Calvin Klein

PVH Catat Kenaikan Laba Meski Bayang-Bayang Tarif Membesar

(Business Lounge – Global News) PVH Corp., perusahaan mode asal Amerika Serikat yang menaungi merek global seperti Tommy Hilfiger dan Calvin Klein, mencatatkan hasil keuangan kuartal kedua yang lebih baik dari perkiraan analis. Namun, di balik pencapaian tersebut, manajemen juga meningkatkan proyeksi biaya tarif untuk sisa tahun ini, mencerminkan kompleksitas yang dihadapi industri fesyen global dalam mengelola rantai pasok dan kebijakan perdagangan yang semakin tidak pasti.

Menurut laporan yang dikutip Wall Street Journal, laba PVH pada kuartal kedua naik melampaui ekspektasi konsensus, didukung oleh penjualan yang solid di Amerika Utara dan Eropa, serta performa yang relatif stabil di pasar Asia. Penjualan Calvin Klein dan Tommy Hilfiger tetap menjadi pendorong utama, dengan kontribusi besar dari lini pakaian kasual dan produk berbasis gaya hidup. Hasil ini memberikan ruang bagi perusahaan untuk menegaskan kembali posisinya sebagai salah satu pemain utama di pasar fesyen menengah-atas global.

Meski demikian, manajemen PVH memperingatkan bahwa biaya tarif impor diperkirakan akan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Bloomberg menulis bahwa kenaikan tarif, terutama terkait produk yang diproduksi di Asia dan dikirim ke pasar AS, telah menjadi salah satu tantangan besar bagi industri fesyen. Hal ini mendorong PVH untuk menyesuaikan rantai pasoknya, sekaligus menekan margin keuntungan.

Menurut analisis Reuters, keputusan PVH untuk menaikkan ekspektasi biaya tarif bukan hanya refleksi dari kebijakan perdagangan yang ketat, tetapi juga mencerminkan kondisi geopolitik yang semakin rapuh. Ketegangan antara Amerika Serikat dan mitra dagang utama, termasuk Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara, berimplikasi langsung pada struktur biaya perusahaan. Sementara itu, PVH masih harus menjaga harga produknya tetap kompetitif di tengah meningkatnya preferensi konsumen terhadap merek fesyen cepat (fast fashion) dan pemain digital-native.

Kondisi ini memunculkan dilema strategis bagi PVH. Di satu sisi, merek-merek besar seperti Calvin Klein dan Tommy Hilfiger masih memiliki ekuitas brand yang kuat, sehingga memungkinkan penetapan harga yang lebih premium. Namun di sisi lain, ruang untuk menaikkan harga semakin terbatas karena konsumen saat ini lebih sensitif terhadap inflasi dan harga pakaian yang lebih murah dari pesaing. Financial Times mencatat bahwa perusahaan fesyen global menghadapi tekanan ganda: biaya produksi yang meningkat dan permintaan konsumen yang cenderung stagnan di pasar utama.

Sebagai respon, PVH memperluas inisiatif efisiensi rantai pasok. Perusahaan berusaha memindahkan sebagian produksi dari kawasan berbiaya tinggi menuju negara dengan tarif lebih rendah atau insentif investasi yang lebih menarik. CNBC menambahkan bahwa langkah semacam ini sudah menjadi tren di kalangan perusahaan fesyen besar, termasuk Inditex dan H&M, yang juga menghadapi beban tarif dan biaya logistik global.

Selain masalah rantai pasok, faktor digitalisasi juga semakin krusial bagi PVH. Penjualan daring meningkat signifikan pascapandemi, meskipun tantangan logistik dan biaya distribusi masih menjadi hambatan. PVH mengumumkan bahwa mereka akan terus meningkatkan investasi pada platform e-commerce dan strategi omnichannel, mengikuti jejak pesaing yang lebih agresif di ruang digital.

Di sisi investor, hasil kuartalan PVH yang melampaui ekspektasi memberikan sinyal positif, namun isu biaya tarif tetap menjadi risiko jangka menengah. Barron’s melaporkan bahwa sebagian analis menyarankan pendekatan hati-hati, karena kenaikan laba saat ini bisa tergerus jika tarif benar-benar meningkat drastis di kuartal berikutnya. Selain itu, ketergantungan PVH pada performa dua merek utama membuat diversifikasi portofolio masih menjadi pekerjaan rumah yang penting.

Namun, optimisme tetap ada. Dengan basis konsumen global yang loyal, terutama di segmen menengah-atas, serta reputasi merek yang kuat, PVH memiliki ruang untuk mempertahankan kinerjanya meskipun tekanan eksternal meningkat. Strategi efisiensi rantai pasok, diversifikasi sumber produksi, serta investasi digital menjadi kunci untuk menjaga ketahanan perusahaan di tengah kondisi perdagangan yang fluktuatif.

Dalam konteks lebih luas, situasi PVH mencerminkan dinamika industri fesyen global yang terus berubah. Hambatan tarif, tekanan inflasi, dan perubahan perilaku konsumen memaksa perusahaan untuk beradaptasi lebih cepat. Hasil kuartal kedua PVH yang melampaui ekspektasi memang menjadi kabar baik, tetapi kenaikan proyeksi biaya tarif memperlihatkan bahwa jalan ke depan masih penuh tantangan.