Raksasa teknologi asal Jepang, SoftBank, kembali menarik perhatian dunia keuangan. SoftBank Group kembali menjadi sorotan setelah meningkatkan kepemilikan sahamnya di Nvidia, perusahaan chip raksasa asal Amerika Serikat. Keputusan ini sejalan dengan ambisi besar pendirinya, Masayoshi Son, yang bertekad menjadikan SoftBank sebagai pemain utama dalam era kecerdasan buatan (AI).
Untuk memahami langkah ini, kita perlu tahu dulu apa itu SoftBank. SoftBank Group Corp. adalah konglomerasi teknologi asal Jepang yang didirikan oleh Masayoshi Son pada 1981. Awalnya bergerak di bidang distribusi perangkat lunak, SoftBank kemudian berkembang menjadi salah satu perusahaan investasi teknologi terbesar di dunia. Melalui Vision Fund, SoftBank menanam modal pada berbagai startup global, mulai dari Uber, Grab, ByteDance (TikTok), hingga ARM, perusahaan desain chip yang belakangan juga melejit nilainya.
Kini, dengan meningkatnya permintaan chip AI yang dipimpin Nvidia, SoftBank melihat peluang emas. Saham Nvidia melesat tajam karena chip buatannya menjadi otak di balik berbagai aplikasi AI generatif, dari chatbot hingga sistem analitik data canggih. Langkah SoftBank meningkatkan saham di Nvidia menunjukkan keyakinan mereka bahwa revolusi AI baru saja dimulai.
Masayoshi Son sendiri dikenal sebagai sosok yang penuh visi, meski tak jarang langkah investasinya kontroversial. Setelah sempat goyah karena kerugian pada startup-startup berisiko tinggi, kini Son memilih strategi lebih fokus: all in pada AI. Menurutnya, AI akan menjadi “penemuan terbesar dalam sejarah manusia” dan SoftBank harus berada di garis depan.
Tidak heran, kabar ini langsung berdampak positif pada saham SoftBank yang menyentuh rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan. Investor menilai pivot ini lebih menjanjikan dibanding strategi sebelumnya yang terlalu tersebar.
Namun, ada juga tantangan besar. Kompetisi AI global semakin ketat, dengan Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa bersaing dalam pengembangan teknologi ini. Selain itu, investasi besar di sektor AI juga membawa risiko, terutama jika hype tidak sejalan dengan realitas profitabilitas jangka panjang.
Namun, tentu saja risiko tetap ada. Pasar AI yang sedang booming bisa berubah arah jika regulasi ketat diberlakukan atau kompetisi antar perusahaan semakin sengit. Selain itu, harga saham Nvidia sendiri sudah melonjak sangat tinggi, sehingga masuk di titik ini membawa tantangan tersendiri.
Meski begitu, Son tampaknya tidak gentar. Ia percaya bahwa AI akan menjadi fondasi utama masa depan, dari cara manusia bekerja, belajar, hingga berinteraksi. Dengan meningkatkan saham di Nvidia, SoftBank menegaskan bahwa mereka tidak ingin sekadar menjadi penonton, melainkan pemain utama dalam revolusi besar berikutnya.
Masayoshi Son adalah sosok yang berani mengambil risiko besar demi masa depan. Dan dengan SoftBank kini memperkuat posisinya di Nvidia, pesan yang ingin ia sampaikan jelas: masa depan ada di tangan kecerdasan buatan, dan SoftBank berniat jadi salah satu motor penggeraknya.

