Delta Air Lines

Delta Ganti Mesin Atasi Lonjakan Fume Events

(Business Lounge – Global News) Maskapai Delta Air Lines sedang menghadapi sorotan tajam setelah laporan terbaru mengenai meningkatnya kasus masuknya asap beracun atau yang dikenal dengan istilah fume events ke dalam kabin pesawat. Menurut laporan investigasi The Wall Street Journal, beberapa insiden ini bahkan menyebabkan cedera serius termasuk gangguan neurologis pada awak kabin maupun penumpang. Sebagai langkah mitigasi, Delta kini mengganti sejumlah unit mesin pesawat dalam upaya menekan risiko terulangnya kejadian serupa.

Isu fume events bukanlah hal baru dalam dunia penerbangan. Fenomena ini merujuk pada masuknya asap atau uap berbahaya yang berasal dari sistem mesin ke dalam kabin melalui saluran udara. Gas yang terhirup bisa mengandung senyawa kimia berbahaya, termasuk minyak pelumas yang terbakar atau bahan bakar yang tidak terbakar sempurna. Sejumlah pakar yang dikutip BBC menjelaskan bahwa paparan kronis dapat memicu gangguan kognitif, sakit kepala, kelelahan ekstrem, hingga kerusakan neurologis permanen.

Delta, sebagai salah satu maskapai terbesar dunia, langsung bergerak cepat setelah kasus terbaru kembali mendapat perhatian publik. Menurut penjelasan yang dikutip Reuters, perusahaan memutuskan untuk mengganti unit mesin tertentu yang diduga menjadi sumber utama masalah. Proses penggantian ini dilakukan pada armada yang paling sering melaporkan kejadian fume events, dengan harapan dapat menekan risiko lebih jauh.

Langkah ini dianggap signifikan karena biasanya maskapai cenderung melakukan inspeksi atau perawatan rutin ketimbang mengganti unit mesin sepenuhnya. Delta menekankan bahwa keselamatan penumpang dan awak kabin tetap menjadi prioritas utama, sehingga investasi besar dalam perbaikan mesin adalah keputusan strategis. Bloomberg menambahkan bahwa biaya penggantian mesin tidak kecil, namun perusahaan menilai reputasi dan keamanan jangka panjang lebih penting ketimbang efisiensi biaya jangka pendek.

Kasus yang menimpa Delta mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam industri penerbangan global. Menurut The Guardian, otoritas penerbangan di berbagai negara tengah menerima semakin banyak laporan terkait insiden serupa. Meskipun secara statistik kejadian fume events jarang berujung fatal, dampak kesehatan jangka panjang tetap menjadi kekhawatiran besar. Sejumlah serikat pekerja penerbangan bahkan mendorong investigasi independen agar masalah ini tidak disepelekan.

Bagi awak kabin, risiko paparan asap beracun bisa lebih besar karena frekuensi penerbangan yang tinggi. Sejumlah laporan medis yang dikutip The Wall Street Journal menyebutkan bahwa ada awak yang mengalami kerusakan otak permanen setelah terpapar dalam jumlah besar. Hal ini meningkatkan tekanan publik terhadap maskapai untuk bertindak lebih proaktif, alih-alih hanya memberikan kompensasi pasca-insiden.

Delta sendiri sedang berada di persimpangan penting. Di satu sisi, perusahaan menikmati pemulihan permintaan perjalanan udara pasca-pandemi. Menurut laporan keuangan terakhir yang dikutip CNBC, pendapatan maskapai tumbuh seiring meningkatnya perjalanan domestik dan internasional. Namun, isu keselamatan seperti fume events bisa merusak kepercayaan publik, sesuatu yang sangat krusial dalam industri penerbangan.

Para analis menilai langkah Delta mengganti unit mesin menunjukkan keseriusan perusahaan dalam menjaga standar keselamatan. Namun, ini juga menimbulkan pertanyaan lebih luas mengenai kondisi teknis armada global. Financial Times mencatat bahwa banyak maskapai dunia menggunakan tipe mesin yang sama, sehingga potensi masalah tidak hanya terbatas pada Delta. Jika investigasi menemukan bahwa masalah bersifat sistemik, industri penerbangan secara keseluruhan mungkin perlu melakukan evaluasi menyeluruh.

Aspek regulasi juga menjadi sorotan. Otoritas penerbangan AS, yakni Federal Aviation Administration (FAA), tengah mendapat tekanan untuk lebih transparan dalam mengungkap jumlah insiden fume events yang sebenarnya terjadi. Menurut laporan BBC, banyak insiden yang tidak terdokumentasi secara resmi karena tidak menimbulkan dampak langsung. Namun, para pakar menilai pendekatan ini kurang tepat, karena paparan jangka panjang bisa berbahaya meski tidak menimbulkan gejala instan.

Selain mesin, faktor desain sistem ventilasi pesawat juga berkontribusi pada risiko. Mayoritas pesawat modern menggunakan sistem bleed air, yakni udara bertekanan yang diambil langsung dari mesin untuk dialirkan ke kabin. Jika ada kebocoran atau masalah teknis, kontaminan dari mesin bisa ikut masuk. Beberapa pabrikan kini mulai meneliti teknologi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada sistem ini. Reuters melaporkan bahwa Airbus pernah bereksperimen dengan sistem non-bleed air pada pesawat A350, namun penerapannya belum luas.

Dari perspektif bisnis, isu ini juga dapat memengaruhi citra brand. Delta yang selama ini dikenal sebagai maskapai premium dengan standar layanan tinggi berisiko kehilangan kepercayaan jika masalah berlarut. Namun, keputusan perusahaan untuk mengganti mesin justru bisa memperkuat citra bahwa mereka serius menjaga keselamatan. Beberapa analis yang dikutip Bloomberg Intelligence bahkan menilai langkah ini bisa menjadi pembeda positif dibanding maskapai lain yang mungkin masih bersikap reaktif.

Meski begitu, tantangan jangka panjang tetap ada. Penggantian mesin tidak menjamin bahwa fume events akan hilang sepenuhnya, karena penyebab bisa datang dari berbagai komponen lain. Delta diharapkan juga meningkatkan protokol pelaporan dan transparansi, agar awak kabin maupun penumpang merasa lebih terlindungi.

Isu kesehatan pekerja juga semakin relevan. Serikat awak kabin di Amerika Serikat telah meminta kompensasi khusus bagi mereka yang mengalami gangguan akibat fume events. Menurut laporan The Guardian, beberapa awak yang mengalami kerusakan otak permanen kini mengajukan gugatan hukum terhadap maskapai. Jika kasus hukum meluas, potensi kerugian finansial bagi industri penerbangan bisa signifikan.