(Business Lounge – Technology) Elon Musk kembali menciptakan kegaduhan di dunia teknologi dan keuangan global. Kali ini, pendiri sekaligus CEO Tesla dan SpaceX itu mengisyaratkan bahwa perusahaannya yang paling bernilai, Tesla Inc., bisa menjadi sumber pendanaan baru untuk mendukung perkembangan startup kecerdasan buatan miliknya, xAI. Dalam sebuah pernyataan yang ia sampaikan melalui platform X, Musk menyebut bahwa para pemegang saham Tesla akan diminta untuk memberikan suara terkait kemungkinan investasi perusahaan dalam xAI.
Pernyataan tersebut langsung memicu diskusi luas di kalangan investor dan analis, mengingat langkah semacam ini bisa menimbulkan potensi konflik kepentingan yang rumit. Musk, yang memegang peran sentral di kedua entitas tersebut, tampak ingin memanfaatkan sinergi antara teknologi kendaraan listrik, kecerdasan buatan, dan infrastruktur robotika untuk membangun keunggulan kompetitif baru di ranah AI global.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, ide Musk untuk menjadikan Tesla sebagai salah satu pendana xAI bermula dari keyakinannya bahwa AI akan menjadi komponen inti dalam strategi jangka panjang Tesla, terutama dalam pengembangan kendaraan otonom dan robot humanoid. Dalam pandangannya, jika Tesla akan menggunakan produk-produk xAI secara ekstensif, maka wajar jika perusahaan ikut memiliki saham atau pengaruh terhadap pengembangan teknologi tersebut.
Namun usulan ini tidak serta merta diterima dengan tangan terbuka oleh investor. Sejumlah analis pasar modal dan firma penasihat investasi memperingatkan bahwa keterlibatan Tesla dalam xAI bisa membingungkan pemegang saham, terutama jika tidak ada kejelasan struktur kepemilikan dan pembagian manfaat ekonomi yang akan dihasilkan dari investasi tersebut. Seorang analis dari Bernstein Research yang dikutip oleh Bloomberg menyebut, “Musk harus sangat transparan soal bagaimana dana Tesla akan digunakan, dan bagaimana manfaatnya akan kembali ke pemegang saham. Jika tidak, ini bisa menciptakan ketidakpastian dan tekanan regulasi.”
xAI, yang diluncurkan pada 2023 sebagai alternatif terhadap dominasi OpenAI dan Google DeepMind di sektor AI generatif, sejauh ini telah mengembangkan chatbot Grok dan sejumlah model besar lainnya. Meskipun belum sepopuler ChatGPT, Grok telah terintegrasi ke dalam platform X (sebelumnya Twitter), yang juga dimiliki oleh Musk. Integrasi ini dimaksudkan untuk menempatkan AI sebagai “otak” operasional dalam platform sosial masa depan yang dibayangkan Musk sebagai “aplikasi segalanya.”
Meski begitu, xAI masih memerlukan pendanaan besar untuk bersaing dengan perusahaan raksasa lain. Microsoft, Google, Meta, dan Amazon telah menggelontorkan miliaran dolar ke proyek AI mereka masing-masing, termasuk membangun pusat data hyperscale, merekrut talenta global, dan mengembangkan chip AI khusus. Jika Musk tidak ingin bergantung pada mitra eksternal, seperti investor institusional atau sovereign wealth fund, maka alternatif logis berikutnya memang adalah perusahaan miliknya sendiri.
Musk menekankan bahwa jika Tesla menjadi investor di xAI, maka langkah itu akan dilakukan secara demokratis melalui pemungutan suara di antara pemegang saham. Ini berbeda dari beberapa keputusan strategis sebelumnya yang dikritik karena dianggap terlalu terpusat pada kehendak pribadi Musk. Namun, beberapa investor ritel menyatakan kebingungan atas prioritas perusahaan saat ini. “Kami membeli saham Tesla karena percaya pada transisi energi dan mobil otonom, bukan karena ingin jadi investor AI,” ujar seorang investor individu dalam forum diskusi di Reddit yang dikutip oleh Reuters.
Potensi keterlibatan Tesla juga memicu pertanyaan hukum. Musk saat ini tengah berada di bawah pengawasan regulator atas peran gandanya di beberapa perusahaan swasta dan publik. Beberapa pengacara menilai bahwa transaksi semacam ini akan memerlukan uji tuntas ekstra dari dewan direksi dan kemungkinan pengawasan dari SEC (Komisi Sekuritas dan Bursa AS), terutama jika ada dugaan transaksi dengan pihak terkait atau penyalahgunaan dana publik.
Namun, dari perspektif teknologi dan visi jangka panjang, kolaborasi antara Tesla dan xAI bukanlah hal yang tak masuk akal. Tesla telah mengembangkan chip Dojo untuk pelatihan AI dan sistem Full Self-Driving (FSD) yang bergantung pada pemrosesan data skala besar. Jika teknologi xAI dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi Tesla dalam pengembangan mobil otonom atau robot Optimus yang saat ini tengah diuji coba, maka investasi tersebut bisa menjadi langkah strategis yang berani.
Di sisi lain, ini bukan pertama kalinya Musk menyarankan sinergi keuangan antara perusahaannya. Ia pernah mengusulkan integrasi sebagian produk dan teknologi antara SpaceX dan Tesla, meskipun langkah-langkah tersebut jarang terealisasi dalam bentuk kepemilikan silang. Dalam konteks ini, usulan agar Tesla berinvestasi di xAI bisa menjadi eksperimen baru Musk untuk mengintegrasikan seluruh visinya di bawah satu ekosistem teknologi yang terhubung.
Apakah para pemegang saham Tesla akan menyetujui langkah tersebut? Jawabannya mungkin bergantung pada seberapa rinci Musk dapat menjelaskan struktur investasi, manfaat ekonomi, dan waktu pengembalian modal dari proyek tersebut. Tanpa transparansi itu, potensi benturan kepentingan dan kekhawatiran tentang pengalihan fokus bisa membayangi langkah Tesla ke depan.
Saat ini, belum ada tanggal pasti kapan pemungutan suara akan dilakukan. Namun Musk menegaskan bahwa rencana tersebut akan dikaji lebih lanjut oleh dewan direksi sebelum dibawa ke pemegang saham. Dengan langkah ini, Musk sekali lagi menunjukkan bahwa dalam visinya tentang masa depan teknologi, batas antar perusahaan hanyalah hambata