(Business Lounge Journal – Global News)
Langkah efisiensi besar-besaran yang tengah ditempuh Intel kini mulai terasa di lapangan. Setelah memangkas ratusan posisi di markas besarnya di California, perusahaan semikonduktor raksasa ini kembali mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 500 karyawan di Oregon, Amerika Serikat.
Menurut dokumen resmi yang diajukan ke otoritas negara bagian, sebanyak 529 posisi di fasilitas Intel yang berlokasi di Aloha dan Hillsboro—markas operasional terbesar perusahaan di luar California—akan dihapus mulai 15 Juli 2025. Hillsboro sendiri dikenal sebagai pusat industri teknologi terbesar di negara bagian Oregon, dengan Intel sebagai pemberi kerja swasta terbesar di wilayah tersebut.
Strategi CEO Baru: Langsing dan Lincah
Langkah ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi besar yang dikawal langsung oleh CEO baru Intel, Lip-Bu Tan, yang resmi menjabat sejak Maret lalu. Meski angka total PHK belum diumumkan secara resmi, Bloomberg sebelumnya melaporkan bahwa inisiatif efisiensi ini dapat berdampak pada lebih dari 20% tenaga kerja global Intel.
Investor menyambut langkah tersebut secara positif. Saham Intel tercatat naik hampir 7% setelah pengumuman, memperkuat tren kenaikan 10% sepanjang tahun 2025. Dalam pernyataannya, manajemen menyebut langkah ini sebagai bagian dari misi menjadikan Intel sebagai perusahaan yang “lebih ramping, cepat, dan efisien.”
“Kami mengambil langkah strategis untuk mengurangi kompleksitas dan memberdayakan tim engineering agar lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan serta meningkatkan kualitas eksekusi,” ujar perwakilan perusahaan.
Mencari Jalan Keluar dari Bayang-Bayang Nvidia
Restrukturisasi ini mencerminkan tekad Lip-Bu Tan untuk memulihkan posisi Intel dalam lanskap industri chip global yang sangat kompetitif. Dalam beberapa tahun terakhir, Intel tertinggal dari para pesaingnya dalam hal teknologi manufaktur chip dan kehilangan momentum dalam gelombang permintaan chip berbasis AI—di mana Nvidia kini mendominasi pasar.
Bahkan, kesulitan Intel menarik perhatian lingkaran politik tingkat tinggi. Menurut laporan Bloomberg, mantan Presiden AS Donald Trump disebut mendorong adanya kemitraan strategis antara Intel dan raksasa manufaktur chip Taiwan, TSMC. Trump dilaporkan secara aktif mengusulkan agar TSMC mengambil alih sebagian kepemilikan fasilitas produksi Intel sebagai bagian dari agenda kemandirian teknologi AS.
CEO Tan sendiri telah mengonfirmasi bahwa ia telah bertemu dengan CEO TSMC untuk membahas kemungkinan kolaborasi lebih lanjut antara kedua perusahaan tersebut.
Ketika Intel memilih untuk mengorbankan ratusan posisi demi kelincahan organisasi, dunia bisnis menyaksikan bagaimana legacy player berjuang menyesuaikan diri di tengah tekanan geopolitik, disrupsi teknologi, dan kompetisi AI. Pertanyaannya kini bukan hanya soal efisiensi, tapi apakah Intel mampu merebut kembali relevansi strategisnya dalam ekonomi digital global.