(Business Lounge – Automotive) Ford Motor Company kembali berada di persimpangan sejarah. Lebih dari seabad lalu, Henry Ford menciptakan revolusi industri otomotif lewat Model T, yang menjadikan mobil sebagai produk massal pertama yang terjangkau dan memicu perubahan besar dalam mobilitas global. Kini, tantangan serupa muncul dalam konteks yang sangat berbeda: transisi menuju kendaraan listrik. Sosok yang memegang tanggung jawab besar dalam perjalanan ini adalah Doug Field, kepala divisi kendaraan listrik Ford, yang oleh banyak analis disebut sebagai orang yang harus menemukan “momen Model T” baru di era elektrifikasi.
Dalam laporan Wall Street Journal, Doug Field dipandang sebagai tokoh yang membawa pengalaman unik ke Ford. Sebelum bergabung dengan perusahaan ini, ia sempat memegang posisi penting di Apple dalam proyek mobil otonom dan di Tesla sebagai salah satu arsitek Model 3. Dua pengalaman tersebut membuatnya akrab dengan strategi produk berbasis teknologi mutakhir sekaligus dengan tantangan besar dalam produksi massal kendaraan listrik. Ford menaruh harapan besar bahwa kombinasi tersebut dapat membantu perusahaan membangun pijakan yang kokoh dalam industri otomotif yang sedang mengalami pergeseran mendasar.
Peralihan menuju kendaraan listrik bukan sekadar urusan inovasi teknologi. Bagi Ford, ini adalah soal kelangsungan bisnis. Menurut laporan Bloomberg, perusahaan menghadapi tekanan margin karena biaya produksi mobil listrik masih tinggi, sementara harga jual harus bersaing dengan produsen mapan seperti Tesla dan pemain baru dari China. Dengan target global untuk mengurangi emisi karbon, hampir semua produsen otomotif berlomba berinvestasi miliaran dolar dalam penelitian, pengembangan, dan fasilitas produksi EV. Ford tidak terkecuali, dengan komitmen investasi lebih dari 50 miliar dolar hingga akhir dekade ini.
Doug Field memahami bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh desain mobil yang menarik, tetapi juga efisiensi manufaktur. Pengalaman di Tesla memberinya wawasan bahwa setiap detil dalam rantai produksi, dari desain baterai hingga integrasi perangkat lunak, dapat menentukan profitabilitas. Reuters mencatat bahwa strategi baru Ford di bawah Field mencoba menggabungkan fokus pada volume dengan pendekatan modular, agar pengembangan kendaraan listrik lebih hemat biaya dan fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pasar global.
Di dalam perusahaan, strategi Field juga terlihat dari bagaimana ia menata ulang struktur pengembangan produk. Ford kini membagi bisnisnya menjadi beberapa divisi utama, Ford Blue untuk kendaraan berbahan bakar konvensional, Model e untuk kendaraan listrik, dan Ford Pro untuk segmen komersial. Pembagian ini dimaksudkan untuk memberi kejelasan fokus dan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Menurut analisis Wall Street Journal, Doug Field memegang kendali strategis dalam divisi Model e, yang dipandang sebagai kunci masa depan Ford.
Namun, perjalanan ini tidak tanpa hambatan. Pasar kendaraan listrik saat ini mengalami perlambatan pertumbuhan di Amerika Serikat, meskipun masih berkembang pesat di Eropa dan China. Faktor harga, keterbatasan infrastruktur pengisian, serta keraguan konsumen tentang jangkauan baterai menjadi penghalang utama. Ford sempat mengalami penjualan yang lebih lambat dari ekspektasi pada model Mustang Mach-E dan F-150 Lightning, dua produk andalannya. Menurut data BloombergNEF, kompetisi ketat dengan Tesla yang terus menurunkan harga membuat Ford harus mengatur ulang proyeksi keuntungan jangka pendek.
Doug Field menanggapi tantangan ini dengan langkah yang lebih berhati-hati. Ia mendorong Ford untuk tidak sekadar membanjiri pasar dengan model baru, melainkan memilih produk unggulan yang benar-benar mampu menarik perhatian konsumen sekaligus menopang keuntungan jangka panjang. Salah satu strategi yang dibicarakan adalah pengembangan platform baterai generasi berikutnya yang lebih murah dan tahan lama. Reuters melaporkan bahwa Ford sedang menjajaki teknologi baterai LFP (lithium iron phosphate), yang lebih terjangkau dibandingkan baterai berbasis nikel dan kobalt.
Selain itu, Field juga menekankan pentingnya integrasi perangkat lunak. Ia melihat bahwa di masa depan, mobil listrik bukan hanya produk transportasi, tetapi juga perangkat digital yang selalu terhubung. Pengalaman di Apple memberinya pemahaman mendalam tentang bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak dapat menyatu dalam menciptakan pengalaman pengguna yang unik. Ford kini berupaya memperkuat divisi software untuk menyediakan layanan berlangganan, fitur pengemudi otonom tingkat menengah, hingga sistem infotainment yang terus diperbarui melalui pembaruan jarak jauh. Menurut laporan Wall Street Journal, langkah ini tidak hanya memberikan nilai tambah bagi konsumen, tetapi juga membuka aliran pendapatan baru yang lebih stabil.
Salah satu inspirasi yang sering disebutkan dalam strategi Doug Field adalah keberhasilan Tesla dalam memanfaatkan integrasi penuh dari desain produk hingga distribusi. Namun, berbeda dengan Tesla yang membangun bisnis dari nol, Ford membawa warisan lebih dari satu abad sebagai produsen otomotif dengan basis pelanggan global. Kelebihan ini bisa menjadi kekuatan, tetapi juga tantangan karena Ford harus menyeimbangkan transisi sambil mempertahankan bisnis konvensional yang masih mendatangkan sebagian besar pendapatan.
Menurut Bloomberg Intelligence, salah satu kunci sukses Ford di bawah arahan Field adalah kemampuan menciptakan model kendaraan listrik yang dapat mencapai skala massal setara dengan popularitas Model T di masanya. Produk seperti pickup listrik F-150 Lightning memiliki potensi besar, karena segmen truk adalah pasar inti di Amerika Serikat. Namun, untuk menjadikannya benar-benar revolusioner, Ford harus menemukan cara agar harga dapat lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas dan jangkauan baterai.
Di luar faktor produk, strategi pemasaran dan distribusi juga menjadi sorotan. Doug Field mendorong Ford untuk mengadopsi pendekatan penjualan yang lebih mirip dengan Tesla, termasuk memperkuat sistem pemesanan langsung dan mengurangi ketergantungan pada dealer. Namun, hal ini tidak sederhana mengingat jaringan dealer Ford memiliki peran historis yang kuat dalam bisnis perusahaan. Reuters mencatat adanya ketegangan dengan sebagian dealer yang merasa terancam oleh perubahan ini. Field berusaha menyeimbangkan inovasi model bisnis dengan menjaga hubungan baik dengan mitra lama.
Sementara itu, investor masih menunggu bukti nyata bahwa strategi baru ini dapat memberikan hasil finansial yang solid. Harga saham Ford sempat berfluktuasi akibat ketidakpastian prospek kendaraan listrik. Namun, analis Wall Street Journal menilai keberadaan Doug Field memberikan kredibilitas tambahan, karena rekam jejaknya di Tesla dan Apple menunjukkan kemampuan mengeksekusi proyek kompleks.
Bagi Ford, momen ini sangat menentukan. Jika strategi Field berhasil, perusahaan dapat menemukan “momen Model T” baru yang bukan hanya mengamankan posisi Ford di pasar, tetapi juga mendefinisikan ulang peran produsen otomotif tradisional dalam era digital dan elektrifikasi. Sebaliknya, jika gagal, Ford berisiko tertinggal dalam perlombaan global menuju mobilitas berkelanjutan.
Kisah Doug Field di Ford menggambarkan bagaimana transformasi industri otomotif saat ini bukan sekadar soal mesin atau desain, tetapi juga tentang kepemimpinan manajemen, penguasaan rantai pasok, inovasi teknologi, serta keberanian mengambil keputusan strategis di tengah ketidakpastian pasar. Dengan investasi besar yang sudah ditanamkan, semua mata kini tertuju pada langkah-langkah Ford di bawah komando Field untuk membuktikan apakah sejarah bisa kembali terulang dalam bentuk yang baru.