Pfizer

Pfizer Kembali ke Pasar Obesitas Lewat Akuisisi Metsera

(Business Lounge – Medicine) Pfizer mengambil langkah besar untuk kembali masuk ke salah satu segmen farmasi paling panas saat ini: obat penurun berat badan. Raksasa farmasi asal Amerika Serikat itu mengumumkan kesepakatan untuk membeli perusahaan bioteknologi Metsera dengan nilai hingga 7,3 miliar dolar AS. Langkah ini menandai kembalinya Pfizer ke pasar obat obesitas yang sedang berkembang pesat, setelah sebelumnya membatalkan uji coba obat eksperimental penurun berat badan miliknya sendiri akibat efek samping yang tidak diinginkan.

Menurut laporan Wall Street Journal, kesepakatan ini dirancang dalam bentuk pembayaran bertahap, dengan 2,7 miliar dolar dibayar di muka dan sisanya bergantung pada pencapaian tonggak klinis serta komersial. Struktur transaksi semacam ini cukup umum dalam dunia bioteknologi, karena menyeimbangkan risiko antara pembeli dan pengembang obat. Dengan cara ini, Pfizer tidak langsung menanggung seluruh risiko pengembangan, namun tetap mendapatkan akses strategis ke teknologi yang menjanjikan.

Metsera, sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di California, sedang mengembangkan serangkaian obat baru yang menargetkan jalur biologis terkait pengendalian nafsu makan dan metabolisme. Produk andalannya adalah terapi berbasis agonis reseptor GLP-1, kelas obat yang sama dengan blockbuster Ozempic dan Wegovy dari Novo Nordisk, serta Mounjaro milik Eli Lilly. Obat-obat GLP-1 terbukti tidak hanya menurunkan berat badan secara signifikan, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan tambahan, termasuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

Pasar untuk obat obesitas telah tumbuh dengan kecepatan luar biasa. Menurut perkiraan Bloomberg Intelligence, nilai pasar global bisa mencapai lebih dari 100 miliar dolar AS pada dekade mendatang. Popularitas obat-obat seperti Wegovy dan Mounjaro telah menciptakan permintaan yang melebihi kapasitas produksi, sehingga mendorong harga saham perusahaan pengembangnya ke rekor baru. Dengan bergabungnya Pfizer, kompetisi akan semakin ketat, tetapi juga memberi investor keyakinan bahwa pasar ini masih jauh dari jenuh.

Bagi Pfizer, kesepakatan ini juga merupakan upaya strategis untuk mendiversifikasi portofolio setelah penurunan signifikan dalam penjualan produk Covid-19. Vaksin Comirnaty dan obat antivirus Paxlovid, yang sebelumnya mendatangkan puluhan miliar dolar, kini menyumbang jauh lebih sedikit karena pandemi mereda. Investor telah menekan manajemen untuk mencari sumber pertumbuhan baru. Dalam konteks ini, masuk kembali ke pasar obesitas melalui akuisisi Metsera dianggap sebagai langkah tepat.

CEO Pfizer, Albert Bourla, dalam pernyataannya yang dikutip Reuters, mengatakan bahwa kesepakatan ini mencerminkan “komitmen perusahaan untuk menjadi pemain utama dalam terapi metabolik yang sedang berkembang.” Ia menambahkan bahwa Metsera membawa portofolio penelitian yang kuat, yang tidak hanya berfokus pada penurunan berat badan, tetapi juga pada kondisi terkait obesitas seperti diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak, dan sindrom metabolik lainnya.

Akuisisi Metsera juga membawa risiko inheren dalam pengembangan obat. Banyak kandidat obat gagal di fase klinis meskipun awalnya menunjukkan potensi. Pfizer sendiri memiliki pengalaman pahit ketika pada 2023 harus menghentikan pengembangan obat penurun berat badan oral karena masalah keamanan hati. Keputusan itu sempat membuat investor meragukan kemampuan perusahaan untuk masuk ke pasar ini. Oleh karena itu, kesepakatan dengan Metsera dianggap sebagai cara untuk mempercepat akses Pfizer ke teknologi yang sudah lebih matang.

Selain aspek ilmiah, pasar obat obesitas juga menghadapi tantangan non-teknis. Harga obat GLP-1 yang tinggi memicu perdebatan soal aksesibilitas. Di Amerika Serikat, sebagian besar asuransi kesehatan masih enggan menanggung biaya penuh obat penurun berat badan, meskipun manfaat medisnya semakin diakui. New York Times melaporkan bahwa tanpa subsidi, biaya terapi bisa mencapai lebih dari 1.000 dolar per bulan, jumlah yang terlalu besar bagi sebagian besar pasien. Jika Pfizer ingin sukses, perusahaan harus merancang strategi harga yang kompetitif, sekaligus memastikan kapasitas produksi memadai untuk memenuhi permintaan.

Dari sisi investor, kesepakatan ini dipandang sebagai sinyal positif. Saham Pfizer mengalami tekanan sepanjang tahun lalu karena lemahnya prospek pasca-Covid. Dengan memasuki kembali segmen obesitas, perusahaan menunjukkan arah baru yang jelas. Analis dari Morgan Stanley menyebut langkah ini sebagai “taruhan yang berisiko tetapi perlu,” mengingat potensi pasar yang sangat besar. Sementara itu, beberapa analis lain mengingatkan bahwa kesuksesan tidak akan datang dalam semalam, mengingat butuh waktu bertahun-tahun hingga kandidat obat benar-benar mencapai pasar.

Secara strategis, kesepakatan ini juga menunjukkan bagaimana dinamika industri farmasi global bergerak menuju konsolidasi. Perusahaan besar semakin memilih untuk membeli pemain bioteknologi inovatif daripada membangun dari nol. Tren ini dipicu oleh kebutuhan untuk menjaga pertumbuhan pipeline di tengah meningkatnya persaingan dan berkurangnya paten obat blockbuster lama. Seperti dicatat CNBC, akuisisi Metsera menambah daftar panjang kesepakatan farmasi bernilai miliaran dolar yang menandai gelombang baru konsolidasi sektor kesehatan.

Dengan akuisisi ini, Pfizer bukan hanya menargetkan keuntungan finansial, tetapi juga mencoba membangun citra baru sebagai pemain utama dalam mengatasi salah satu masalah kesehatan global terbesar. Obesitas kini dianggap sebagai epidemi modern, dengan lebih dari satu miliar orang dewasa di seluruh dunia tergolong obesitas menurut data WHO. Dampaknya pada biaya kesehatan global luar biasa besar, karena obesitas berhubungan erat dengan diabetes, penyakit jantung, dan kanker tertentu.