah tekanan biaya besar dari investasi di mobil listrik. Truk F-150, terutama varian F-150 SuperCrew dan Lightning versi listrik, merupakan sumber pendapatan terbesar perusahaan, menyumbang hampir sepertiga dari laba operasi global Ford.
Analis memperingatkan bahwa gangguan produksi F-150 bahkan dalam waktu singkat dapat berdampak besar terhadap kinerja keuangan kuartalan Ford. “F-150 bukan sekadar model populer; ini adalah mesin kas utama mereka,” ujar David Whiston, analis otomotif di Morningstar. “Setiap minggu gangguan berarti kehilangan puluhan juta dolar dalam pendapatan.”
Constellium, yang memasok panel bodi aluminium dan komponen struktural ringan untuk kendaraan Ford, mengatakan dalam pernyataannya bahwa penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu, namun perusahaan memperkirakan pemulihan penuh fasilitasnya baru dapat dilakukan pada paruh pertama 2026.
Ford kini sedang mencari opsi untuk mengalihkan sebagian pasokan ke fasilitas Constellium lainnya di Eropa dan Amerika Serikat, meski langkah tersebut membutuhkan waktu karena perbedaan spesifikasi dan proses sertifikasi bahan baku. Menurut laporan Reuters, Ford juga telah berdiskusi dengan pemasok lain seperti Novelis Inc. dan Hydro Aluminium untuk menemukan alternatif sementara.
Krisis pasokan aluminium ini menyoroti kerentanan rantai pasok global industri otomotif terhadap gangguan di sektor bahan mentah. Aluminium menjadi komponen penting dalam industri modern, digunakan untuk membuat kendaraan lebih ringan guna meningkatkan efisiensi bahan bakar dan memperluas jangkauan kendaraan listrik.
“Aluminium bukan hanya soal estetika atau ringan, tetapi juga bagian integral dari strategi emisi rendah dan elektrifikasi,” kata Joe McCabe, CEO AutoForecast Solutions. “Ketika satu pemasok besar terganggu, efek domino bisa sangat signifikan.”
Ford sendiri sedang dalam fase penting dari transformasi korporasinya di bawah strategi Ford+, yang berfokus pada tiga divisi utama: kendaraan listrik, kendaraan komersial, dan kendaraan tradisional berbahan bakar bensin. Dengan tekanan untuk menjaga margin keuntungan, gangguan semacam ini dapat memaksa Ford menunda sebagian target produksi, terutama pada model berprofit tinggi.
Dalam jangka pendek, Ford diperkirakan akan menyesuaikan jadwal produksi di beberapa pabrik, termasuk fasilitas Dearborn di Michigan dan Kansas City Assembly Plant di Missouri. Menurut laporan internal yang dikutip oleh Detroit Free Press, sebagian pekerja di lini perakitan F-150 akan dialihkan ke proyek perawatan atau pelatihan teknis sementara pasokan bahan belum pulih.
Pasar saham bereaksi negatif terhadap berita tersebut. Saham Ford turun hampir 3% dalam perdagangan pagi di New York setelah laporan kebakaran muncul, dengan para analis menilai potensi kerugian pendapatan kuartal keempat bisa mencapai ratusan juta dolar. Namun beberapa pengamat menilai dampak jangka panjang masih bisa diatasi jika Ford berhasil mengamankan pasokan pengganti sebelum awal tahun depan.
Selain masalah pasokan, gangguan ini juga menimbulkan kekhawatiran di antara investor mengenai kemampuan Ford dalam menghadapi ketidakpastian industri yang semakin kompleks. Perusahaan baru saja mengumumkan pemangkasan biaya sebesar $2 miliar untuk menghadapi tekanan inflasi dan suku bunga tinggi, serta melambatnya permintaan kendaraan listrik di pasar Amerika Utara.
Kebakaran di fasilitas Constellium menambah panjang daftar hambatan yang dihadapi Ford tahun ini, setelah sebelumnya menghadapi masalah perangkat lunak pada F-150 Lightning dan keterlambatan sertifikasi pada beberapa model SUV baru.
Bagi Ford, insiden ini juga menjadi ujian terhadap strategi diversifikasi pemasok yang selama ini dipromosikan oleh manajemen sebagai langkah mitigasi risiko rantai pasok. “Kasus ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada pemasok tunggal masih menjadi titik lemah besar, terutama ketika bahan tersebut merupakan komponen struktural penting,” tulis laporan dari JP Morgan Automotive Research.
Constellium sendiri merupakan pemasok utama bagi sejumlah produsen mobil dunia, termasuk BMW, Stellantis, dan General Motors. Namun, Ford adalah salah satu pelanggan terbesarnya di Amerika Serikat, terutama dalam proyek aluminium ringan untuk model pickup dan SUV.
Meski situasi saat ini masih penuh ketidakpastian, Ford menegaskan bahwa perusahaan akan memprioritaskan model berprofit tinggi seperti F-150 dalam alokasi bahan yang tersedia. Pihak manajemen juga mengatakan sedang mempercepat program digitalisasi rantai pasok agar dapat lebih cepat mengidentifikasi risiko di masa depan.
Beberapa pengamat industri menilai krisis ini bisa mendorong Ford untuk mempercepat investasi dalam teknologi daur ulang aluminium, yang semakin populer di kalangan produsen mobil global sebagai solusi keberlanjutan sekaligus efisiensi biaya.
“Ford mungkin melihat peluang dari krisis ini untuk memperkuat kontrol internal terhadap rantai pasokan logam ringan,” kata Dan Levy dari Barclays. “Jika mereka bisa beradaptasi dengan cepat, gangguan ini bisa berubah menjadi momentum strategis.”
Namun untuk saat ini, dampak langsungnya jelas terasa. Produksi menurun, stok kendaraan berkurang, dan tekanan terhadap margin laba meningkat. Dengan tahun fiskal yang hampir berakhir, Ford kini harus berjuang keras untuk menjaga momentum penjualan di tengah tantangan logistik yang tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat.