(Business Lounge – Automotive) Harley-Davidson, produsen sepeda motor legendaris asal Milwaukee, mengumumkan pergantian pucuk kepemimpinan yang mengejutkan dengan menunjuk pemimpin Topgolf, Neil Campbell, sebagai Chief Executive Officer baru, menggantikan Jochen Zeitz yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 1 Oktober. Langkah ini menandai babak baru bagi perusahaan yang telah berupaya keras mempertahankan relevansi di tengah pasar kendaraan yang berubah cepat dan tekanan dari investor.
Neil Campbell dikenal sebagai figur yang memimpin ekspansi agresif Topgolf, unit hiburan olahraga milik Callaway, ke berbagai kota besar dunia. Rekam jejaknya dalam mengembangkan pengalaman konsumen yang inovatif dan menjangkau segmen demografis muda membuatnya menarik bagi Harley-Davidson yang sedang mencari cara untuk merevitalisasi merek dan menarik generasi baru pengendara. Dalam pernyataan resminya, dewan direksi menyebutkan bahwa Campbell memiliki “pemahaman mendalam tentang membangun loyalitas pelanggan di sektor rekreasi yang kompetitif,” kualitas yang diyakini sangat penting untuk strategi masa depan Harley.
Jochen Zeitz sendiri bukanlah sosok yang asing bagi Harley-Davidson. Ia mengambil alih kepemimpinan sebagai CEO sementara pada awal 2020 ketika perusahaan menghadapi tantangan besar akibat pandemi dan ketidakpastian global. Ia kemudian dikukuhkan sebagai CEO tetap dan memulai strategi “Hardwire” yang berfokus pada efisiensi operasional, peluncuran model baru yang lebih menguntungkan, serta diversifikasi portofolio ke dalam segmen kendaraan listrik, seperti LiveWire. Di bawah kepemimpinan Zeitz, Harley berhasil menahan penurunan laba dan menstabilkan margin operasional, walaupun pertumbuhan volume penjualan tetap menjadi tantangan utama.
Namun, transisi ini juga terjadi di tengah gejolak kepemilikan perusahaan. Baru-baru ini, Zeitz berhasil menangkis tekanan dari kelompok investor aktivis yang menuntut perubahan lebih cepat, terutama dalam mengalihkan fokus dari model-model besar klasik Harley ke motor listrik dan produk urban yang lebih ringan. Meski berhasil mempertahankan posisinya, keputusan Zeitz untuk menyerahkan tongkat estafet menunjukkan kesediaan perusahaan untuk lebih terbuka terhadap pendekatan kepemimpinan yang segar.
Penunjukan Campbell menandai pergeseran signifikan dalam orientasi perusahaan dari figur manufaktur klasik ke pemimpin dengan latar belakang pengalaman pengguna dan ekspansi layanan. Ini juga mencerminkan perubahan lebih luas di industri otomotif dan transportasi, di mana nilai merek tidak lagi hanya ditentukan oleh performa mesin, melainkan pengalaman pelanggan dan hubungan emosional yang dibangun oleh brand.
Menurut laporan The Wall Street Journal, transisi ini juga mencerminkan pemahaman bahwa Harley tidak bisa hanya mengandalkan loyalitas generasi Baby Boomer. Penjualan motor kelas berat telah menyusut di pasar domestik, dan meskipun ada pertumbuhan di Asia dan Eropa, pasar-pasar itu didominasi oleh motor dengan ukuran lebih kecil dan efisiensi tinggi. Dengan latar belakang Campbell yang terbukti dalam menciptakan pengalaman brand yang terintegrasi, diharapkan Harley bisa menggabungkan warisan ikoniknya dengan pendekatan yang lebih kontemporer.
Dalam wawancara dengan Bloomberg, salah satu analis industri menyatakan bahwa pergantian ini merupakan “sinyal bahwa Harley-Davidson kini melihat diri mereka bukan hanya sebagai produsen sepeda motor, tetapi sebagai merek gaya hidup yang harus terus relevan dengan tren budaya dan teknologi.”
Harley-Davidson telah melakukan sejumlah eksperimen dalam memperluas daya tarik mereka, termasuk kolaborasi dengan merek fashion, kampanye digital yang menargetkan kaum muda urban, hingga peluncuran platform e-commerce yang lebih agresif. Namun, upaya-upaya ini sejauh ini belum secara substansial meningkatkan volume penjualan. Di bawah kepemimpinan Campbell, fokus kemungkinan besar akan bergeser ke integrasi lebih dalam antara produk dan pengalaman gaya hidup.
Meski demikian, sejumlah tantangan tetap mengemuka. Dalam laporan keuangan terakhir yang dikutip oleh CNBC, Harley mencatatkan pertumbuhan laba operasional yang tipis dengan tekanan berat dari biaya produksi dan fluktuasi nilai tukar. Selain itu, LiveWire, lini motor listrik perusahaan, masih kesulitan mendapatkan pijakan yang kuat di pasar meskipun minat global terhadap kendaraan listrik terus meningkat. Kehadiran Campbell diharapkan dapat membawa perspektif baru untuk mendorong inovasi di sektor ini.
Bagi pengamat industri, keberhasilan atau kegagalan transisi ini akan menjadi studi kasus menarik mengenai bagaimana sebuah perusahaan warisan bisa bertransformasi di tengah disrupsi pasar yang signifikan. Dengan waktu efektif transisi yang dimulai pada musim gugur, semua mata akan tertuju pada langkah-langkah awal Campbell dalam merumuskan visi masa depan Harley-Davidson. Apakah ia akan mempertahankan strategi Zeitz atau memperkenalkan arah baru sepenuhnya, hanya waktu yang bisa menjawab. Namun satu hal yang jelas: perjalanan Harley-Davidson menuju abad berikutnya kini akan dikemudikan oleh tangan yang berbeda.