Bagi sebagian orang, nama petai dan jengkol langsung mengingatkan pada bau yang menusuk hidung. Bahkan, ada yang memilih tidak mendekat sama sekali hanya karena aromanya. Tetapi di sisi lain, ada juga yang justru ketagihan dengan rasa khas keduanya, apalagi jika sudah diolah menjadi sambal goreng, balado, atau sekadar ditumis dengan nasi hangat. Fenomena ini menarik, sebab meski sering dicibir karena baunya, petai dan jengkol ternyata menyimpan beragam nutrisi penting yang membawa manfaat besar bagi tubuh.
Masyarakat Indonesia sudah akrab dengan petai dan jengkol sejak lama. Keduanya tumbuh subur di wilayah tropis dan menjadi bagian dari menu sehari-hari. Petai yang memiliki nama ilmiah Parkia speciosa sering disebut “stinky beans” oleh orang luar negeri karena aromanya yang kuat. Sedangkan jengkol atau Archidendron pauciflorum terkenal dengan teksturnya yang kenyal serta rasa gurihnya yang khas setelah dimasak. Jika dilihat sepintas, keduanya tampak mirip karena sama-sama berupa biji polong-polongan. Namun, dari segi kandungan gizi maupun efeknya pada tubuh, ada sejumlah perbedaan yang cukup menarik untuk diketahui.
Mengenal Petai
Mari mulai dari petai. Biji berwarna hijau ini mengandung protein nabati yang baik untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh. Di dalamnya juga terkandung vitamin C dalam jumlah cukup tinggi, yang berperan penting sebagai antioksidan sekaligus penopang daya tahan tubuh. Tak hanya itu, petai juga mengandung zat besi yang membantu mencegah anemia, serta asam amino triptofan yang dikenal mampu meningkatkan suasana hati dan membantu tidur lebih nyenyak. Triptofan bekerja dengan cara mendorong tubuh memproduksi serotonin, zat kimia otak yang erat kaitannya dengan perasaan bahagia dan rileks. Inilah sebabnya, ada sebagian orang yang merasa lebih segar dan bersemangat setelah makan petai.
Selain itu, kandungan kalium dalam petai menjadikannya baik untuk menjaga tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan cairan dan elektrolit di dalam tubuh, sekaligus menurunkan risiko hipertensi. Dari segi pencernaan, serat yang terdapat pada petai juga berperan melancarkan buang air besar. Dengan kata lain, petai adalah makanan sederhana dengan segudang manfaat kesehatan.
Namun, bukan berarti petai bisa dimakan sebanyak-banyaknya tanpa risiko. Kandungan purin dalam petai cukup tinggi, sehingga bila dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Bagi orang yang memiliki riwayat penyakit asam urat, kondisi ini tentu bisa memicu rasa nyeri di persendian. Selain itu, petai juga mengandung senyawa sulfur yang membuat baunya begitu menyengat. Senyawa inilah yang bertanggung jawab atas aroma kuat pada mulut, urine, bahkan keringat setelah makan petai. Walaupun tidak berbahaya secara medis, bau tersebut seringkali menimbulkan ketidaknyamanan, apalagi saat harus beraktivitas di luar rumah.
Pada penderita penyakit ginjal, konsumsi petai juga perlu sangat diperhatikan. Hal ini karena tingginya kandungan kalium dapat menyebabkan hiperkalemia, yaitu kondisi di mana kadar kalium dalam darah terlalu tinggi dan berisiko mengganggu kerja jantung. Oleh sebab itu, meski menyehatkan, petai sebaiknya tetap dikonsumsi dalam porsi wajar, misalnya sekitar lima sampai sepuluh biji sekali makan.
Mengenal Jengkol
Beralih ke jengkol, makanan ini punya reputasi yang tak kalah unik. Setelah dimasak, jengkol menghasilkan rasa gurih dan tekstur kenyal yang membuatnya digemari banyak orang. Kandungan gizi jengkol sebenarnya cukup lengkap. Di dalamnya terdapat protein nabati, kalsium, fosfor, vitamin B kompleks, serta serat dalam jumlah tinggi. Perpaduan ini membuat jengkol bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi, mendukung fungsi saraf, dan membantu metabolisme tubuh agar berjalan dengan lancar. Serat yang melimpah juga sangat baik untuk pencernaan, mencegah sembelit, serta menjaga keseimbangan mikroba baik di dalam usus.
Meski begitu, jengkol memiliki satu kelemahan besar, yaitu kandungan asam jengkolat. Zat ini bisa membentuk kristal yang menumpuk di saluran kemih dan ginjal. Jika jumlahnya terlalu banyak, seseorang bisa mengalami gangguan yang dikenal sebagai “jengkolan.” Gejalanya berupa nyeri hebat saat buang air kecil, bahkan dalam kasus berat bisa memicu kerusakan ginjal. Oleh karena itu, konsumsi jengkol harus benar-benar dibatasi, apalagi bagi orang yang punya riwayat penyakit ginjal.
Jika dibandingkan dengan petai, perbedaan paling jelas terletak pada kandungan khas masing-masing. Petai unggul dengan vitamin C, zat besi, triptofan, serta kalium. Jengkol lebih menonjol dalam kalsium, fosfor, vitamin B kompleks, dan serat. Dari sini bisa disimpulkan bahwa petai lebih baik untuk daya tahan tubuh, kesehatan darah, serta keseimbangan emosi, sedangkan jengkol lebih berperan dalam menjaga tulang, metabolisme, dan kesehatan pencernaan. Meski sama-sama memiliki aroma menyengat, manfaat keduanya tidak bisa dianggap remeh.
Apakah Aman Dikonsumsi?
Pertanyaannya, bagaimana cara agar petai dan jengkol tetap aman dikonsumsi tanpa menimbulkan efek buruk? Jawabannya sederhana, yaitu dengan membatasi porsi, mengolahnya secara sehat, dan selalu memperbanyak minum air putih. Saat makan petai atau jengkol, usahakan tidak berlebihan. Untuk petai, cukup beberapa biji dalam satu kali makan, sedangkan jengkol sebaiknya tidak dimakan terlalu sering. Setelah itu, minumlah banyak air agar ginjal tidak terbebani dengan sisa metabolisme seperti purin atau asam jengkolat.
Cara memasak juga perlu diperhatikan. Alih-alih digoreng dengan banyak minyak, petai dan jengkol lebih sehat jika ditumis ringan, direbus, atau dijadikan campuran sayur. Dengan cara ini, nutrisi tetap terjaga dan tubuh tidak mendapat tambahan lemak jenuh yang berlebihan. Mengombinasikan keduanya dengan lauk sehat seperti ikan, tahu, tempe, atau ayam tanpa lemak juga akan membuat hidangan lebih seimbang.
Bagi mereka yang merasa terganggu dengan baunya, ada trik sederhana yang bisa dicoba. Mengunyah daun kemangi setelah makan, minum air rebusan jahe, atau menikmati buah segar seperti jeruk dan apel dapat membantu mengurangi aroma tidak sedap dari mulut maupun urine. Selain itu, sebaiknya konsumsi petai dan jengkol dilakukan di siang atau sore hari agar bau yang ditimbulkan tidak mengganggu waktu istirahat malam.
Secara keseluruhan, petai dan jengkol adalah contoh nyata bagaimana makanan sederhana bisa menyimpan manfaat besar sekaligus tantangan tersendiri. Jika dikonsumsi dengan bijak, keduanya mampu memberikan nutrisi yang mendukung kesehatan tubuh. Petai bisa membantu menjaga daya tahan, meningkatkan mood, dan menyehatkan darah, sedangkan jengkol bisa memperkuat tulang, memperlancar metabolisme, serta menjaga pencernaan. Tetapi jika dimakan berlebihan, keduanya juga bisa menimbulkan masalah, mulai dari asam urat hingga gangguan ginjal.
Oleh karena itu, kunci utamanya adalah keseimbangan. Nikmati petai dan jengkol sebagai bagian dari variasi makanan, bukan sebagai menu utama setiap hari. Dengan porsi wajar, cara masak yang tepat, dan kebiasaan minum air yang cukup, kedua makanan “si bau” ini bisa menjadi sumber nutrisi yang tak kalah hebat dari makanan modern manapun. Jadi, lain kali ketika tercium aroma khas petai dan jengkol dari dapur, jangan buru-buru menutup hidung. Bisa jadi, di balik bau yang menyengat itu, tersembunyi kebaikan besar bagi kesehatan tubuh kita.

